Syair Berjiwa Kritikan

Sebuah lagu diciptakan untuk dinikmati oleh para penggemarnya. Bukan tanpa tujuan, sang kreator mencoba untuk menghipnotis setiap orang yang mendengarnya. Sebuah lagu dapat menimbulkan sikap antipati terhadap aparat dan pemerintah hingga mendorong gerakan pemberontakan, seperti lagu-lagu yang dibawakan oleh salah satu musisi legenda Indonesia, Iwan Fals.

Virgiawan Listanto atau yang sering dikenal dengan nama Iwan Fals, lahir pada tanggal 3 September 1961 di Jakarta. Ia dikenal karena lagu-lagu ciptaannya yang kontroversial dan cenderung menyinggung system pemerintahan Indonesia saat itu. Salah satu karyanya yang berjudul “Bongkar”, misalnya, mengandung hampir semua kalimat singgungan untuk membuka persepsi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Lagu ini diciptakan Iwan ketika dia masih berkarir di SWAMI, salah satu band ternama yang beranggotakan dirinya, Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, Inisisri, Jockie Suryoprayogo dan Toto Tewel. Pada tanggal 3 Maret 1989, tour SWAMI dengan album rekaman terbarunya “Mata Dewa” di 100 kota di Indonesia dibatalkan oleh pihak Kepolisian di Palembang. Mengapa? Karena menurut pihak kepolisian Palembang saat itu, kegiatan yang mendatangkan massa merupakan kegiatan yang patut diwaspadai, apalagi konser musik itu berani bersuara dan bernada kritik. Salah satu penyebab dibatalkannya konser ini yaitu kerusuhan yang terjadi di Parkir Timur, Senayan, Jakarta yang mengakibatkan beberapa mobil rusak dan terbakar, ketika launching “Mata Dewa” 26 Februari 1989. “Saya percaya penggemar nggak mungkin sampai berbuat rusuh kecuali ada yang ganggu. Kayak polisinya Over Acting, atau ada yang menggoda,” komentarnya waktu itu.

Lantas mengapa lagu “Bongkar” sangat fenomenal saat itu? Ada makna tersembunyi di balik lirik lagu tersebut yang tidak semua orang tahu, tetapi hanya beberapa kalimat yang akan dijabarkan dalam tulisan ini.

“Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan, hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan”

Makna dari bait ini adalah penindasan yang dilakukan oleh sang penguasa terhadap rakyat kecil. Ketidakadilan merajalela pada saat orde baru terjadi, rakyat kecil dikucilkan, rakyat kaya diagungkan. Kasus penindasan tidak dapat dihitung dengan jari, karena jari menjadi senjata untuk menindas. Mulai dari kasus pembredelan yang terjadi pada beberapa media massa—sebut saja Kompas dan Tempo—hingga demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak yang ‘katanya’ wakil rakyat namun tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.

Pada tahun 1997-1998 beberapa daerah seperti Medan, Surakarta dan Jakarta menjadi medan pertempuran. Di Jakarta, kerusuhan-kerusuhan menghancurkan ribuan gedung, sementara lebih dari seribu orang dibunuh. Krisis finansial Asia yang terjadi pada era orde baru membuat masyarakat Indonesia bertekad untuk menggusur presiden Soeharto dan menuntut pemerintahan baru.

Syair yang berani, lugas dan lantang itu berkaca dari sekian banyaknya kasus-kasus kekerasan dan konflik-konflik agrarian ketika rezim Soeharto berkuasa, beberapa contoh besarnya yaitu kasus pembunuhan berencana terhadap almarhum Munir Said Thalib sebagai aktivis HAM di pesawat saat perjalanannya menuju Amsterdam dan kasus hilangnya aktivis HAM lainnya, Wiji Tukul, yang diduga diculik oleh militer paska peristiwa 27 Juli 1996 hingga 15 Mei 1998, dia masuk dalam daftar orang hilang sejak tahun 2000.

Meskipun lagu “Bongkar” menuai kontroversi pada jamannya, album “Mata Dewa” mendapatkan penghargaan dari BASF yang sekarang sudah berganti nama menjadi AMI Awards dengan kategori “The Best Selling” pada tahun 1988-1989.

Keberanian dalam mengkritik sistem pemerintahan dianjurkan ketika adanya kebijakan yang subversif atau merugikan kepada masyarakat, tidak hanya dalam bentuk orasi atau tulisan tetapi juga bisa dalam bentuk syair. Memang melawan keputusan pemerintah itu sangat beresiko dan menuai banyak ancaman, namun bukan menjadi perkara apabila yang diperjuangkan adalah suatu kebenaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *