Mengenal Pendidikan Seks dan Gender untuk Menciptakan Romantisme Hubungan
Gambar oleh: Helmy Adam.
Pendidikan seks di Indonesia masih jarang dibicarakan di ruang-ruang publik, apalagi masuk ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Di dalam hubungan antara orang tua dan anak pun rasanya canggung untuk mendiskusikan tentang pendidikan seks, karena dinilai mendiskusikan perihal seks hanya boleh untuk yang sudah menikah saja. Padahal pendidikan seks penting juga bagi anak-anak, namun tentunya pada waktu yang tepat bagi hidup mereka. Maka dari itu penting bagi kita untuk berbagi informasi tentang pendidikan seks untuk mewujudkan ruang diskusi yang setara tanpa adanya “ageisme” dan ramah gender.
Sebelum terlalu jauh pembahasan tentang seks, mari kita pisahkan dulu makna dari seks, seksualitas, dan gender. Seks merupakan suatu konsep perbedaan biologis atau hormonal antara perempuan dan laki-laki.
Sedangkan seksualitas merupakan proses sosial budaya mengarah kepada hasrat atau birahi manusia. Seksualitas sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis, ekonomi, sosial, politik, agama, dan spiritual.
Gender merupakan sebuah persepsi masyarakat atau peran, perilaku, ekspresi, dan identitas seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Istilah gender juga erat hubungannya dengan orientasi seksual, seperti heteroseksual, homoseksual, aseksual, biseksual, panseksual, demi seksual, dan queer (gender indentity).
Menjaga kesehatan adalah hal yang sangat penting, bahkan untuk setiap aktivitas seksual sekalipun guna mencegah terjadinya Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).
Dilansir dari Jurnal Abdimakes Vol. 1 No. 1 Februari 2021. Data di RSCM menunjukkan bahwa sekitar 15 persen dari kasus IMS baru yang dilaporkan, terdiri dari anak berusia 12 – 22 tahun. Berdasarkan data rekam medis Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Divisi Infeksi Menular Seksual di RSUP dr. Hasan Sadikin tahun 2013, terdapat kurang lebih 900 pasien IMS, dan 9 persen dari jumlah tersebut berusia 10 – 19 tahun. Di RSUD Soetomo, Surabaya, tercatat ada sekitar 30 pasien IMS berusia muda setiap bulannya. Sedangkan di Amerika sampai pertengahan April 2018 menunjukkan bahwa setengah dari 20 juta kasus IMS baru per tahunnya terdiri dari para remaja usia 15-24 tahun.
Agar lonjakan kasus IMS tidak meningkat ada enam cara mencegah penularan yang dilansir dari laman web Halodoc.com di antaranya; tidak melakukan seks bebas, tidak berhubungan dengan pasangan yang terinfeksi, menggunakan kondom, sunat pada laki-laki, setia pada satu pasangan, serta membentengi diri dengan vaksin.
Seks sejatinya sangat penting. seks memiliki banyak manfaat untuk tubuh, dilansir situs hellosehat.com. Manfaat yang pertama ialah mencegah sakit jantung. Homosistein adalah zat kimia dalam tubuh yang jika jumlahnya berlebihan bisa menyebabkan pembekuan darah di jantung. Membekunya darah di jantung ini membuat Anda rentan kena serangan jantung dan gangguan jantung lainnya.
Manfaat selanjutnya ialah dapat membuat tidur jadi lebih nyenyak. Seks juga dapat meningkatkan fungsi otak. Penelitian telah menemukan bahwa orang-orang yang berhubungan intim secara rutin fungsi otaknya bisa meningkat. Sebuah studi dari Oxford University di Inggris ini juga mengatakan bahwa manfaat bercinta ini akan turut mendukung daya ingat Anda. Saat bercinta, ada banyak sel-sel baru di otak yang tumbuh dan proses peradangan juga akan berkurang.
Selanjutnya seks juga mencegah penuaan. Dr. David Weeks, dokter psikologi dari Royal Edinburgh Hospital di Inggris menyebut bahwa seks yang memuaskan memang bisa membuat kualitas hidup Anda jadi bertambah. Selain itu, berhubungan seks juga membantu mencegah penuaan di wajah, baik untuk pria maupun wanita. Lebih jauh, dr. David Weeks menjelaskan bahwa orang yang rutin bercinta cenderung terlihat beberapa tahun lebih muda dari usia mereka yang sebenarnya. Ini diduga karena pelepasan hrmon HGH dan endorfin sehabis bercinta dapat memperbaiki kesehatan kulit Anda dengan mencegah kendur dan keriput.
Seks juga membantu mengurangi rasa sakit. Dr. Alyse Kelly-Jones, seorang spesialis kandungan sekaligus pembicara dari Amerika Serikat juga menyatakan bahwa orgasme mampu menstimulasi aliran darah ke organ tubuh tertentu, sehingga rasa nyeri di organ tersebut bisa berkurang. Selanjutnya seks juga dapat mengurangi stres. Seks juga dapat membakar kalori. Dr. Naomi Greenbalt, seorang spesialis kesehatan jiwa yang juga menjabat sebagai direktur medis di klinik The Rocking Chair New Jersey mengatakan bahwa bercinta bisa membakar hingga 250 kalori.
Seks juga dipercaya dapat memperkuat daya tahan tubuh seseorang. Menurut pakar kesehatan seksual. dr, Yvonne Fulbright, Ph.D, orang yang sering bercinta lebih jarang sakit daripada yang jarang berhubungan seks. Hal ini juga bisa dikatakan bahwa berhubungan seks bisa melindungi tubuh Anda dari bakteri atau virus penyebab penyakit.
Selanjutnya dapat menjadi mood booster. Saat berhubungan ada sejumlah hormon endorfin yang dikeluarkan tubuh, hormon ini dapat mempengaruhi mood seseorang, bahkan dapat mengurangi depresi. Lalu banyak peneliti yang menyatakan bahwa berhubungan seks secara aktif bisa membuat kehidupan seks Anda dengan pasangan jadi menyenangkan. Berhubungan seks minimal dua kali dalam seminggu juga bisa meningkatkan hasrat seksual seseorang dan meningkatkan jumlah cairan pelumasan vagina.
Selain itu, rajin berhubungan intim bagi wanita juga bisa bikin PMS jadi lebih ringan dan tidak terlalu sakit. Sedangkan untuk pria, bercinta cukup sering bisa mencegah adanya risiko kanker prostat.
Selain memiliki segudang manfaat untuk tubuh seks juga dapat melanggengkan suatu hubungan, seperti yang dituturkan oleh dr. H. Boyke Dian Nugraha, Sp. OG MARS di acara Semprod channel Youtube Kuy Entertaiment bahwa “seks itu adalah ekspresi cinta yang paling tinggi”.
Setelah kita memahami pendidikan seks dan gender, menjaga kesehatan dan manfaat kesehatan, kita juga harus memperhatikan persetujuan pasangan atau batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar di luar persetujuan. Contohnya semisal persetujuan dari awal dengan pasangan hanya untuk berpelukan tapi salah satu dari pasangan itu justru menciumnya, itu sudah melanggar persetujuan dan bisa megakibatkan kekerasan atau pelecehan seksual. Maka dari itu penting bagi kita untuk menerapkan sexual consent, untuk mencegah terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual.
Dalam catatan tahunan (Catahu) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat kasus-kasus kekerasan seksual, dengan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus. Data ini dihimpun dari 3 sumber yakni; PN/Pengadilan Agama sebanyak 291.677 kasus, Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sebanyak 8.234 kasus serta dari Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR), satu unit yang sengaja dibentuk oleh Komnas Perempuan, untuk menerima pengaduan langsung korban, 2.389 kasus, dengan catatan 2.134 kasus merupakan kasus berbasis gender dan 255 kasus di antaranya adalah kasus tidak berbasis gender atau memberikan informasi.
Kasus pelecehan atau kekerasan seksual tidak hanya dialami oleh perempuan saja, namun laki-lakipun bisa jadi korban. Seperti kasus di Amerika Serikat yang dilansir dari Vice.com, stemple sejak lama memfokuskan penelitiannya di bidang pelecehan seksual pria. Kebanyakan kasus-kasus semacam ini tidak dilaporkan ke aparat hukum. Pada 2014, Vice com merilis sebuah esai yang menjelaskan konteks berbagai survei nasional seputar kekerasan seksual terhadap pria. Hasilnya? Apabila muncul kasus di mana pria “dipaksa melakukan penetrasi” terhadap orang lain ikut dihitung dalam statistik, maka jumlah korban kekerasan seksual antara pria dan wanita sesungguhnya hampir sama. Ada 1,267 juta pria yang mengaku pernah menjadi korban kekerasan seksual, sedangkan bagi wanita, 1,270 juta mengaku pernah diperkosa di Amerika Serikat.
“Dipaksa melakukan penetrasi” bukanlah jenis kekerasan seksual yang umum, seper yang ditulis oleh Hanna Rosin di situs Slate pada 2014. Tindakan ini dapat menghasilkan efek fisik dan psikologis yang serupa dengan pemerkosaan pada perempuan. Efek negatifnya mulai dari disfungsi seksual, depresi, hilangnya rasa percaya diri, dan kesulitan menjalin hubungan jangka panjang dengan seseorang.
2019 silam KMJurnalistik.com merilis sebuah artikel yang berjudul Pendidikan Seks Bukan Pornografi, artikel tersebut sama halnya dengan tema yang kali ini diangkat yaitu tentang pendidikan seks, maka dari itu permasalahan tentang pendidikan seks dua tahun kebelekang hingga sekarang masih sama. Memang cukup rumit untuk memahami perbedaan antara seks, seksualitas, dan gender. Tidak cukup hanya membaca tulisan ini saja, diskusi dengan orang yang menurut kita nyaman untuk didiskusikan dan baca juga artikel-artikel yang mebahas tentang perbedaan tersebut.
Hal yang terpenting adalah kita bisa menghormati setiap seks dan identitas gender seseorang. Karena untuk mencapai hubungan yang romantis harus mempunyai ketertarikan, kesamaan tujuan, dan yang terpenting bersepakat.
Teks oleh: Helmy Adam