Tuntaskan Reformasi dan Tegakan Demokrasi Sejati!

Dua dasawarsa telah lewat dan hingga saat ini Tanah Air belum mengalami perubahan yang signifikan. Tepatnya dua hari lalu adalah 20 tahun Reformasi di Tanah Air. Masih banyak yang harus dibenahi dan dituntaskan. Salah satunya adalah kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), aturan-aturan yang mengancam kemajuan demokrasi, serta banyaknya diskriminasi, krimanalisasi, intimidasi kepada rakyat. Selain itu juga banyaknya aktivis-aktivis yang hilang di masa Orde Baru namun sampai sekarang tidak jelas keberadaanya. Hal tersebut mencerminkan bahwa reformasi dan tegaknya demokrasi sejati masih nihil.

Dalam memperingati 20 tahun reformasi kali ini tentu cukup terasa, bahwa kebebasan berpendapat dan berserikat adalah buah dari reformasi. Namun pada kenyataannya hal tersebut memiliki upaya-upaya sistematis penguasa untuk mengekang kebebasan pers dan kebebasan rakyat untuk mengakses informasi dan berserikat. Salah satu contohnya adalah dengan terbitnya UU Ormas, UU MD3 yang cukup jelas memberangus kebebasan pers, yang lahir di era reformasi. Itu merupakan sebuah dekadensi atau kemunduran peradaban. Masyarakat yang senantiasa memiliki ruang aman untuk mengkritik penguasa, berserikat, mengutarakan ide dan berpendapat sedikit demi sedikit mulai dibungkam kembali. Terbitnya beragam produk hukum yang memberangus akal sehat ini adalah sebuah penyangkalan terhadap hakikat perjuangan reformasi.

Sementara itu, Persatuan Penegak Demokrasi (Panda) memperingati 20 tahun Reformasi dengan menggelar aksi dan teatrikal Zombie yang menyerupai korban pelanggaran HAM. Dalam aksi teatrikal tersebut tergambarkan bagaimana aktivis-aktivis yang dibunuh dan tidak diusut secara secara tuntas oleh pemerintah. Aksi tersebut dilakukan di tengah derasnya hujan di Jalan Asia Afrika Pada Senin, 21 Mei 2018 sore hari.

Secara garis besar tuntutan massa aksi menilai bahwa reformasi sesungguhnya belum tuntas. Alasannya karena sampai dua dekade ini tuntutan reformasi sendiri yakni demokrasi dari berbagai aspek berjalan sejati. Salah contohnya di rezim ini ruang demokrasi makin dipersempit dengan adanya aturan-aturan yang mengecam kemajuan demokrasi.

Panda sendiri tergabung dari beberapa komunitas berbasis solidaritas di Bandung, yakni Aliansi Pelajar Bandung (APB), Aksi Kaum Muda Indonesia (AKMI), Front Mahasiswa Nasional (FNM) cabang Bandung, Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Jabar, Kolektifa, Komite Angin Malam, Komite Aksi Mahasiswa UIN, Jaringan Pemuda Kristen Hijau, Lapak Baca Anak Semua Bangsa, Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK), Mercusuar Merah, Metaruang, Pusat Perjuangan Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) KK Bandung, Rancaekek Melawan Racun, Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK), Unite Voice Tel-u.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *