Donna dan Pedangnya

Sebentar gusar, pandangannya kasat.
Dihisapnya tulang belulang.
Sampai ke sum-sum juga.
Ia bahagia.

Tak usah kau singgung keadilan, memangnya ada?
Kau jalan saja, selagi bisa.
Tak usah kau resah, jika emansipasi kau sembah.

Bagiku kau wanita.
Satu dari dua gender manusia.
Mungkin kini tiga, atau empat?

Donna kini kau tak lagi mengulak sambal di belakang.
Kau bukan lagi gundik dari para philogynik.
Dan bukan perhiasan sangkar madu.
Kini kau pemegang pedang, yang meringkuk saat perang datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *