New Normal yang Tampak Normal

Pict Source: Reuters/ Willy Kurniawan.

Oleh: Dewi Ayu Safitri.

Banyak kegagalan yang terjadi dalam pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan di lingkungan sekitar, bahkan banyak kawasan perbelanjaan yang masih dipadati oleh masyarakat, meski pandemi Covid-19 masih belum berakhir. New normal yang sejatinya merupakan respon terhadap pandemi, dengan menormalisasi serangkaian protokol kesehatan, pun malah terasa seperti hari-hari normal pada umumnya.

Dilihat dari keadaan Indonesia sekarang, sebetulnya new normal ini belum siap untuk dilakukan. Dilansir dari Republika.co.id, suatu negara baru dinyatakan memenuhi syarat untuk memberlakukan new normal jika negara tersebut telah terbukti dapat mengendalikan penularan Covid-19. Namun yang terjadi justru sebaliknya, bisa dilihat dari hari ke hari tidak ada penurunan dari penyebaran Covid-19 di Indonesia, semakin hari semakin banyak hingga memunculkan zona hitam di berbagai wilayah.

Tidak terdapatnya penurunan penyebaran Covid-19 ini dibuktikan dengan kembali diberlakukannya PSBB di Jakarta sejak 14 September 2020 dikarenakan terbatasnya kapasitas rumah sakit, membludaknya jumlah masyarakat yang terjangkit virus Covid-19, dan angka kematian yang cukup besar akibat Covid-19. Selain diberlakukannya PSBB, beberapa wilayah Jawa Barat seperti Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM). Diterapkannya PSBM di beberapa wilayah Jawa Barat ini mengacu pada fakta bahwa sekitar 70 persen penyebaran Covid-19 terjadi di Bodebek. PSBM sendiri merupakan pembatasan yang dilakukan dengan cakupan yang lebih kecil dari PSBB.

Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya menjaga kesehatan pun masih sangat kurang. Masih banyak masyarakat yang bahkan tidak mengenakan masker di lingkungan sekitar atau tetap melakukan aktivitas sehari-hari layaknya hari-hari biasa tanpa Covid-19. Di sisi lain, ketegasan terhadap masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan sangatlah kurang, karena hal itulah masih banyak masyarakat yang lalai dalam pelaksanaan protokol kesehatan.

Apa itu new normal? New normal merupakan sebuah pola hidup baru yang beradaptasi di tengah keadaan pandemi Covid-19 pada saat ini. Masyarakat diminta untuk beradaptasi dengan keadaan dan menjadikan protokol-protokol kesehatan sebagai kebiasaan atau kegiatan yang memang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa ini kedisiplinan masyarakat terhadap kesahatan sangat diperlukan agar pandemi segera dapat terselesaikan. Pada new normal ini pembatasan kegiatan masyarakat akan lebih dilonggarkan.

Awal mula diadakannya new normal disebabkan oleh pemerintah yang merasa bahwa tidak mungkin meminta masyarakat untuk terus menerus berdiam diri di rumah. Pemerintah mengkhawatirkan akan adanya peningkatan jumlah masyarakat yang stress karena jenuh. Pemerintah juga mengetahui bahwa Covid-19 ini belum tentu akan selesai pada waktu yang dekat, hal ini pasti sangat berpengaruh pada faktor ekonomi. Ekonomi menjadi salah satu alasan utama pemerintah menerapkan new normal, banyaknya perusahaan-perusahaan yang merugi sehingga mem-PHK sebagian karyawannya menjadi salah satu contoh bahwa perekonomian di Indonesia sedang tidak baik-baik saja selama masa pandemi ini.

New normal terlihat seperti hari-hari biasa tanpa adanya virus Covid-19. Jalanan yang sangat ramai, banyak pusat perbelanjaan yang menerapkan protokol kesehatan sekedar formalitas, banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan masker atau menggunakan masker hanya untuk menghindari razia, denda dan teguran dari pihak berwajib, berkumpul di satu tempat dengan jumlah orang yang banyak, dan tidak melakukan social distancing. Hal-hal seperti itu merupakan kegiatan yang biasa dilakukan sebelum adanya Covid-19.

Banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan new normal sebagai kebebasan merupakan salah satu faktor mengapa new normal ini terasa seperti hari-hari normal pada umumnya. Masyarakat yang jenuh akan kegiatan yang terus menerus dilakukan di rumah dan segala suatu hal berubah menjadi online, membuat banyak masyarakat menyalahgunakan new normal ini. Sebetulnya bisa saja new normal dikatakan sebagai suatu kebebasan, tetapi kebebasan yang tidak lepas dari protokol kesehatan ketat seperti pengecekan suhu, memakai masker, social distancing, menjaga kebersihan, juga memperhatikan etika bersin dan batuk yang benar di tempat umum.

Apa yang akan terjadi jika new normal gagal? New normal sangat bergantung pada masyarakat, pemerintah dan aparat hanyalah faktor pendukung saja. Jika new normal gagal dalam menanggulangi Covid-19, maka Indonesia harus melawan kembali Covid-19 pada gelombang kedua dengan melakukan PSBB lagi di seluruh wilayah Indonesia. Sangat diperlukan keseriusan masyarakat Indonesia dalam penerapan new normal, tetapi apakah setelah diberlakukan selama ini sudah membuahkan hasil? Tentunya pertanyaan tersebut kembali dibebankan pada kesadaran masyarakat yang masih perlu ditingkatkan lagi.

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap ancaman Covid-19 memang bisa dibilang masih sangat rendah. Banyaknya aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dilanggar oleh masyarakat. Kesadaran merupakan tanggung jawab setiap individu, kesadaran sangatlah penting pada masa ini. Dengan adanya kesadaran akan membuat kondisi Indonesia semakin membaik dan penyebaran Covid-19 dapat tercegahkan. Kebijakan-kebijakan pemerintah akan berjalan dengan lancar apabila masyarakat mengikuti dan melaksakan aktifitas sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku. 

Keegoisan merupakan salah satu sikap yang membuat kesadaran ini hilang. Bisa saja kita tidak tertular virus Covid-19 ini, tetapi kita yang membawa atau menyebarkan virus ini ke orang-orang sekitar. Mungkin beranggapan bahwa, “virus Covid-19 tidak sebahaya itu” atau “Covid-19 hanyalah penyakit kecil yang terjadi secara tiba-tiba dengan jumlah yang besar” merupakan hak pribadi. Tapi apakah kita harus egois dalam menyikapinya? Pada masa pandemi ini bukan masalah menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi orang-orang yang berada di sekitar kita juga. Mungkin benar tubuh beberapa orang kuat untuk melawan Covid-19, tetapi bagaimana dengan orang yang lemah? Mereka harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk melawan penyakit ini.

Dalam roda perekonomian mungkin terdapat sedikit pencerahan dari new normal ini. Akan tetapi, seperti yang dilansir dari okefinance, pemulihan perekonomian berjalan lebih lambat dari biasanya, hal tersebut terjadi karena masyarakat lebih mengkhawatirkan keselamatan dan biaya kesehatan dirinya sendiri. Selain itu juga new normal membuat ketimpangan semakin lebar, penerapan protokol kesehatan akan sangat mudah diterapkan di sektor usaha yang sedang ke besar sedangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk kelengkapan pemberlakuan protokol kesehatan di tempat usahanya.

Mungkin berat untuk memberlakukan ketidaknormalan yang mau tidak mau dinormalkan. Demi berakhirnya pandemi ini, alangkah baiknya kita sebagai masyarakat berdamai dengan keadaan, menerima kenyataan bahwa hal ini baru bagi semua orang tidak hanya bagi beberapa individu saja. Meski kita merasa sulit atau frustasi dalam memberlakukan protokol kesehatan yang baik dan benar, tapi demi keberlangsungan hidup kedepannya kita harus membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.


Editor: Jufadli Rachmad.