Masa Depan Bangsa dan Skor Membaca Siswa yang Masih di Bawah Rata-rata

Pict Source: Cnnindonesia.com

Oleh: Handian Miftahudin.

Pada usianya yang telah menginjak 75 tahun, Indonesia masih perlu memerhatikan berbagai aspek guna menjaga kualitas sumber daya manusianya. Aspek yang penting dalam menjaga hal tersebut adalah kualitas pendidikan, dan hal tersebut dapat ditunjang oleh minat baca masyarakatnya. Namun angka minat baca di negeri ini masih bisa dibilang minim, masih banyak pihak yang belum sadar mengenai seberapa pentingnya membaca, khususnya bagi siswa.

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang memberikan kita pengetahuan lebih dalam mengenai berbagai hal. Dari membaca pula kita dapat berbagi ilmu mengenai hal baru maupun hal lama yang belum diketahui orang banyak. Oleh karena itu, membaca dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki minat baca yang cenderung kurang, akibatnya tingkat persaingan dalam berbagai aspek masih dianggap rendah oleh beberapa negara di dunia. Data tersebut termuat dalam PISA (Programme for International Student Assessment), sebuah program yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun terkait pengetahuan dan keterampilan membaca, matematika, sains, dan tentang cara mengatasi suatu studi masalah/kasus.

Data perkembangan proses membaca siswa berusia 15 tahun pada periode tahun 2018 menunjukan hasil yang sangat menyedihkan. Minat baca siswa Indonesia hanya memperoleh poin sebesar 371 dari rata-rata skor The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) 489 poin. Hasil tersebut tentu masih jauh dari kata baik untuk siswa usia 15 tahun di Indonesia.

Dalam hal ini penerapan yang seharusnya dilakukan sejak dini adalah proses pembelajaran di lingkungan sekolah dengan menerapkan program membaca serta mengkaji isi dalam suatu tulisan maupun buku yang sudah ditentukan oleh para guru. Kegiatan ini dapat membantu proses belajar siswa untuk lebih mengenal serta mulai menggemari kegiatan membaca. Mendikbud memberitahukan bahwa kegiatan ini juga tidak hanya dijadikan sebagai suatu tuntutan, melainkan suatu hiburan yang bisa dilakukan ketika waktu senggang seperti saat liburan atau pada saat jam istrahat siswa.

Selain itu lingkungan juga memiliki peranan penting dalam mendukung minat baca siswa. Hal tersebut bisa diawali dari lingkungan keluarga siswa. Orang tua siswa dapat memberikan pemahaman-pemahaman mengenai manfaat dan kegunaan dari membaca, mulai dari pengetahuan yang akan ia dapat ketika membaca, manfaat yang akan diperoleh, hingga dampak yang akan dirasakan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain teknologi yang semakin berkembang pesat pun turut memengaruhi minat baca siswa, seperti pada teknologi yang sedang digemari siswa usia 15 tahun yakni smartphone. Dalam menggunakan teknologi ini, sering kali siswa lebih terpaku kepada hal-hal yang sifatnya hiburan seperti gamemobile, youtube, maupun media sosial.

Hal tersebut dapat dihindari dengan pemberian pemahaman mengenai kegunaan smartphone yang baik dan benar, baik oleh orang tua maupun guru. Pemahaman tersebut bisa disisipkan melalui pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) di sekolah. Guru dapat menyisipkan pemahaman mengenai cara yang lebih bijaksana dalam menggunakan smartphone beserta anjuran untuk memanfaatkan alat tersebut sebagai media mengakses informasi yang bermanfaat. Atau, bahkan guru bisa mencari referensi bahan ajar dari smartphone, serta berbagi referensi informasi dengan murid, hal seperti ini dapat memberikan pengaruh yang baik bagi minat baca serta minat belajar siswa.

Dalam hal ini tidak hanya pemerintah saja yang harus bertindak agar siswa dapat gemar membaca sejak dini. Peran dari berbagai pihak pun memiliki dampak yang besar terhadap proses pembelajaran siswa. Masih banyak dukungan yang kurang dari masyarakat terkait mutu serta kualitas siswa khususnya dalam membaca, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan bantuan berupa buku-buku kepada siswa di berbagai pelosok di Indonesia, karena “semua siswa dapat mencapai tinggi jika dukungan yang baik dan tepat sasaran diberikan. Terutama bagi siswa yang kurang beruntung. PISA menunjukan bahwa kemiskinan bukanlah takdir,” sebagaimana yang disampaikan Andreas selaku Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD.

Hal ini patut kita sadari bersama bahwa untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas diperlukan dorongan dari masyarat. Kita pun harus memberikan dorongan kepada siswa untuk mulai menggemari kegiatan membaca sejak dini, karena dengan “membuka jendela dunia” lah siswa dapat memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat dalam perkembangan kualitas siswa untuk generasi kedepannya. Proses ini pun terus ditekankan oleh mendikbud bahwa, siswa memerlukan dukungan dari guru serta orang tua untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Penting bagi pemerintah memberikan ruang gerak yang cukup bagi pihak-pihak terkait untuk dapat terlibat serta ikut belajar.

Terlahirnya generasi yang pandai dalam membaca akan memberikan pengaruh besar untuk memahami berbagai bidang seperti sains, matematika, bahkan dapat memecahkan masalah pribadi dengan baik, serta menciptakan generasi yang dapat memimpin negeri ini dengan jujur dan baik untuk kedepannya. Mulai dari bidang ekonomi, bisnis maupun politik di Indonesia pun bisa bargerak kearah yang lebih baik untuk generasi-generasi selanjutnya.


Editor: Jufadli Rachmad.