Menikmati Super Vesak Blood Moon, Fenomena Langka 195 Tahun Sekali

“Seorang siswa tengah mengamati Gerhana Bulan Total pada Rabu (26/05). Kegiatan dilaksanakan guna memberikan edukasi kepada murid terkait fenomena astronomi.” Foto: Dimas Rachmatsyah.

Pada Rabu sore (26/05) dengan keadaan cuaca Kota Bandung yang bersahabat, dikabarkan akan berlangsung sebuah fenomena Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon. Kemunculan peristiwa ini terbilang cukup langka, yaitu hanya terjadi setiap 195 tahun sekali.

Fenomena gerhana merupakan salah satu fenomena alam yang unik dan banyak memunculkan antusias serta rasa penasaran banyak orang. Terlebih lagi Gerhana Bulan merupakan salah satu kejadian astronomi yang dapat dilihat langsung dengan mata telanjang sehingga memudahkan siapa saja yang ingin melihatnya tanpa perlu mempersiapkan alat-alat tertentu seperti teleskop atau teropong.

Dilansir dari situs NASA (National Aeronautics and Space Administration), gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi ketika posisi bumi terletak di antara bulan dan matahari dalam satu garis lurus yang sama. Sehingga Bulan, yang biasanya terlihat bercahaya karena memantulkan sinar Matahari, tertutup bayang-bayang Bumi.

Gerhana Bulan Total yang terjadi pada Rabu kemarin memiliki keistimewaan tersendiri. Selain dengan kemunculan setelah 195 tahun lamanya, gerhna juga terjadi pada saat bulan berada dalam posisi terdekat dengan bumi. Oleh sebab itu pula penampakan bulan akan sedikit lebih besar dan warnanya terlihat lebih terang sebelum terjadi gerhana bulan total.

Gerhana Bulan Total disebut juga Super Blood Moon, karena pada saat memasuki fase gerhana total objek tersebut akan berwarna kemerahan layaknya warna merah darah dan itu akan memperlihatkan secara jelas perbedaan sebelum dan sesudah Gerhana Bulan Total terjadi.

Salah satu SMA yang berada di Kota Bandung, yaitu BPI 1 Bandung, turut ikut menikmati momen langka dengan mengadakan acara virtual bagi para siswa mengenai gerhana Bulan Total. Pihak sekolah juga memperbolehkan siswa, dengan batas 5 orang, sebagai perwakilan untuk bisa berkesempatan melihat fenomena gerhana bulan total ini secara langsung. Pembatasan tersebut tak lain karena masih masa pandemi akhirnya harus dibatasi.

Dengan memanfaatkan Observatorium Winaya yang sudah ada sejak 2016 ini, Kiki selaku Kepala Sekolah menyatakan, bahwa acara virtual yang diselenggarakan dapat memberikan pengetahuan mengenai gerhana dari segi ilmu maupun dari segi agama.

Kiki juga menuturkan antusias siswa dalam memperlajari ilmu astronomi merupakan salah satu yang mendukung diadakannya acara yang bersangkutan dengan fenomena seperti gerhana.

“Siswa memang antusias dalam mempelajari ilmu astronomi, dan kebetulan juga ada dananya untuk membuat Observatorium,” Tambahnya.

Biru Angeli selaku salah satu siswa SMA BPI 1 menambahkan bahwa sejak adanya Observatorium sekolah suka mengadakan acara yang dapat memanfaatkan Observatorium tersebut.

“Iya biasanya setiap ada gerhana bulan atau fenomena lain di sekolah suka mengadakan kegiatan. Acaranya (gerhana) biasanya Sholat maghrib dulu, bisa ke atas (Observatorium) buat lihat gerhananya, terus juga sholat gerhana. Dan di zoom (dilaksanakan) pembahasan tentang gerhana, tata cara sholat juga dibahas,” Ujar Biru

Cucu Hidayat selaku Ketua Observatorium Winaya menjelaskan bahwa Observatorium ini dilengkapi dua teleskop dengan jenis yang berbeda. Teleskop pertama merupakan teropong lensa, yang jika lihat secara langsung, teleskop ini berwarna putih ramping dan dapat dibawa sesuai keinginan kita memilih tempat untuk melihat fenomena yang ada di langit. Terdapat dua jenis lensa yang dapat ditemukan pada teropong ini, yang merupakan teleskop pembias berdiameter 80 mm dan fokus 800 mm, lalu Newtonia yang berdiameter lebih kecil yakni 76 mm dan fokus 700 mm.

Lalu ada teleskop jenis cemin atau pemantul, teleskop itu berwana hitam dan berukuran lebih besar dari teleskop lensa. Terpasang sebuah pillar hitam yang sengaja tertancap permanen berdiri tegak untuk menopang teleskop tersebut, maka dari itu teleskop cermin bersifat tetap (fixed) atau tidak bisa dipindah-pindahkan sesuai keinginan bagi yang ingin memakainya. Teleskop ini berdiameter lebih besar dari teleskop lensa yaitu 152 mm dan panjang fokus 731 mm. Pemandangan melalui teleskop tentunya lebih jelas, mulai dari terangnya sebuah objek yang diamati, warna objek, hingga tekstur objek.

Sementara, Gerhana Bulan Total yang sudah menghiasi langit di malam Rabu itu pun berakhir disekitar pukul 20.30 WIB.


Teks oleh: Sherine Angelica.