Mengenal Wahidin Soedirohoesodo, Penggagas Budi Utomo
Gambar ilustrasi: Jufadli R.
Munculnya Hari Kebangkitan Nasional sebagai salah satu hari nasional tidak dapat dipisahkan dari berdirinya Budi Utomo. Lahirnya organisasi ini pada 20 Mei 1908 menjadi awal dari perjuangan kemerdekaan secara nasional di mana sebelumnya upaya-upaya perlawanan terhadap kolonialisme masih dilakukan dari skala yang lebih kecil dan belum mengusung kata persatuan.
Lahirnya Budi Utomo juga menjadi pemantik munculnya organisasi-organisasi anti-kolonialisme lainnya. Sarekat Islam yang pada awalnya hanya mencakup permasalahan ekonomi dan sosial serta Indische Partij yang didirikan oleh seorang Indo bernama Ernest Douwes Dekker atau yang lebih dikenal dengan nama Setiabudi pun lahir menyusul membantu pergerakan nasional tiga tahun kemudian.
Atas serangkaian upaya serta pengaruhnya dalam meningkatkan martabat kaum pribumi baik dari segi pendidikan, kebudayaan, maupun mata pencaharian, hari lahir organisasi pemuda yang didrikan oleh Dr.Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) ini ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Gagasan akan lahirnya organisasi yang kemudian menjadi langkah awal menuju kemerdekaan ini muncul dari seorang dokter bernama Wahidin Soedirohoesodo. Dr.Wahidin lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Desa Mlati Yogyakarta. Meski lahir di tengah keluarga berada, Ia sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Dari situlah kepeduliannya terhadap masyarakat pribumi yang tertindas oleh penjajahan mulai muncul.
Kecintaannya terhadap dunia medis serta rasa ingin belajarnya yang besar membuat Dr.Wahidin memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke STOVIA di Jakarta. Sekembalinya dari pendidikan, ia pun kembali ke Yogyakarta untuk membantu rakyat dengan profesinya sebagai seorang dokter.
Kepeduliannya terhadap rakyat kecil semakin dalam. Sebagai seorang dokter serta pribadi yang dekat dengan rakyat kecil membuat Wahidin melihat secara langsung penderitaan yang dialami rakyat akibat penjajahan Belanda. Keinginannya untuk membebaskan penderitaan rakyat muncul. Dua hal utama yang menjadi perjuangannya adalah pendidikan dan pengajaran serta kesadaran kebangsaan.
Ia ingin rakyat dapat memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk dapat mengenyam pendidikan. Ia pun kemudian mulai menemui tokoh-tokoh di kota-kota pulau Jawa untuk menyampaikan gagasannya tersebut. Namun sayangnya tidak semua tokoh tersebut memiliki pandangan serupa.
Gagasan tersebut kemudian ia bawa kepada para pelajar di STOVIA. Kepada para pelajar STOVIA, ia mengemukakan mengenai pentingnya mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan martabat bangsa. Gagasan tersebut disambut baik oleh para pelajar STOVIA, yang kemudian mendorong terciptanya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Dr.Wahidin memiliki peranan penting dalam berdirinya Budi Utomo sebagai organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia.
Dr.Wahidin Soedirohoesodo meninggal dunia pada 26 Mei 1917 di usianya yang menginjak 65 tahun. Ia dimakamkan di tanah kelahirannya di desa Mlati, Yogyakarta. Ia kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 november 1973 sesuai dengan Keppres No.88/TK/73.
Teks Oleh: Jufadli Rachmad.