PENGKHIANATAN MAKNA ANARKISME
Dewasa ini, kita seringkali mendengar kata “anarkis” ditujukan pada suatu perilaku negatif seperti kerusuhan, perkelahian bahkan pengerusakan. Padahal, jika kita telaah lagi, makna tersebut kurang tepat jika harus disandingkan dengan kata “anarkis”.
Secara etimologis Anarkisme berasal dari kata dasar “anarki” dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas – secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti “tanpa pemerintahan” atau “pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya”. Bentuk kata “anarkis” berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.
Sederhananya, anarkis berarti tindakan atau sikap menolak bentuk penindasan dan pemerintahan. Terlepas dari siapa yang menindas dan ditindas, atau siapa yang memerintah dan diperintah tak peduli dimanapun tempat berlangsungnya sistem tersebut.
Ironisnya, kita sering menghianati makna kata anarkis baik secara sengaja atau tak disengaja. Penulis seringkali mendengar langsung penghianatan makna kata tersebut bahkan dari seorang pengajar/dosen. Siapapun yang tidak setuju pada suatu kebijakan atasannya, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pelaku anarkis. seorang pelajar dapat dikatakan anarkis ketika tidak setuju dengan kebijakan sekolah/kampus tempat ia menimba ilmu.
Namun kita tidak bisa seenaknya menghakimi siapapun yang salah paham terhadap makna kata anarkis ini. Ada baiknya jika kita mencari tahu penyebab dari kesalahpahaman ini. Apa penyebabnya?
Media adalah hal yang paling dekat dengan masyarakat. Bisa jadi penyebabnya adalah media yang seringkali menyalahgunakan kata anarkis ini. Dan lagi kita tidak bisa menyalahkan media, karena apa yang kita dengar selanjutnya kita sendiri yang akan mengolahnya.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita sebaiknya mencaritahu terlebih dahulu atas segala sesuatu yang didapat. Salah satunya dengan membaca, seperti yang dikatakan oleh salah satu penulis perancis Victor Hugo “Belajar membaca bagaikan menyalakan api; setiap suku kata yang di eja akan menjadi percik yang menerangi.” Dengan membaca kita tahu mana yang benar dan mana yang terlihat benar. Salah satunya tentang pemaknaan kata anarkis yang terkhianati.