Bentuk Solidaritas Untuk LPM Suara USU, FKPMB Adakan Aksi Tutup Mulut

“Massa aksi yang dipelopori oleh Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB) melakukan Aksi Tutup Mulut sambil menunjukkan kertas berisikan tulisan-tulisan protes dalam aksinya, pada Rabu (14/08), bertempat di sekitar monumen bola dunia, Jalan Asia Afrika, Bandung.” Foto: Jufadli R.

Bandung – Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB) mengadakan sebuah aksi tutup mulut, yang bertempat di sekitar monumen bola dunia, Jalan Asia Afika, Pada Rabu (14/08). Aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas untuk Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara, Universitas Sumatera Utara (USU), serta menyuarakan kasus pembatasan ruang literasi berupa perampasan buku bacaan yang terjadi di beberapa kota di Indonesia.

Bermula dari permasalahan LPM Suara USU Medan, Sumatera Utara, hasil karya dari Yael Stefani berbentuk Cerita Pendek dengan judul “Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya” yang diunggah di laman web suarausu.co, pihak kampus menuding cerpen tersebut seperti mengampanyekan  lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), lalu atas dasar keputusan Rektor melalui SK Nomor 1319/UN5.1.R/SK/KMS/2019, sebanyak 18 pengurus LPM Suara USU dipecat.

Menanggapi kasus tersebut, Muhammad Firza, salah seorang massa aksi dari LPM Jumpa Unpas berharap agar pihak USU juga pemerintah supaya lebih bijak dalam menanggapi kasus-kasus serupa. “Yang diharapkan untuk Rektor USU agar lebih open minded lagi, lebih terbuka terhadap suatu karya. Walaupun karya itu membahas tema yang sensitif tetapi jangan sampai membuat ruang gerak berkarya menjadi terbatas. Lalu untuk pemerintah semoga lebih terbuka lagi perihal pembubaran lalu pembekuan LPM-LPM kampus. Karena saat ini keran-keran demokrasi kita berarti sudah ditutup.” Ungkapnya, saat ditemui di sekitar lokasi aksi.

Dalam aksi tersebut juga menyuarakan tentang penyitaan dan penarikan buku bacaan yang dianggap “kiri” yang baru-baru ini terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Dikutip dari laman web TirtoID, razia pertama dialami oleh  dua mahasiswa, Muntasir Billah (24) dan Saiful Anwar (25), yang tergabung dalam komunitas bernama Vespa Literasi. Mereka ditangkap Polsek Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (27/07) malam, karena menggelar lapak baca gratis di Alun-alun Kraksaan. Beberapa buku yang disita adalah Dua Wajah Dipa Nusantara, Menempuh Di Jalan Rakjat, Sukarno, Marxisme & Leninisme, serta D.N. Aidit: Sebuah Biografi Ringkas. 

Selanjutnya, pada Sabtu (3/08), razia buku terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan oleh sekelompok orang yang menamakan diri sebagai Brigade Muslim Indonesia (BMI). Mereka langsung merazia buku di Gramedia Trans Mall Makassar.

Rian Ramdani selaku Koordinator Sekjen Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB) menyayangkan adanya razia-razia buku bacaan tersebut.  “sangat disayangkan, karena buku-buku itu kan jendela dunia, sumber pengetahuan. Kenapa dilarang? Kalau misalnya kita tidak mau membaca nanti kita gampang dibodohi. Misalnya aliran bagaimana sih yang dianggap kiri dan yang lain tetapi mereka tidak melihat intisari dari buku tersebut, hanya membaca sepintas sinopsisnya, lalu main razia-razia saja tanpa dikaji telebih dahulu.” tuturnya.

Rian menambahkan, pasca dilaksanakannya aksi ini mereka akan tetap mengawal terlebih persoalan LPM Suara USU. Mereka juga akan melanjutkan aksi selanjutnya, salah satunya di Aksi Kamisan. Serta adanya beberapa diskusi juga kajian, baik itu diskusi publik atau kajian publik yang intinya tetap mengawal perihal LPM Suara USU.



Teks Oleh: Nadhira Farah G.