Mengapa Persib Gagal Menjadi Juara?
“Unggul dalam materi pemain, kualitas pelatih, sponsor berlimpah tidak menjamin sebuah tim juara” – Unknown
Oleh: Raden Muhammad Wisnu
(Jurnalistik 2012)
Di musim depan, Mario Gomez sudah tidak lagi bersama dengan Persib Bandung karena kebijakan dari manajemen Persib yang sepakat untuk memutus kontrak pelatih asal Argentina tersebut. “Pelatih (Mario Gomez) sudah selesai, ya jadi diputus kontrak. Awalnya dua tahun dari awal seperti kalian tahu,” kata Direktur Keuangan PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), Teddy Tjahyono, seperti dilansir simamaung.com, Rabu (12/12/2018).
Keputusan tersebut diambil bukan tanpa pemikiran matang. Jajaran petinggi PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) telah memperhitungkan baik buruk keluarnya pelatih berusia 61 tahun itu melalui rapat evaluasi. Faktor sikap yang ditunjukkan Gomez selama ini dianggap mengganggu kondusifitas tim.
Padahal, di bawah komando Mario Gomez, Persib Bandung sempat menjadi juara paruh musim, dengan berada di puncak klasemen. Persib Bandung sukses meraih gelar juara paruh musim Liga 1 2018 dengan mengkoleksi 29 poin dari 17 laga yang dilakoni, unggul satu angka atas Barito Putera dan PSM Makassar.
Pertanyaannya adalah, mengapa Persib Bandung gagal meraih gelar juara?
Semuanya bermula dari insiden 23 September 2018 yang lalu, ketika Haringga Sirilia gugur pasca dikeroyok sejumlah bobotoh pada pertandingan Persib Bandung yang menjamu Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Langit tidak berpihak pada Mario Gomez dan anak asuhnya. Sebelumnya, mari kita doakan Mendiang Haringga Sirilia agar tenang disana, dan tidak ada lagi korban yang harus gugur lagi dalam dunia sepakbola Indonesia.
Pasca kejadian kelam di GBLA tersebut, Persib Bandung menerima sejumlah sanksi, otomatis kualitas permainannya menurun tajam. Belum lagi, banyak pemain Persib Bandung yang terkena sanksi, kedalaman pasukan Maung Bandung pun menurun, kelelahan karena setiap minggu bermain ‘away’, yang akhirnya hanya mencatatatkan satu kali kemenangan dalam sepuluh pertandingan terakhir.
Dengan menjadi tim ‘musafir’, praktis Persib Bandung tidak memiliki banyak waktu untuk berlatih, apalagi menjaga kebugaran. Pematangan taktik dan strategi pun tidak sempat dilakukan karena terus-menerus melakukan perjalanan. Saya pikir saya tidak harus menceritakan bagaimana lelahnya terus menerus bertanding ‘away’ antar pulau setiap minggunya.
Dengan main di luar pulau tanpa dihadiri bobotoh, praktis lawan dapat bermain lebih lepas, hingga barangkali menganggap pertandingan melawan Persib tidak lebih dari sekedar pertandingan persahabatan saja. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran bobotoh adalah sebagai pemain keduabelas di lapangan.
Saya yakin, di hati kecil para pemain dan pelatih barangkali ingin menyalahkan pihak bobotoh yang anarkis tersebut pada insiden gugurnya Haringga, “mun lain gara-gara maraneh (bobotoh pelaku pengeroyokan) urang moal kieu (kalau bukan karena kalian (bobotoh pelaku pengeroyokan), kami tidak akan seperti ini)”
Tetapi, sebagai pemain sepakbola profesional, tentu saja mereka tidak bisa bersikap seperti itu. Jika mereka terang-terangan menyalahkan bobotoh atas menurunnya performa mereka, mereka pasti kehilangan rasa hormat dari para bobotoh. Di tengah segala kegundahan tersebut, para pemain dan pelatih pun, yang sudah kelelahan secara fisik dan mental, jadi saling menyalahkan satu sama lain atas badai yang terjadi. Belum lagi, banyaknya kemelut di tubuh PSSI itu sendiri.
Saya menuliskan hal tersebut karena saya pikir bukan hanya karena Persib Bandung yang harus menelan pil pahit berupa gagalnya menjadi juara belaka, namun karena keputusan Komisi Disiplin PSSI terkait sanksi terhadap Persib dan para bobotoh yang terkesan tebang pilih dan tidak berlandaskan nilai-nilai keadilan. Laga tim tertentu yang tidak harus saya sebutkan siapa, selalu diuntungkan sedemikian rupa berdasarkan faktor-faktor teknis dan faktor-faktor non teknis, sedangkan laga yang melibatkan Persib Bandung selalu dirugikan dalam perjalanan Liga 1 tersebut, baik secara faktor-faktor teknis dan faktor-faktor non teknis.
Saya kira, pemecatan Mario Gomez tidak akan berpengaruh banyak pada Persib Bandung di musim depan. Manajemen Persib Bandung harus mengambil pelajaran dari musim lalu, dimana penunjukan pelatih sangat terlambat sehingga pembentukan kerangka tim, baik secara teknis dan non teknis dirasa sangat sulit dibangun karena sedikitnya waktu yang tersedia karena keterlambatan tersebut. Kita lihat, apakah musim ini manajemen akan kembali terlambat dalam menentukan pelatih Persib Bandung?
Juga, pihak manajemen persib Bandung jangan pernah mengintervensi segala macam keputusan pelatih baik dalam pemilihan pemain pada pra musim hingga pada jalannya pertandingan. Selama ini pihak manajemen Persib Bandung menyanggah bahwa mereka melakukan intervensi pada pelatih, namun kenyataan di lapangan, pelatih Persib Bandung, siapapun orangnya, tidak diberi kebebasan untuk melakukan pemilihan pemain hingga dalam meracik strategi di lapangan. Ini hal yang sangat penting.
Paling tidak, akhirnya Liga 1 musim ini sudah selesai. Drama yang panjang dan melelahkan sudah berakhir, dan banyak kesimpulan yang bisa diambil dari musim yang melelahkan ini. Paling tidak, jajaran manajemen dan pelatih Persib Bandung musim depan harus paham bahwa materi pemain dan pelatih yang bagus saja tidak akan berhasil membawa Persib Bandung juara. Persib Bandung tetap butuh faktor keberuntungan di luar teknis persepakbolaan yang dilakoninya. Insiden gugurnya Haringga dan sederet sanksi yang Persib Bandung terima dari Komisi Disiplin PSSI tentu saja tidak dapat diprediksi dan diatasi oleh pelatih manapun, sehebat apapun dia.
Sekarang, saatnya seluruh pihak, baik pihak manajemen Persib Bandung, tim pelatih, para pemain, dan bobotoh untuk introspeksi diri. Tidak ada yang paling bersalah dalam kegagalan Persib Bandung di Liga 1 musim ini. Sebaliknya, jadikanlah Liga 1 musim ini sebagai musim terakhir dalam sejarah Persib Bandung akan adanya suporter tim tamu yang gugur hanya karena perbedaan seragam sepakbola. Ujung-ujungnya tim kesayangan mereka juga yang dirugikan, bukan? Mari berbenah, untuk semua pihak, demi kejayaan Maung Bandung!
Saat ini Maung Bandung saat ini sudah mengambil langkah dalam menatap liga musim 2019 dengan menunjuk Miljan Radovic sebagai pelatih. Akankah Persib Bandung belajar dari kesalahan mereka?