Romansa Tanah Merah
Oleh: Aldo Hananda
Sedia segala sebelum bencana
angin topan berjalan
mendekati lelaki birahi
bibir kulit yang menipis.
Terbakar habis massa yang mengemis
pasalnya bumi dibasahi amarah menggerimis
makan malam tak kunjung datang
ada orang yang ku tunggu dan ku tantang.
Menggeliat sekarat pelacur yang rawan
begitu lunak hati seorang rupawan
robek baju, perosot celana, tak kuat tertahan
minta dikasihi hati dari seorang Tuan.
Ku ambil pena di Ladang Perpisahan
menulis di atas daun jagung yang layu
ku ambil Puan demi sebuah kesenangan
bungkus satu porsi yang ranumnya ayu.
Pulang; habisi atau berbagi?
bercengkrama di pelataran
bersama bujang yang akal sehatnya terbuang.
Daun mangga itu aneh
gugur malam-malam
sepasang mata mengintip
sepasang mata pula berkedip.
Percayalah ini bukan tentang ‘aku’
ini ‘kami’,
yang tak kalian tahu.