Bagaimana Media Menggiring Opini dalam Rivalitas Sepak Bola
Oleh: Friska Septianie.
Sepak bola merupakan olah raga yang paling menarik hati di seantareo bumi. Di Indonesia sendiri sepak bola menjadi olah raga yang paling tinggi peminatnya. Alasannya olah raga ini bisa dimainkan dan dinikmati siapapun, di manapun, dan kapanpun dengan cara amat sederhana.
Pada teorinya, sebuah klub sepak bola terdiri dari 11 orang sebagai pemain, satu orang pelatih dan beberapa staff lainnya. Namun pernahkah anda mendengar istilah pemain ke 12? Ya, istilah ini mengacu kepada para fans fanatik yang selalu menyempatkan waktu, tenaga bahkan uang mereka untuk sekedar menonton dan mendukung tim yang mereka senangi.
Penikmat olah raga si kulit bundar memiliki loyalitasnya masing masing terhadap tim kebanggaannya. Tapi tingginya loyalitas menimbulkan fanatisme yang salah arah, membuat mata hati mereka buta akan kemanusiaan. Hal tersebut seolah menjadi sebuah drama action perkelahian yang merenggut nyawa manusia. Entah kapan drama ini usai yang jelas jiwa manusia seakan terbutakan oleh rivalitas. Rivalitas suporter di Indonesia secara umum memang sudah kelewat batas. Setiap tahun, kita seolah hanya menantikan kabar duka atas tewasnya suporter di sebuah pertandingan sepakbola.
Tidak sedikit media yang memanfaatkan rivalitas tersebut untuk kepentingannya. Hingga menimbulkan beberapa opini yang mengubah persepsi masyarakat terhadap sepakbola di Indonesia. Seperti laga yang sedang hangat saat ini, antara Persib Bandung dan Persija Jakarta. Kedua tim sepak bola ini memang selalu menjadi sasaran media.
Dalam hal ini media seolah-olah menggiring opini masyarakat baik itu warga Bandung maupun Jakarta. Salah satu contoh konkret adalah masyarakat Jakarta mengklaim bahwa Bobotoh – sebutan bagi pendukung Persib Bandung – adalah pembunuh. Bisa ditarik kesimpulan beberapa media memang berperan penting dalam hal ini. Harusnya media menjadi alat kontrol sosial dan wadah informasi yang bermanfaat. Melihat kasus baru-baru ini mayoritas media hanya memperkeruh masalah dan membuat perpecahan antar daerah bahkan sesama manusia.
Dampaknya masyarakat yang kurang mengerti tentang bola pun ikut berpikir bahwa bobotoh terlihat kejam dan secara tidak langsung membuat mereka membenci kleb kebanggaan masyarakat Bandung. Di balik itu semua sebagai masyarakat yang cerdas sebaiknya jangan sampai mengkonsumsi informasi yang ada di media mentah-mentah.
Editor: Rizky Mardiyansyah.