Sanctuary, Setapak Perjalanan Merajut Asa Dalam Skena Melodic Hardcore.

Perjalanan dan perjuangan panjang yang dilalui oleh para personil band tentunya memiliki arti tersendiri di benak mereka, salah satunya seperti apa yang dirasakan para personil Sanctuary, sebuah band melodic hardcore asal Bandung yang beranggotakan lima orang yaitu, Ridwan (vocal), Dian (drum), Fahri (bass), Bimantara (gitar), dan Diki (gitar). Bukan hanya sekadar peruntungan materi yang mereka cari dalam skena musik, tetapi juga sebuah implementasi rasa dan pikiran yang dapat mereka tuangkan ke dalam karya-karya musiknya.

Nama ‘Sanctuary’ yang terbentuk di tahun 2012 ini, diambil berdasarkan salah satu lagu favorite mereka dari sebuah band hardcore Kanada, Counterparts yang berjudul The Sanctuary. Sejak saat itulah, Sanctuary mulai dikenal di kalangan penggemar musik melodic hardcore.  Mereka telah tampil, mengisi acara-acara musik di sejumlah daerah seperti Jakarta, Bekasi, dan Kuningan. Di kota asalnya pun, Sanctuary kerap kali membuat  gigs-nya sendiri dengan melibatkan musisi-musisi Bandung lainnya untuk turut menampilkan karya yang mereka miliki.

Bagi Bimantara, Sanctuary merupakan keluarga. Pahit-manisnya perjalanan band mereka untuk mencapai keberhasilan telah dirasakannya bersama anggota band lainnya. Tak ada yang tahu bagaimana sulitnya menyatukan perasaan dari selera bermusik masing-masing personil, dan mewujudkannya ke dalam satu gagasan yang solid. Namun, pada perjalanannya Sanctuary berhasil meracik perbedaan kelima personil hebatnya ini ke dalam sebuah tujuan yang pasti.

Apa yang terpenting menurut mereka adalah, lagu-lagu yang dilahirkannya dapat diterima dan didengarkan oleh seluruh penikmat musik. Tak disangka-sangka, mereka pun lalu mengeluarkan album pertama mereka yang bertajuk  “The Splendor Remembrance”  yang berarti memori atau kenangan indah.

Saat berbincang dengan saya,  Bimantara mengatakan bahwa pada awal rilis, satu-satunya yang kurang dari peluncuran album mereka adalah ketidakadaan bentuk fisik   “The Splendor Remembrance”, yang akhirnya mereka pun mengumpulkan pendanaan dari setiap anggota band untuk memproduksi 30 keping cd.

Keberanian pembuatan album mereka sangat diapresiasi oleh teman-teman terdekatnya dan orang-orang yang tertarik pada genre melodic hardcore yang diusung mereka. Memulai segalanya dari nol ternyata tidaklah sia-sia, perjuangan Sanctuary  patutlah diacungi jempol. Pembuktian bahwa apa yang mereka buat tidak hanya  mengisi kekosongan semata, tetapi juga berasal dalam diri masing-masing personilnya yang ingin menyalurkan kecintaan mereka terhadap musik. Karena menurut mereka, musik dapat mengekspresikan apa yang mulut tidak bisa katakan.

 

“Setiap genre musik punya kharismanya tersendiri, selama ia tak berpandu pada grafik popularitas dan matematika belaka”

– Jerinx, SID.

 

Teks oleh: Helsa Dhyanti Mustika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *