Tolong
Mungkin hampir dua warsaku berada di negara hijau.
Negara yang memiliki tiga pertahanan terkuatnya.
Angkatan darat.
Angkatan udara.
Dan angkatan laut.
Aku memilih angkatan laut, dan berusaha tuk merubah diriku yang kalut.
Jumlah tak berpengaruh, disini kami bertaruh, memberikan semua tanpa keluh, walau kadang sedikit rusuh,
Satu, dua, bahkan hampir tujuh purnama kami dibentuk di barak yang sama.
Dan tualang akhirnya bertemu samudera.
Kami semua berdiri dari berkiblat di satu jendral, dan dipecah menjadi lima kapal.
Layar dibentangkan tuk mengarungi lautan, setiap kapten kapal menempa pasukannya tuk satu tujuan yang sama.
Badai seringkali datang, hanya sedikit yang mati, tapi kami tetap berdiri.
Ombak terkadang begitu kejam, ia begitu runjam.
Tak jarang membuat kami kewalahan
Untungnya lima kapal dan markas jendral masih utuh, karena kami disini bersikukuh tuk membuat suatu yang tangguh.
Setelah bunyi tik-tok dari jam dinding berputar 6 purnama lamanya, pandang, rasa, jiwa, dan semua syarafku bereaksi.
Aku khawatir di balik kemenangan di setiap perang, ada banyak sudut rasa yang belum terbuka kerannya.
Bahkan sekarang, aku ketakutan mendengar pembicaraan di markas kala rehat.
Aku takut ego menguasai setiap kapten dan menularkannya kepada para awak.
Aku ketakutan tokoh yang kuanggap protagonis di markas, berubah menjadi antagonis setiap kali bersama awak.
Aku memilih tritagonis, berusaha berada ditengah walau terkadang isi kepala hampir pecah.
Aku hanya minta satu, disetiap latihan, misi, atau perang,
Jangan pernah meremehkan, perang tetaplah perang, besar atau kecil.
Jendral dan setiap kapal membutuhkan bantuan di setiap rudal yang ditembakan.
Dan “aku butuh bantuan di perang yang mungkin kecil untuk kalian”.
“MATI KITA TAK BERKARYA”
-Terasenja