Peran Pancasila bagi Generasi Milenial
Pict by: Jufadli Rachmad.
Oleh: Mahesa Alghifari.
Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Negara yang terkenal gugusan pulau-pulau ini bersandar pada ideologi utamanya yang biasa dikenal dengan “Pancasila”. Pancasila merupakan sebuah pandangan nilai-nilai dari budaya luhur dan nilai-nilai religius yang dimiliki bangsa Indonesia sejak lama.
Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari Pancasila. Pancasila memiliki lima sila yang memiliki kandungan ideologi dan cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari para pemikir hebat bangsa Indonesia yakni Ir. Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan beberapa pahlawan Indonesia lainnya.
Di masa sekarang ini semua ideologi dan cita-cita tersebut seolah terlimpahkan pada generasi milenial, sebagai generasi muda yang dimiliki bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi. Generasi ini memiliki usia yang cukup produktif yang diharapkan dapat membangun bangsa Indonesia menuju Indonesia maju dan memiliki kesempatan emas untuk bersaing dengan negara lain. Milenial saat ini tentunya erat kaitannya dengan perkembangan globalisasi dan digitalisasi. Oleh karena itu generasi milennial cenderung lebih unggul karena kemudahan untuk mengakses dan menghubungkan dirinya ke dunia luar. Generasi ini juga merupakan tabungan emas serta tumpuan bangsa Indonesia untuk lebih maju dan unggul di masa depan.
Melihat usaha para pahlawan Indonesia dalam memperjuangkan Pancasila dengan segenap jiwa dan raganya, ditambah kompleksitas situasi saat itu, generasi milenial tentu saja tidak bisa hanya duduk berdiam menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkan di masa lalu. Generasi milenial harus mampu memainkan peran yang aktif untuk mewujudkan Indonesia yang unggul, aman, damai, dan tentram di masa depan melalui pengimplementasian nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sosial sehari-hari sebagai kaum yang milenial.
Sayangnya kemampuan digitalisasi dan keterbukaan di zaman sekarang, kurang dimanfaatkan oleh generasi milenial itu sendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa Indonesia masih memiliki kesulitan untuk menggungguli bangsa lain dalam banyak aspek. Ditilik dari hal tersebut, peran Pancasila dapat menjadi solusi sebagai pendorong dan acuan cita-cita bangsa yang harus diluruskan agar generasi milenial tidak terlena dengan segala akses kemudahan di zaman sekarang.
Kemudian pertanyaan mendasar yang muncul adalah “Bagaimana peran Pancasila untuk generasi milenial agar mampu produktif dan berkontribusi untuk menjadikan negaranya unggul dan maju?” Untuk menemukan jawabannya, mari kita tilik makna inti dari isi Pancasila.
Eksistensi Pancasila dapat menjadi jawaban atas menyimpangan dan keterlenaan kaum milenial di era serba cepat dan terbuka ini. Pancasila dapat menjadi jembatan bagi kaum milenial untuk membuat batas atas pengaruh dunia luar, dan membuat batas perbedaan agar mampu membedakan antara pengaruh negatif dan positif dari perkembangan jaman.
Peran Pancasila dengan makna intinya bagi kaum milenial. Pertama, dengan gagasan yang luar biasa memberikan tempat “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama. Sila ini bermakna bahwa diatas segalanya ada Tuhan yang merupakan pusat segala sesuatu di dunia. Sila pertama ini berperan sebagai pengingat untuk kaum milenial bahwa Tuhan merupakan sumber segala sumber di kehidupan ini. Dengan hal ini mengajak kaum milenial bertawakal bahwa dibalik kemampuan dan kecanggihan teknologi tidak ada yang mampu mengantikan kehebatan yang dimiliki Tuhan. Diharapkan peran sila pertama ini mampu mempertebal iman generasi milenial sehingga dapat meminimalisir sifat kesombongan dan mendapatkan sisi positif dari segala hal yang dijalani selama kehidupan berlangsung. Dan sebagai pengingat bahwa manusia tidak dapat menggunakan kekuasaan dan kemampuan yang ada di bumi untuk perilaku yang sewenang-wenang karena ada kekuasaan Tuhan yang lebih besar dari pada kekuasaan manusia di bumi ini.
Selanjutnya peran Pancasila bagi generasi milenial cukup erat kaitannya dengan sila ke dua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Sila ini menjadi acuan bagi generasi milenial untuk menjalankan kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam memperjuangkan kemajuan dan keunggulan, generasi milenial wajib mempertimbangkan sisi kemanusiaan. Indonesia harus memiliki kaum yang berfikir bijaksana, adil, serta tidak menganggap remeh segala sesuatu dan selalu berbuat kebaikan dengan mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Dengan sikap dan sifat yang seperti itu generasi milenial dapat mengatasi sifat tamak, dan ingin menang sendiri sehingga kemajuan dan keunggulan bangsa dapat berada di depan mata dan memiliki kemungkinan tercapai yang sangat besar. Selain itu memanusiakan sesama akan membangun sikap saling memiliki sehingga mampu saling melengkapi jika terdapat kekurangan satu sama lain. Dengan begitu Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang saling mendukung antar warga negaranya, dan mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang menjadi unggul diantara bangsa-bangsa lainnya.
Kemudian, sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Sila ini berhubungan dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sila ini memiliki pesan dan peran penting untuk menjadi acuan generasi milenial untuk selalu bersinergi dalam menciptakan persatuan bangsa Indonesia. Dengan cara yang seperti apa? Jawabannya dengan cara senantiasa selalu menanamkan sikap toleransi terhadap perbedaan antar individu di negara Indonesia serta memiliki pendirian yang kuat agar tidak mampu digoyahkan dan dipecah belah oleh bangsa lain. Generasi milenial harus saling menyadarkan satu sama lain bahwa persatuan merupakan kunci utama untuk maju bersama-sama. Tanpa persatuan cita-cita luhur bangsa Indonesia tidak akan tercapai. Selain itu, generasi milenial wajib memiliki sifat dan sikap kerja sama dan bergotong royong untuk meningkatkan derajat bangsa Indonesia lebih tinggi dari pada bangsa lainnya, juga menunjukkan kehebatan bangsa Indonesia di muka dunia. Negara yang kuat merupakan negara yang generasi penerusnya mampu bersatu dan saling bersinergi satu sama lain.
Kemudian peran sila ke empat Pancasila “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”. Generasi milenial harus memiliki sikap yang demokratis, dengan mengedepankan musyawarah mufakat untuk melakukan pengambilan keputusan. Sikap demokratis akan memberikan pelajaran dan membiasakan generasi milenial untuk saling menjaga dan menghormati pendapat orang lain. Dengan begitu generasi penerus bangsa akan terbiasa untuk mengambil segala keputusan dengan bijak dan tidak otoriter serta berdasarkan keputusan bersama dari hasil musyawarah mufakat. Perilaku ini akan serta merta menjadi jembatan emas Indonesia untuk saling percaya dan kuat dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang terjadi selama memperjuangkan cita-cita luhur negeri ini.
Sila yang terakhir “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila terakhir ini memiliki pesan yang sangat mulia, serta memiliki peran sebagai pengingat dan pendorong bagi generasi muda. Generasi milenial harus mampu saling mendukung dan mengusahakan keadilan sosial bagi sesama rakyat Indonesia. Dalam hal ini generasi milenial harus mampu untuk saling mengingatkan dan mendukung, jika terjadi ketidakadilan di negeri ini, generasi milenial dapat menjadi garda terdepan dalam mengkritik, dan mengupayakan keadilan bagi seluruh rakyat. Sila ini juga mengajarkan kaum muda untuk memiliki rasa kepedulian yang tangguh dan kuat. Rasa saling memiliki antar warga negara juga harus dipupuk demi menjalankan nilai luhur yang ada pada sila ini. Pemerataan keadilan akan membuat bangsa Indonesia semakin memiliki terhadap bangsanya sendiri. Sikap-sikap inilah yang akan menjadi tonggak kemajuan bangsa Indonesia di bawah tangan para kaum mudanya yakni generasi milenial.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Pancasila memiliki peran yang sangat penting untuk membangun karakter generasi milenial mempersiapkan masa depan. Bangsa Indonesia sangat bergantung pada genereasi ini, kesuksesan generasi milenial sama saja dengan kesuksesan bangsa Indonesia. Maka dari itu, pada dasarnya generasi milenial harus tetap memelihara dan terus mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Melalui Pancasila karakter religius, peduli, kerjasama, gotongroyong, demokratis, musyarawah mufakat, nasionalisme, patriotisme, dan adil dalam jiwa dan diri generasi milenial dapat tertanam. Yang perlu menjadi cacatan bahwa Pancasila bukan hanya sekedar dihafal, namun juga harus diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari – hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Generasi milenial juga merupakan tonggak peradaban bangsa, ada dan tidaknya bangsa kedepannya bergantung pada kemampuan generasi penerusnya dalam mempertahankan negara dan bangsanya sendiri. Pancasila di sini tidak hanya sekedar membangun karakter tetapi juga sebagai acuan dan dorongan untuk membangun negara yang lebih baik lagi. Generasi milenial memiliki kewajiban untuk saling menjaga satu sama lain dan memiliki peran untuk Bersama-sama untuk membangun Indonesia yang nyaman, aman, dan utuh. Indonesia merupakan tempat lahir dan tanah air dari setiap generasi, generasi selanjutnya yang selalu memiliki kewajiban untuk menjaganya. Dengan demikian kewajiban berat ini akan terasa ringan jika pada generasi milenial saling bergantung dan kerjasama untuk bersama-sama melangkah menuju Indonesia lebih baik lagi.
Marilah bersama-sama menggenggam tongkat estafet yang telah diperjuangkan kaum terdahulu untuk tetap menjaga warisan mereka dengan utuh dan semakin maju. Generasi mileniallah yang akan membawa obor dan menyalakan semangat bangs aini untuk terus berkobar. Melalui Pancasila generasi milenial dapat membangun Indonesia yang semakin jaya pada kehidupan selanjutnya di masa yang akan datang.
Editor: Jufadli Rachmad.