Hal-Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Menghadapi Apokalips
Pict Source: Pinterest.
Oleh: Muhammad Fauzan.
Apa yang harus dilakukan ketika bumi telah mengalami bencana besar yang meruntuhkan ekonomi dan pemerintahan?
Mungkin sedikit terdengar seperti kekhawatiran paranoid yang kurang bisa diterima banyak orang. Namun, coba bayangkan jika keadaan bumi yang hancur akibat bencana alam yang ekstrem atau bisa juga lantaran perang nuklir yang sangat cepat berlangsung, seperti di dalam film Terminator: Salvation, di mana gedung-gedung pencakar langit terlihat gelap dan hancur, pohon-pohon tumbang, matinya kehidupan di perkotaan, dan tidak ada jaringan listrik yang menyebabkan kerusakan industri serta layanan.
Berbagai rentetan peristiwa yang terjadi pada Januari 2020 ini merupakan bukti nyata bahwa makin hari bumi makin mendekati akhirnya. Bisa dikatakan sebagai pembuka tahun terburuk selama satu dekade kebelakang. Kali ini, warga bumi khususnya Indonesia lupa bahwa ada tembang manis dari Gigi Band yang biasa kita rayakan bersama ketika menyentuh tanggal 11 Januari. Kita malah disuguhkan oleh berbagai hal distopia – terkesan miris untuk kita saksikan, bahkan bisa kita ikuti perkembangannya melalui sosial media yang dengan mudah bisa kita akses.
Perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem seperti di Indonesia dan Australia, konflik politik sensasional antara Amerika Serikat dan Iran yang membuat cemas akan kemungkinan perang nuklir segera terjadi. Lalu di Laut Natuna, kapal-kapal Cina dianggap seolah melakukan psywar kepada Indonesia, dan yang teranyar, menyebarnya virus corona dari kota Wuhan yang semakin menjalar ke banyak negara.
Wajar saja rangkuman peristiwa besar tersebut membuat segilintir orang menjadi waspada akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Kita sudah harus mulai berpikir bahwa suatu saat nanti kita bakal terbangun di hari yang baru tanpa kehidupan seperti saat ini akibat kerusakan dari bencana alam ataupun bencana yang sebenarnya buah dari ulah kita sendiri. Namun, bila benar terjadi, apa yang bisa kita lakukan untuk bertahan hidup dalam skenario apokaliptik?
Menyiapkan Perbekalan
Ketika apokalips terjadi, keadaan menjadi chaos. Runtuhnya ekonomi dunia mengakibatkan uang menjadi tidak bernilai dan menimbulkan efek kelanjutan. Contohnya seperti, supermarket yang akan habis dijarah oleh orang-orang demi kebutuhan hidup jangka panjang mereka. Maka menentukan perbekalan yang bisa digunakan dalam kurun waktu lama atau bahkan tidak ada habisnya adalah keputusan yang perlu dilakukan.
Para Prepper (sebutan untuk orang yang mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat) melakukan kegiatan menimbun makanan dan air minum di rumah atau tempat perlindungan untuk perbekalan. Berusaha tidak terlalu menarik perhatian sekitar adalah langkah yang bijak bagi yang hanya memiliki perbekalan terbatas untuk bertahan hidup agar terhindar dari perampokan persediaan.
Setelah memikirkan persediaan makanan, perlengkapan yang efektif dan dapat digunakan dalam kurun waktu yang panjang juga adalah hal penting lainnya. Tas Bug-out bagi para preppers merupakan hal yang wajib dimiliki, ukurannya yang besar dan dapat menampung banyak barang diperlukan ketika hal yang tak diingikan terjadi, seperti seseorang yang tidak memiliki bunker atau rumah untuk menetap sehingga harus hidup dari satu tempat ke tempat lainnya.
Menurut HowStuffWorks, barang sehari-hari seperti kaos kaki, bandana, hingga tali sepatu bisa dialihfungsikan keguanaannya untuk bertahan hidup. Perlu diingatkan kembali bahwa perbekalan yang sudah ditimbun bukanlah seperti kantong ajaib, yang bisa menyediakan apa saja secara tidak terbatas. Cepat atau lambat pasti akan ada habisnya, sehingga perlu taktik atau rencana kedepan untuk mensiasati perbekalan yang dibutuhkan.
Pertahanan Terbaik Adalah Menyerang
Menguasai macam-macam senjata, pandai berburu, dan cakap bela diri adalah keahlian yang dibutuhkan ketika menjalani hidup di mana semua harus serba mandiri. Tidak harus memanah secakap dan seindah Katniss Everdeen (The Hunger Games), namun cukup agar bisa mendapatkan seekor kambing untuk disantap pada makan malam bersama keluarga.
Bisa diperkirakan kemungkinan dampak dari apokalips yang terjadi yaitu kembalinya kehidupan manusia ke zaman paleolitikum, yang mengharuskan manusia berburu dan mengumpulkan makanan dari alam akibat kehancuran massal di bumi.
Bagi mereka yang memiliki keistimewaan dan materi berlebih, membangun bunker adalah ide terbaik untuk menghadapi masa depan. Pemilik sebisanya akan membuat bunker senyaman mungkin, agar dapat memenuhi keberlangsungan hidup untuk jangka waktu yang lama tanpa harus keluar dari bunker. Layaknya seperti penjara yang didekor oleh Setya Novanto.
Bagaimanapun, penulis yakin tidak ada yang benar-benar siap dan antusias sebagaimana tulisan ini terlihat untuk menghadapi “kiamat”, dan pada akhirnya skenario apokaliptik hanya tampak keren di film atau novel saja. Tulisan ini bukan bermaksud melecehkan rasa bersyukur terhadap hidup ataupun anti-kehidupan. Hanya rasanya, mungkin banyak orang-orang merasa muak dengan berbagai konflik yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
Mungkin ide mencari cara untuk hidup damai adalah hal yang perlu disebar seluas-luasnya. Atau jika dirasa kurang puas, mari bersama-sama ke luar angkasa dan membuat peradaban baru. Langkah pertama yang harus dilakukan hanya perlu mengajak seluruh astronot di film Interstellar!
Editor: Ade Rosman.