Bibliomania: Sindrom Obsesif–Kompulsif Mengoleksi Buku

Foto: Angelica P.

Seringkali kita menemukan seseorang yang gemar membaca buku, tetapi bagaimana jika ada seseorang yang hanya gemar mengoleksi buku hingga bertumpuk tanpa membacanya?

Buku merupakan salah satu sumber bacaan yang mengandung berbagai informasi; dari ilmu hingga hiburan. Seperti halnya buku biografi dan sejarah yang di dalamnya terdapat informasi mengenai sosok serta kejadian-kejadian di masa lampau. Adapula buku yang berisikan ilmu seperti buku teori dan sains, misalnya. Sedangkan segi hiburan bisa ditemui dalam buku berupa novel.

Seseorang akan menyukai buku berdasarkan genre yang sering ia baca, semakin sering ia membaca buku, maka akan semakin besar hasrat untuk mengoleksi buku. Hal ini berkaitan dengan istilah ‘Bibliophilia’, di mana seseorang memiliki kecanduan membaca dan mengoleksi buku. Lain halnya dengan ‘Bibliomania’ yang merupakan istilah untuk suatu kondisi gangguan psikologis di mana orang tersebut membeli dan mengoleksi buku dengan jumlah yang sangat banyak, namun ia tidak pernah membacanya, melainkan buku tersebut hanya menjadi sebuah hiasan ataupun pajangan.

Orang-orang terkadang tidak dapat membedakan antara seorang Bibliophilia dengan Bibliomania. Sebenarnya, letak perbedaan dari keduanya cukup signifikan, dilansir dari laman web (http://www.micpublishing.co.id/ternyata-ada-banyak-phobia-bagi-pecinta-buku-lho/) disebutkan, seseorang yang mengalami Bibliomania akanketagihan membeli buku yang sama dalam berbagai versi, buku yang ia beli tidak ia baca melainkan untuk memuaskan keinginannya saja. Hal ini merupakan sebuah cara untuk melarikan diri dari hubungan sekitar yang kurang baik.

Seorang pengidap Bibliomania akut memiliki kebiasaan psikologis yang tidak biasa, dan jika tidak diobati bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya orang tersebut dapat menjadi seorang Bibliokleptomania, yaitu kondisi di mana seseorang gemar mencuri buku untuk bahan koleksinya. Ada dua tokoh dunia yang tercatat dalam sejarah mengalami dua kondisi sekaligus Bibliomania dan Bibliokleptomania, yaitu Stephen Carrie Blumberg dan Reverand W. F Whitcher.

Berbeda dengan kondisi di mana seseorang mengalami Bibliophilia, atau istilah yang sering kita dengar adalah “kutu buku”, seorang Bibliophilia mencintai buku namun ia tidak memiliki obsesi yang berlebihan atau kebiasaan lain seperti yang dialami oleh seorang Bibliomania. Biasanya seorang Bibliophilia hobi mengoleksi, membaca, juga merawat bukunya.

Gangguan psikologis Bibliomania termasuk kedalam penyakit jiwa yang jarang kita ketahui. Dilansir dari laman web (https://www.jegulo.com/8-penyakit-jiwa-aneh-yang-masih-jarang/), perilaku Bibliomania dapat dihasilkan dari mekanisme pertahanan neurotik yang berkaitan dengan trauma, pelecehan atau konflik oedipal.

Ketika menghadapi konflik psikis, seorang pengidap bibliomania memilih membeli dan mengumpulkan buku untuk menghilangkan atau mengurangi kegelisahan yang menimpanya.

Gejala bibliomania di antaranya:

  • Mengoleksi buku dalam jumlah abnormal atau sangat banyak.
  • Keinginan yang tak tertahankan untuk memperoleh dan memiliki buku.
  • Rasa lega yang dihasilkan dengan mengoleksi buku-buku, meski sebenarnya tidak dibaca semua.
  • Kesulitan menyingkirkan buku dari kehidupannya terlepas dari nilainya, entah itu buku penting atau tidak penting.

Strategi yang digunakan untuk merawat Bibliomania yaitu dengan cara farmakologis dan terapi psiko-terapi, jenis pengobatan yang memungkinkan untuk mengurangi gangguan, namun bukan untuk menyembuhkan. Atau melalui terapi perilaku kognitif yang dapat mengobati kognisi, pemikiran dan perilaku.

Bagaimana pun kondisinya, Bibliomania dan Bibliophilia merupakan sebuah ‘identitas’ dan bentuk kecintaan seseorang terhadap buku, dan mungkin beberapa dari teman bahkan keluarga kita mengalami kondisi tersebut.



Teks Oleh: Angelica P.