Hari Anak Nasional; Apakah Anak-anak Indonesia Sudah Merdeka?

Gambar Ilustrasi: DP3AKB JABAR.


Oleh: Nadhira Farah G.

Anak merupakan penerus cita-cita yang memiliki peran sangat penting untuk masa depan bangsa. Namun mirisnya, hingga kini kasus kekerasan pada anak masih kerap terjadi di lingkungan keluarga bahkan di lingkungan Pendidikan. Hari Anak Nasional ini diperingati untuk anak-anak yang merupakan aset sangat berharga bagi masa depan Indonesia.

23 Juli 35 tahun lalu, peingatan Hari Anak Nasional ditetapkan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1984. Namun, apakah anak-anak Indonesia sudah benar-benar merdeka?

Masih banyak didapati anak yang belum memiliki akta kelahiran, anak yang tidak terpenuhi kebutuhan pendidikannya, bahkan masih banyak juga anak yang mendapat kekerasan di rumah, di jalan, hingga di sekolah, yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Dampak kekerasan pada anak akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak.

Dikutip dari laman web TribunNews pada Sabtu (20/07) lalu, Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mengungkapkan pelaku kekerasan seksual di sekolah pada tahun 2019 didominasi oleh guru dan kepala sekolah.

Kasus pelecehan seksual pada anak di lingkungan Pendidikan bukan menjadi satu-satunya ancaman bagi proses tumbuh kembang anak, masih banyak kasus-kasus kekerasan lainnya yang terjadi pada anak.

Bentuk perlindungan kepada anak-anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Cobalah mulai dari keluarga sebagai unit terkecil yang sejak dini bisa memberikan beberapa pengertian mengenai batasan-batasan dengan orang asing, melalui pendekatan sehingga membuat anak memahaminya. Mulailah berani angkat suara bila menemukan adanya kekerasan pada anak di mana pun itu, yang secara tidak langsung akan membantu anak-anak mencapai kemerdekaannya.

Dengan rentetan kasus kekerasan yang masih membayang-bayangi anak – bahkan hingga ke institusi pendidikan – apakah peringatan Hari Anak Nasional sudah bisa dibilang sepenuhnya merdeka bagi mereka?



Editor: Ade Rosman.