Perempuan Bukan Bahan Lelucon!
Oleh: Dwinda Rabiaturrohmah.
Catcalling merupakan sebuah pelecehan seksual yang dilakukan dengan tindakan berupa siulan, teriakan, sapaan, bahkan komentar yang bersifat menggoda dan tak enak untuk didengar serta menimbulkan perasaan tidak nyaman. Kebanyakan dalam kasus ini yang menjadi incaran adalah perempuan dengan mayoritas pelaku adalah laki-laki.
Salah satu contoh kasus yang sering kita temui dalam catcalling ini adalah ketika ada seorang perempuan dan segerombolan laki-laki berteriak menyapa “ceweeekkk”. Atau ketika ada lelaki asing yang teriak “hey cantik, senyumin kita dong”. Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku yang merupakan bentuk rasa tidak hormat kepada perempuan dan/atau bahkan melecehkan walau tidak menyentuhnya secara langsung.
Bagi kaum laki-laki sendiri catcalling mungkin hanya sekedar hiburan semata. Karena seringkali mendapati mereka melakukan hal tersebut sambil tertawa dan dengan cepat melupakan apa yang diucapkan. Padahal bagi perempuan yang menjadi korban; hal tersebut sama sekali jauh dari bahan candaan apalagi hiburan.
Pelecehan sesksual nonfisik seperti catcalling ini dapat menimbulkan gangguan pada mental. Seperti depresi, kecemasan, rendah diri dan citra negatif terhadap tubuhnya. Citra negatif terhadap diri sendiri seolah mereka merasa tubuh yang dimiliki ini adalah kesalahan sehingga sang korban lebih memuji tubuh orang lain dan menimbulkan kepercayaan diri yang menurun drastis; tidak berani tampil di muka umum bahkan di depan teman sekalipun.
Catcalling bukan terjadi karena pakaian yang digunakan korban terlalu terbuka atau menunjukkan lekuk tubuhnya saja, mereka yang menggunakan pakaian tertutup pun tidak luput dari pelecehan ini.
Lantas bagaimanakah sikap seorang perempuan agar terhindar dari catcalling?
Seiring berkambangnya zaman, ternyata ada juga yang merasa catcall ini bukan suatu ancaman. Bahkan ada yang beranggapan catcalling adalah sebuah pujian. Godaan dari orang asing itu justru mampu meningkatkan kepercayaan diri dari kaum wanita. Mereka menganggap jika tidak ada yang menggoda, artinya cara berpakaian mereka kurang oke, bentuk tubuh mereka kurang bagus, atau riasannya kurang menarik. Maka yang mereka lakukan adalah hanya mendiamkan atas ucapan yang didapatkan dan menjadikannya sebagai cerminan.
Kebanyakan kaum perempuan terlalu takut untuk bertindak atau membalas atas tindakan itu dikarenakan bisa saja pelaku melakukan hal yang melewati batas dan malah mengancam kehidupan korban. Jadi banyaknya kaum wanita lebih memilih diam dan tidak melakukan apapun.
Diam mungkin menjadi pilihan satu-satunya, tapi ini juga tidak akan berhenti tanpa adanya perlawanan yang bisa menghentikan tindakan seperti ini. Untuk bersikap berani dan tegas pun juga tidak semudah yang dibayangkan. Namun jika sudah melewati batas hingga menyentuh dan menimbulkan dampak yang berkepanjangan kenapa tidak untuk melaporkan pada pihak yang berwajib.
Catcalling bukanlah sebuah pujian atau canddan biasa. Bentuk pelecehan seperti ini mungkin tak dapat dihilangkan begitu saja, bahkan bisa memicu depresi, tetapi kaum wanita tetap berhak memiliki pilihan untuk berkata ‘Tidak’ pada catcalling.
Editor: Rizky Mardiyansyah.