BEM Fikom Menggelar Diskusi Fikom: “Berharap dari Realita” Membahas Isu Seputar Fikom Unisba

Departemen Media dan Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung menyelenggarakan Diskusi Fikom bertajuk “Berharap dari Realita” (disingkat “Berita”) pada Senin (26/2) di Gedung Aula Pascasarjana Universitas Islam Bandung, Jl. Purnawarman No.59, Tamansari, Kota Bandung. Diskusi ini dihadiri oleh jajaran fakultas, dosen, perwakilan lembaga mahasiswa hingga mahasiswa umum.

Oleh: Salman Rayyan

Diskusi Fikom: “Berharap dari Realita” membahas isu yang sedang ramai diperbincangkan di Fikom Unisba seperti keberadaan metode kuliah hybrid, sulitnya izin fakultas terkait aktivasi ruang kampus bagi mahasiswa Fikom untuk berkarya khususnya dalam bidang musik, hingga efektivitas regulasi pembayaran kuliah yang kerap dikeluhkan mahasiswa.

Dalam Diskusi Fikom ini dihadiri oleh Dekan Atie Rachmiati, Wakil Dekan 1 Mochammad Rochim, Wakil Dekan 3 Dr. Tresna Wiwitan, Kaprodi Ani Yuningsih, Kepala Seksi (Kasie) Kemahasiswaan Prasetyo Utomo, Kasie Akademik Yopi Okta Setyadi, sedangkan perwakilan mahasiswa dihadiri oleh sejumlah anggota BEM Fikom Unisba, Dewan Amanat Mahasiswa (DAM) Unisba, Keluarga Mahasiswa Jurnalistik, dan mahasiswa umum.

Isu yang dibahas dalam Diskusi Fikom

Regulasi pembayaran menjadi salah satu isu yang sering dikeluhkan mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat akhir. Meski mereka tengah mengerjakan skripsi, kampus tetap mewajibkan pembayaran IKT dan pengajuan perwalian.

Selain regulasi pembayaran, metode perkuliahan juga dinilai bermasalah. Metode perkuliahan hybrid tanpa adanya peraturan jelas yang ditetapkan kampus menjadi penyebab sering terjadinya miskomunikasi antara dosen pengampu dan mahasiswa. Dosen sebagai pemegang keputusan digelarnya kuliah daring maupun luring, kerapkali mengubah keputusan secara sepihak di waktu yang mendadak.

Sulitnya izin aktivasi ruang kampus khususnya acara musik bagi mahasiswa Fikom turut dibahas dalam diskusi ini. “Mengapa fakultas (Fikom) membatasi ruang aktivasi bermusik dan berkreasi mahasiswanya di kampus?” tanya Faris mahasiswa Fikom kepada pihak fakultas. “Ya ruangan kita juga masih terbatas, kita mau rapat aja masih susah cari ruangan. Terus masalah untuk bermusik di kampus mungkin universitas yang memberi izin dan menilai,” jawab salah satu dosen yang mewakili fakultas.

Menanggapi jawaban yang diberikan pihak fakultas, Faris berpendapat bahwa ada perbedaan di tiap fakultas ketika menyelenggarakan acara musik di kampus. “Ya kita bisa lihat perbedaannya, jikalau universitas yang sulit untuk memberikan solusi, mengapa fakultas lain bisa dan mudah dalam menyelenggarakan acara bermusik?” ungkap Faris ketika diwawancarai usai diskusi.

Diskusi Fikom ini berlangsung selama kurang lebih dua jam, mahasiswa yang hadir menilai waktu tersebut terlalu singkat untuk membahas isu-isu di fakultas. “Saya masih belum puas, entah dari pembahasan atau waktu pelaksanaan, kurang menyeluruh dan banyak pertanyaan yang tak terjawab oleh fakultas yang selalu melemparkan (kejelasannya) kepada universitas, diharapkan kedepannya diadakan dengan lebih lama lagi agar keluh kesah mahasiswa semuanya dapat teraspirasikan dengan baik,” ujar Alif dari BEM Fikom Unisba.

Walau dengan keterbatasan waktu maupun kurang memuaskannya jawaban pihak fakultas, digelarnya diskusi ini bisa menjadi wadah bagi suara dan aspirasi mahasiswa seperti yang dikatakan Bagas dari DAM Fikom Unisba “Terima kasih untuk BEM Fikom sudah memfasilitasi mahasiswa (untuk) menyampaikan aspirasi kepada fakultas tentang perkuliahannya, semoga kedepannya semua saran dan aspirasi dari mahasiswa bisa ditampung dan dikaji oleh fakultas,” ujar Bagas.

Mochammad Rochim salah satu dosen dari pihak fakultas menanggapi positif digelarnya Diskusi Fikom ini. “Ya pada akhirnya kita harus duduk dan belajar bersama, kita tidak akan tahu perspektif (mahasiswa) jika tidak (diskusi) seperti ini lalu bisa dicarikan solusinya. Bagus dan harus diadakan secara berkala baik dalam periode setengah semester atau satu semester,” paparnya.

Editor: Fikrazamy Ghifari