Pemanfaatan Limbah Kaleng Jadi Peluang Bisnis

“Seorang perajin, Ade Syaripudin, sedang merapikan miniatur sepeda motor yang terbuat dari limbah kaleng di kediamannya, Jalan Sasak Gantung, Kota Bandung, pada Senin (01/03). Perajin memanfaatkan limbah kaleng di sekitar permukimannya untuk dijadikan kerajinan miniatur sepeda motor dan robot.” Foto: Dimas Rachmatsyah.

Ada beragam cara untuk mengubah limbah menjadi barang yang bermanfaat. Salah satunya dengan membuat miniatur sepeda motor berbahan dasar limbah. Seperti yang dilakukan oleh Ade Syaripudin, seorang perajin asal Jalan Sasak Gantung, Gang Ratna, Kota Bandung. Lewat tangan kreatifnya, Ade menyulap kaleng minuman bekas menjadi karya miniatur mainan unik, menarik, dan elegan.

Bermodalkan tekad yang kuat Ade mampu memanfaatkan barang bekas sebagai peluang untuk bisnis. Limbah kaleng tersebut ia dapatkan dari sampah rumahan tetangganya.

Usaha tersebut berawal pada tahun 2017 silam saat beberapa anak-anak di sekitar rumahnya meminta tolong kepada Ade untuk membuatkan miniatur vespa. Ia pun tergerak untuk berusaha membantu membuat miniatur mainan yang merupakan tugas sekolah dari anak-anak rumahan di sekitarnya.

“Awalnya iseng aja, anak-anak menyuruh saya untuk bikin vespa-vespaan, saya bikinin gitu. Ya, dikasih uang rokok saja, lama-kelamaan ternyata katanya (warga sekitar) bagus kerajinanannya dari limbah, udah saja lanjutin,” Ujar Ade saat diwawancarai di kediamannya pada Senin (01/03).

Mengandalkan peralatan seadanya, berbagai jenis produk limbah kaleng dihasilkan dari seorang kakek berusia 70 tahun tersebut.  Ragam jenis produk itu meliputi miniatur vespa, miniatur robot, miniatur motor gede, dan miniatur perahu. Karya-karya tersebut dapat ia selesaikan dalam waktu satu hari hingga dua minggu pengerjaan, tergantung tingkat kesulitan dan ketersediaan bahan.

Ade mematok harga untuk miniatur yang paling kecil seperti vespa dengan harga 15 ribu rupiah, namun tidak menutup kemungkinan jika ada yang meminta harga lebih murah ia tetap mengerjakannya. Sedangkan untuk miniatur besar seperti motor gede ia bandrol dengan harga 100 ribu rupiah.

Ade juga bercerita, saat mengenyam pendidikan di sekolah dasar, bakat seninya sempat terhenti akibat harus mengikuti kakaknya bekerja di pasar sebagai penjual daging selama hampir 50 tahun. Lalu, pada tahun 2000-an, saat usaha kakaknya mengalami kebangkrutan, Ade berusaha untuk mencari peluang bisnis.  

“Tadinya memang ada bakat seni dari sejak sd (sekolah dasar) umur 8 tahun bikin karya seperti gambar, melukis, dan bikin kerajinan. lalu terhenti ketika saya ikut dengan kaka kepasar hingga sempat tangan saya tergores pisau akibat memotong daging,” pungkas Ade.



Teks oleh: Dimas Rachmatsyah.