Genre Musik yang Merefleksikan Kesedihan
Gambar Ilustrasi: Nirwansyah R.
Oleh: Nirwansyah Rustaman
Telinga kita pasti tidak asing lagi ketika mendengar genre musik emo yang menjadi trend di era 90-an. Lahirnya musik emo berawal dari style berupa gaya rambut dan cara berpakaian saja, tidak dikenal sebagai sebuah genre lagu. Apabila didefinisikan, musik emo memiliki makna yang agak ambigu. Hal ini dapat dilihat dari chord yang keras dan dipengaruhi oleh bumbu punk yang menghasilkan suara lantang seperti yang kita dengar dari Sex Pistols. Bahkan bisa sebaliknya menjadi sesuatu dengan karakteristik melodi lembut semacam The Cure. Inilah sebabnya mengapa emo menjadi sebuah konsep musik yang sulit untuk didefinisikan.
Aliran musik emo mengandung penuh makna, dan emosional yang sangat dijiwai. Ungkapan emosi tertuang dalam beberapa cara, biasanya terlihat jelas pada lirik-lirik yang dihasilkan membuat pendengarnya meneteskan air mata. Tema lirik di setiap lagu biasanya bercerita tentang perasaan setelah putus cinta atau rasa depresi. Band-band yang sangat populer seperti My Chemical Romance, Saosin, Killing Me Inside meracuni remaja Indonesia kala itu. Mereka yang merasa depresi meluapkan segala perasaannya melalui lagu-lagu emo tersebut. Saat itu munculah remaja-remaja dengan julukan Sad Boy atau Emo Boy dan Sad Girl atau Emo Girl yang berpenampilan dengan rambut poni lempar dan tindikan di sekujur tubuh.
Era 2010 industri musik dunia berkembang dengan sangat cepat mulai dari EDM, folk, hingga remix dangdut koplo, silih berganti menjadi musik favorit yang digandrungi remaja-remaja Indonesia. Walaupun demikian, musik emo sampai saat ini masih menjadi musik yang banyak didengar oleh penikmatnya, bahkan Emo Night (karaoke dengan DJ Set yang memainkan lagu-lagu emo) masih selalu diselenggarakan, seperti halnya di Verde sebuah club malam yang bertempat di Kota Bandung, membaluti musik emo dengan konsep karaoke layar lebar.
Masuk di tahun 2017-an musik trap pun merambah ke tanah air, seperti XXXTENTACION, Future Mask, dan Juice WRLD. Musik ini berisikan lirik-lirik yang puitis, dan nada lagu yang sangat emosional. Berbeda dengan emo, musik trap merupakan sub-genre dari hip-hop yang bernada melankolis dengan diiringi lirik-lirik ngerap. Saat lagu ini booming, munculah beberapa remaja yang merasa dirinya Sad Boy atau Sad Girl. Dikutip dari Urban Dictionary “Sad Boy atau Sad Girl” merupakan tipikal seorang remaja yang suka mendengarkan musik cloud rap dan vaporwave. Mereka pun suka mengenakan pakaian serba hitam dan putih dengan wajah sedih atau pakaian dengan huruf kanji Jepang dan tubuh yang dihiasi tatto.
Pada umumnya mereka adalah orang yang mengalami depresi kesendirian, takut untuk berinteraksi dengan orang lain atau biasa di sebut social anxiety disorder (SAD), ada juga yang patah hati karena sebuah hubungan kasih sehingga lama untuk sembuh dari luka patah hatinya, namun sebenarnya mereka menerima bahkan menikmati kesedihannya. Musik trap selalu mengambil sample-sample beat “Lo-Fi” sebagai ritmenya, ditambah lirik-lirik rap dengan jenis lyrical rap. Dikutip dari Genius.com “lyrical rappers are rappers who put their thoughts, feelings, emotions, enthusiasm into the song” artinya seorang rappers lirikal selalu memasukan pikiran, perasaan, emosi, dan antusias ke dalam lagunya sehingga pendengarnya juga dapat terpengaruh oleh lagu-lagu yang diciptakannya.
Terakhir adalah genre dangdut koplo dengan bintang yang tengah bersinar yaitu Didi Kempot. Belakangan ini Indonesia berhasil diguncang oleh lirik-lirik yang menyayat hati dan membuat para penggemarnya menjadi seorang Sobat Ambyar. Lagu yang selalu dibawakan Didi Kempot ini sangat populer di kalangan anak muda era sekarang. Terlebih pada remaja suku Jawa. Lagu-lagu “God Father of broken heart (julukan Didi Kempot)”, ternyata berisikan lirik-lirik yang dapat mengakibatkan pendengarnya patah hati tanpa harus jatuh cinta terlebih dahulu.
Dulu Didi Kempot hanya dikenal dan digemari oleh kaum tua saja, tetapi saat ini lagu-lagu Lord Didi sudah merambah ke semua usia, termasuk anak kecil yang mengaku menjadi Sobat Ambyar. Setiap Didi Kempot manggung, banyak sekali yang mengaku dan merasa menjadi salah satu Sobat Ambyar.
Berbeda dengan Emo Boy dan Emo Girl, Sobat Ambyar sendiri hanya terfokus pada lagu yang selalu dibawakan Didi Kempot. Para Sobat Ambyar ini terlahir oleh penggemar Didi Kempot bukan oleh genre koplo itu sendiri. Seiring perkembangan zaman mungkin bakal muncul istilah-istilah baru, mungkin dengan trend gaya penikmat musik yang akan selalu berubah-ubah.
Editor: Alvin Aditya