Menjadi Milenial yang Terdepan

Gambar Ilustrasi: HR Daily Advisor via Pinterest




Oleh: Jilan Dwina.

Generasi milenial menjadi saksi pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi. Generasi ini dilahirkan pada medio 1990–2000an. Jika digambarkan, generasi milenial pada saat ini berusia sekitar 13 sampai 28 tahun. Penulis merupakan salah satu bagian dari generasi ini, usia penulis saat ini sudah menginjak 20 tahun.

Begitu juga lingkungan sekitar penulis, yang dipenuhi oleh generasi milenial. Banyak pandangan skeptis dari generasi sebelumnya, bahwa kalangan milenial ini adalah komunitas yang pemalas. Sebenarnya, kalangan ini bukan pemalas, tapi banyak dari mereka memilih untuk bekerja sesuai dengan passion dan keterampilan yang dimiliki.

Maka dari itu butuh waktu untuk mencari yang terbaik untuk dirinya sendiri. Berkaca pada generasi sebelumnya yang selalu merasa stress dengan pekerjaannya, itu merupakan salah satu hal yang tidak membuat nyaman. Hal seperti itulah yang dihindari para milenial saat ini.

Penilaian berikutnya, milenial ini dipandang kurang membaca dan  cenderung tidak berpikir kritis dalam menerima informasi. Sikap tidak berpikir kritis membuat generasi ini menjadi sasaran empuk berita palsu (hoax). Jika sudah terprovokasi oleh berita palsu, mereka pun mudah dikendalikan oleh pihak-pihak yang menginginkan perpecahan antar golongan, agama, atau kelompok masyarakat lainnya.

Dilansir di situs JawaPos.com, dari berbagai kasus yang menjerat para penyebar berita palsu (hoax) mayoritas pelakunya adalah “ibu-ibu”. Mereka melakukan ini dengan berbagai motif; hanya karena iseng saja hingga tidak membaca dan mengkaji ulang informasi yang didapat. Padahal dengan tersebarnya berita palsu ini bisa menimbulkan keresahan bagi para pembacanya.

Di sinilah perlunya literasi digital bagi para generasi ‘tua’ (Generasi X da Y), karena kurangnya pemahaman menggunakan teknologi biasanya generasi ini akan merasa paling tahu dan menganggap informasi yang mereka dapat ini benar. Menyebarkan berita tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu bisa bedampak sangat berbahaya, kebiasaan copy-paste ini biasanya terjadi di grup-grup jejaring sosial seperti Whatsapp hingga Facebook.

Jarang sekali pemberitaan mengenai kalangan milenial saling serang atau mengalami konflik yang dipicu oleh berita palsu yang tersebar. Hal seperti itu sedang marak terjadi dan kebanyakan menimpa generasi sebelumnya. Padahal bisa kita cegah dengan cara yang sederhana; Membaca dan verifikasi data terlebih dahulu sebelum memastikan informasi tersebut benar atau salah.

Kelemahan ketiga yang dinilai generasi sebelumnya, generasi milenial dianggap sebagai tipe orang yang boros dan berperilaku konsumtif, kurang terampil dalam mengelola keuangan. Tidakkah disadari banyak pebisnis sukses saat ini berasal dari kalangan milenial, dimulai dari makanan sampai aplikasi yang mempunyai daya jual tinggi. Ini membuktikan bahwa tidak hanya keuangan yang bisa kalangan ini kelola, tapi juga sumber daya manusia yang dipekerjakannya.

Generasi ini bukan termasuk kedalam tipe boros, tapi lebih memilih langsung menikmati hasil yang mereka dapat. Kebanyakan milenial sudah tidak menganut sistem generasi lama, bekerja keras kemudian ditabung untuk hari tua atau berakhir menjadi warisan untuk anak cucu. Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa menikmati hasil yang seharusnya bisa dinikmati diri sendiri.

Selagi muda, generasi ini akan terus bereksplorasi, dengan segala kemudahan yang bisa diakses. Banyaknya platform yang tersedia kini membuat generasi ini bisa melihat celah dengan cara praktis dan cepat untuk lebih produktif. Memanfaatkan kreativitasnya dan menggunakan kesempatan yang ada, generasi ini akan terus berinovasi.

Keakraban dengan teknologi informasi inilah yang membuat milenial sangat terkoneksi satu sama lain. Menghubungkan mata dan pikirannya melalui jejaring sosial dengan berbagai informasi, dari mulai teman-temannya hingga segala sesuatu di berbagai penjuru bumi. Tidak perlu diragukan lagi, serahkanlah kemudi kapal kepada generasi milenial untuk mengarungi zaman.


Editor: Ade Rosman.