Asal Mula Domba Garut dan Seni Ketangkasan Domba Garut
Pict Source: Tannia Meirina.
Domba garut adalah hasil persilangan dari domba lokal, domba capstaad dari Afrika Selatan, dan domba merino dari Australia. Domba-domba ini awalnya diburu secara liar sampai akhirnya diternakan oleh manusia. Domba jawa ekor gemuk sudah ada sejak lama sebagai jenis domba lokal, domba merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia, sedangkan domba caapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19.
Hewan ini juga merupakan jenis domba tropis bersifat prolific, yaitu dapat beranak lebih dari dua ekor dalam satu siklus kelahiran. Dalam periode satu tahun, domba garut dapat mengalami dua siklus kelahiran. Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya. Domba garut jantan dapat memiliki berat sekitar 60 – 80 kg bahkan ada yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba garut betina memiliki berat antara 30 – 50 kg.
Populasi domba garut terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain; Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu, dan Purwakarta.
Bila dicermati, tanduk domba garut berbentuk khas, berbeda dengan domba lain. Sedikitnya ada empat bentuk tanduk yang menjadi favorit para penghobi domba, yakni bentuk “gayor”, “golong tambang”, “leang”, dan “ngabendo”. Penamaan tersebut menunjukkan perbedaan bentuk dan arah tumbuh tanduk. Supaya tanduk domba hitam mengilap, peternak biasanya mengoleskan minyak kemiri atau minyak kelapa pada tanduk domba. Ciri lain domba garut yaitu telinganya “rumpung” atau “ngadaun hiris” dan ekor “ngabuntut beurit” atau “ngabuntut bagong.”
Domba merupakan salah satu hewan yang sangat dekat dengan manusia karena memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, domba adalah hewan ternak yang biasa dipelihara dan dibudidayakan. Domba juga memiliki beragam fungsi dan manfaat seperti penghasil pupuk organik, daging, hingga seni atau tradisi seni ketangkasan domba. Meski demikian, banyak orang yang lebih mengenal hewan ternak domba garut sebagai domba aduan yang berlaga di arena adu ketangkasan.
Ketangkasan domba garut menjadi salah satu pertunjukan berorientasi seni budaya yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut. Seni ketangkasan domba juga kerap dipertontonkan sebagai salah satu pertunjukan yang cukup menghibur bagi sebagian masyarakat dan peternak domba terlebih bagi peternak domba garut. Tak hanya warga setempat, seni ketangkasan domba ini bahkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Garut.
Sejarah Seni Ketangkasan Domba Garut konon bermula sejak abad ke-19 saat Kabupaten Garut dipimpin oleh Bupati Suryakanta Legawa pada sekitar tahun 1815 – 1829. Berdasarkan berbagai informasi maupun penuturan dari para sesepuh, cikal bakal domba garut yang kerap diadu ketangkasannya tersebut berasal dari domba milik sang bupati yang bernama Si Toblo. Si Toblo adalah hasil perkawinan domba jantan yang bernama Si Dewa, dan domba betina pemberian saudara seperguruan Bupati Suryakanta yang bernama Si Lenjang.
Dikatakan domba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukan dengan seni pencak silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga di lapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni yang indah dipandang. Setelah berdirinya Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena kata “adu” dinilai lebih identik dengan perjudian.
Dalam satu pertandingan biasanya terdapat tiga juri, wasit, dan bobotoh. Pertandingan juga diiringi lantunan musik yang dimainkan oleh para nayaga. Domba dibagi menjadi tiga kelas yaitu A, B, dan C. C diperuntukan untuk bobot kurang dari 65kg, B diperuntukan untuk bobot 65kg – 75kg, dan A diperuntukan untuk bobot melebihi 75kg.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentunya peternak domba garut melakukan latihan fisik untuk domba tersebut. Latihan itu terdiri dari; ngencar, ngojay, dan ngibun atau diibunkeun. Latihan tersebut biasanya dilakukan rutin oleh para peternak. Biasanya sebelum domba ditangkaskan para peternak akan memberikan vitamin. Vitamin ini bukan dalam bentuk obat kapsul atau cair, tetapi vitamin ini didapat dari telur yang dicampur dengan madu kemudian diberikan pada domba dengan cara oral. Telur ini diberikan kepada domba sebagai jamu untuk menjaga stamina agar performa domba tidak menurun saat bertanding.
Domba juga harus dijaga agar selalu bersih supaya terhindar dari berbagai macam penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memandikan domba dengan jangka waktu seminggu sekali. Tujuan dari memandikan domba adalah supaya domba tersebut terhindar dari berbagai jenis penyakit kulit serta untuk menjaga pertumbuhan bulu domba. Hal lain yang dilakukan adalah mencukur bulu dan memotong kuku domba tersebut yang bertujuan untuk menghindarkan domba dari berbagai kuman yang mungkin menempel lewat bulu dan kuku.
Kebersihan dan manajemen kandang juga harus diperhatikan. Kandang sebagaimana kita tahu adalah tempat tinggal dari hewan ternak. Maka dari itu bersih tidaknya kandang sangat menentukan sehat atau tidaknya hewan ternak itu sendiri. Bila ditempatkan di kandang yang salah hewan ternak bisa mengalami stress yang dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas domba.
Pelaksana Teknis Ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing (HPDKI) Jawa Barat Deiwan Rahwandi mengatakan bahwa seni ketangkasan domba dilaksanakan dengan menerapkan sejumlah peraturan demi keselamatan dan keamanan domba. Salah satu aturannya yaitu domba ditangkaskan sebanyak 20 kali pukulan. Apabila sebelum 20 kali pukulan domba sudah tidak kuat, maka domba tidak dipaksa untuk melanjutkan ketangkasan. Selain itu, selisih berat badan antara dua domba yang akan ditangkaskan tidak boleh lebih dari lima kilogram.
Selanjutnya penilaian ditinjau dari 5 aspek yaitu; pamidangan (penampilan) yang memengaruhi penilaian sebanyak 30 pesen, teknik pukulan 25 persen, adeg-adeg (postur tubuh) 25 persen,keberanian 10 persen, dan kesehatan domba 10 persen, aspek penilaian tersebut lalu dikalkulasikan.
Saat ini terdapat kurang lebih 400.000 domba garut yang dibudidayakan pada 18 kecamatan di Kota maupun Kabupaten Garut. Domba ini juga diternakkan penghobi domba tangkas di wilayah Priangan, terutama Bandung, Bogor, dan sekitarnya. Selain untuk ketangkasan, domba garut juga dipelihara untuk diambil dagingnya. Di sisi lain domba garut juga menjadi salah satu ajang investasi, karena domba yang memiliki banyak prestasi dapat dijual dengan harga yang terbilang tinggi.
Teks Oleh: Tannia Meirina.