Pasar Gratis Bandung, Solidaritas untuk Tunawisma dan Ketimpangan Sosial
” Sejumlah masyarakat mengunjungi Pasar Gratis Bandung yang digelar di depan Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Bandung, pada Minggu (23/08). Kegiatan ini bertujuan untuk solidaritas terhadap tunawisma dan memprotes ketimpangan sosial di Bandung.” Foto: Helmy Adam.
Bandung – Pasar Gratis Bandung menggelar lapakan kebutuhan sandang dan pangan secara gratis di depan Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Bandung, pada Minggu (23/08). Lapakan ini diikuti oleh beberapa komunitas, di antaranya solidaritas tukang cukur, kolektif musik, serta komunitas sepeda. Pasar Gratis ini diadakan untuk memprotes ketimpangan sosial yang terjadi, serta sebagai aksi solidaritas terhadap tunawisma di Bandung.
Lapakan yang dimulai pada pukul 15.00 WIB ini dikunjungi oleh berbagai lapisan masyakarat, mulai dari kalangan muda, hingga lanjut usia. Barang yang terdapat di Pasar Gratis ini meliputi pakaian layak, popok bayi, makanan kucing, hingga buku bacaan. Dalam lapakan hari ini hadir pula solidaritas tukang cukur yang melayani potong rambut secara gratis untuk masyakarat.
Wawan selaku penyelenggara Pasar Gratis Bandung mengatakan, ide tersebut muncul ketika ia membuka dapur umum dan menggelar donasi makanan pada bulan Ramadan lalu. Kemudian, ia dan temannya berinisiatif untuk menggelar lapakan tersebut.
“Berawal dari dapur umum, pertamanya (mengadakan) donasi makanan, lambat laun bulan puasa intensitas orang untuk membeli baju kan banyak nih, sedangkan orang yang tunawisma yang dijalan boro-boro beli baju, baru untuk makan aja mikir dua kali apalagi disaat pandemi, makanya kita berinisiatif lapakannya bukan hanya makanan saja” ujar Wawan saat ditemui di depan Taman Lansia.
Ia menambahkan, bahwa slogan dari Pasar Gratis Bandung “Not For Charity, This Is Protest” ia tujukan kepada negara. Ia menilai negara telah gagal menangani berbagai kasus ketimpangan sosial dan RUU Omnibus Law, sehingga Pasar Gratis serta kritik dalam bentuk tulisan menjadi medium yang mereka pilih dalam mengekspresikan kekecewaannya.
“Kalau saya pribadi balik lagi sama negara yang udah gagal nanganin kasus ketimpangan sosial, malah mereka lagi merancang RUU Omnibus Law. Dari poin-poin itu sudah jelas (negara) melanggengkan ketimpangan sosial khususnya di Indonesia. Makanya Pasar Gratis bukan sekadar menerima donasi lalu memberikan, prosesnya tidak semudah itu. Masyarakat itu tidak miskin tapi dimiskinkan oleh negara.” Pungkas Wawan.
Bahri salah seorang pengunjung mengaku senang dengan adanya Pasar Gratis ini. Ia juga merasa puas karena barang yang terdapat di Pasar Gratis ini masih bagus dan layak guna.
Teks Oleh: Dimas Rachmatsyah.