Terang-Redup Budaya Daerah
Gambar ilustrasi: Marina Y.
Oleh: Marina Yuliani.
Pada dasarnya, budaya merupakan identitas suatu bangsa. Kalimat retoris yang sebenarnya tidak memerlukan penjelasan apa-apa lagi, namun menimbulkan suatu pertanyaan, “apakah masih relevan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat sekarang ini?”, toh ketika seseorang berkomunikasi dengan bahasa daerahnya saja malah mendapat ejekan – yang entah dasar bercandaannya apa.
Lagi-lagi “kurangnya kesadaran” menjadi faktor utama mulai kaburnya budaya daerah khususnya dari kacamata generasi milenial. Gotong royong, ramah tamah, dan budaya bermusyawarah yang seharusya sudah menjadi identitas di negara demokrasi ini nampaknya sudah sulit dijumpai dalam kehidupan sehari-hari – bahkan kalaupun masih ada, hal-hal sederhana itu malah dianggap suatu yang luar biasa – padahal sedari jenjang Sekolah Dasar (SD), kita sudah dicekoki keyakinan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan “label” bangsa ini.
Di Jawa Barat misalnya, identitas soméah milik orang Sunda sepertinya sudah perlahan luntur. Bukannya saling balas senyum saat bertatapan, malah “naon loba melong?” yang dilontarkan.
Lebih jauh bila membahas budaya, di kota Bandung sebenarnya telah ditetapkan Perda Nomor 9 tahun 2012 tentang penggunaan, pemeliharaan & pengembangan bahasa, sastra dan aksara Sunda yang sengaja dibentuk karena melihat melemahnya penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa, sastra dan aksara Sunda. Namun, sepertinya sosialisasinya sangat kurang, sehingga Perda tersebut masih terasa asing di telinga masyarakat terutama pelajar.
Masih adanya kegiatan-kegiatan bertemakan budaya daerah dalam institusi pendidikan yang hingga saat ini sepertinya bisa menjadi sedikit obat penenang bagi mereka yang mengkhawatikan akan lenyapnya budaya daerah. Dimulai dari ekstrakulikuler di jenjang sekolah, hingga organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa di kampus-kampus seakan menjadi “cat timpa” bagi budaya daerah yang kian meluntur di tengah masyarakat.
Pelestarian budaya daerah haruslah berjalan berdampingan dengan perkembangan zaman, sudah seharusnya muncul inovasi-inovasi baru pendukung budaya untuk berkembang, dan diminati generasi muda. Karena sesuai definisinya, budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang.
Editor: Ade Rosman.