Wahai Mahasiswa, Donorkanlah Darahmu!

Oleh: Raden Muhammad Wisnu.
(jurnalistik 2012)



Jargon bahwa mahasiswa adalah agen perubahan (agent of change) bukan hanya jargon belaka. Jika kita lihat sejarah bangsa ini, pada 1966 ketika Orde Lama tumbang karena pergerakan mahasiswa. Demikian juga pada 1998, Orde Baru pun tumbang karena pergerakan mahasiswa. Jika dahulu, tahun 1945 para pendiri bangsa meneriakkan “Berjuang sampai titik darah penghabisan”, saat ini, dalam arti yang sesungguhnya, sebagai anak muda kita pun dapat melakukannya, yakni dengan mendonorkan darah kita.

Sering kali di media sosial kawan-kawan mahasiswa mendapatkan broadcast message yang berisikan urgensi permintaan darah dari kerabat yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Bandung karena sakit, kecelakaan, atau melahirkan sehingga membutuhkan pasokan darah. Sayangnya, stok darah di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung tidak ada.

Menurut data yang dilansir oleh pengembang aplikasi smartphone Reblood, saat tampil di acara Mata Najwa beberapa waktu yang lalu, Palang Merah Indonesia (PMI) setidaknya membutuhkan 1.000 kantung darah setiap harinya. Bahkan, Indonesia kekurangan satu juta kantung darah dalam setahun!

Sayangnya, di kalangan anak muda, jangankan menjadi pendonor darah, sekitar 50%-nya saja bahkan tidak tahu apa golongan darah mereka sendiri! Reblood menginginkan aksi donor darah jadi gaya hidup dan rutinitas anak muda, bukan hanya kegiatan reaktif jika ada broadcast message di media sosial saja.

Berdasarkan pengamatan saya, yang sudah mendonorkan darah sebanyak 40 (empat puluh) kali, lebih dari setengah teman-teman saya sejak saya berkuliah di Universitas Islam Bandung, yang ditolak untuk mendonorkan darah karena menganut gaya hidup tidak sehat, alih-alih memiliki penyakit yang serius. Antara lain dikarenakan pola tidur yang tidak teratur, terlalu banyak mengkonsumsi junk food dan kurangnya aktivitas fisik (olahraga) sehingga tekanan darah dan kadar hemoglobin darah tidak memenuhi standar untuk persyaratan donor darah.

Padahal, dengan segudang aktivitas, anak muda tentunya harus memiliki tubuh dan jiwa yang sehat. Sesibuk apa sih mahasiswa sehingga tidak dapat meluangkan waktunya untuk berolahraga? Sekelas Deddy Corbuzier dan Agnes Monica saja yang aktivitas dan mobilitasnya tinggi, masih menyempatkan diri untuk berolahraga setidaknya selama satu jam dalam sehari.

Jika olahraga di gym dirasa mahal – dengan alasan keterbatasan finansial karena masih berstatus sebagai mahasiswa, cobalah olahraga murah seperti jogging dan olahraga yang hanya menggunakan berat tubuh seperti push up, pull up, squat dan plank! Saat ini sudah banyak tutorial dari para influencer olahraga yang tersebar di berbagai platform media sosial.

Juga, makanan sehat itu tidaklah mahal. Cobalah untuk mengunjungi pasar tradisional untuk membeli sayuran dan buah-buahan segar, dan belajar memasak sendiri di rumah atau di kosan. Untuk dirimu sendiri juga ‘kok. Beli rokok bisa, tapi beli sayur dan buah-buahan masa enggak bisa? Nongkrong setiap sore di cafe instagramable saja bisa, tapi meluangkan waktu olahraga dan mengkonsumsi makanan sehat masa enggak bisa?

Selain itu, ada banyak manfaat dari mendonorkan darah untuk kesehatan kita, lho! Antara lain sepeti menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah, menurunkan risiko kanker, membantu menjaga berat badan ideal, hingga secara tidak langsung kita cek kesehatan di laboratorium Palang Merah Indonesia (PMI) secara gratis! Cara ini bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit seperti sifilis, HIV, hepatitis atau penyakit lainnya secara dini.

Untuk menyumbangkan darah, prosesnya sangatlah mudah. Kita hanya perlu datang ke kantor Palang Merah Indonesia, kemudian mengisi formulir yang telah disediakan. Setelah itu, kita akan diperiksa oleh dokter dan petugas apakah tekanan darah serta hemoglobin darah kita layak untuk disumbangkan atau tidak. Jika lolos, maka proses donor darah bisa dilakukan.

Proses donor darah dari pendaftaran hingga selesai tidak memakan waktu yang lama, hanya 30-45 menit saja, tergantung antrian dari para pendonor yang lain. Setelah selesai mendonorkan darah, pendonor akan disuguhkan makanan dan minuman seperti teh manis, telur rebus, biskuit untuk mengembalikan energi dan meregenerasi darah yang telah kita transfusikan.

Sejumlah makanan untuk pendonor darah. (Dokumentasi Pribadi)

Wahai anak muda, sebagai garis penerus sejarah perjuangan bangsa ini, kalian bisa juga berjuang untuk bangsa “hingga titik darah penghabisan” dengan mendonorkan darah, secara rutin! Tidak perlu muluk-muluk melakukan demonstrasi besar-besaran mengkritik pemerintah, cukup dengan mendonorkan darah secara rutin, kalian sudah berkontribusi besar untuk membangun peradaban bangsa ini!

Menolong orang lain tidak harus dengan mensedekahkan sebagian dari harta benda saja, tapi bisa juga dengan mendonorkan darah kalian. Dengan mendonorkan darah secara rutin, bisa saja, kita sudah menyelamatkan nyawa banyak orang dan membangun peradaban bangsa ini secara nyata!

Nah, ayo donor darah, wahai anak muda! Dan sebagai penutup, izinkanlah saya mengutip salah satu hadis berikut ini sebagai penutup:

“Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)




Editor: Ade Rosman.