Sampah yang Kehilangan Tempatnya

Oleh: Helsa Dhyanti.

 

Tak asing dengan sampah yang berserakan, kesadaran yang kurang tentang kebersihan adalah alasan utamanya. Tak heran, jika setiap saat kita selalu melihat sampah yang kehilangan tempatnya, begitupun di kampus biru Universitas Islam Bandung yang kerap berkutat dengan masalah tersebut. Sampah yang berserakan setelah adanya sebuah perhelatan yang berlangsung seolah menjadi tradisi. Jamak kita dengar kata-kata “buanglah sampah pada tempatnya” atau “kebersihan sebagian dari pada iman”. Namun, masyarakat sekitar Unisba sendiri tidak peduli tentang kebersihannya. Lalu, apa yang memberatkan dari sekedar membuang sampah pada tempatnya jika kita sering mengeluh mengenai fasilitas di sekitar kampus, bukankah tempat sampah termasuk salah satu fasilitasnya? Setidaknya, jika tak mampu meringankan beban para petugas kebersihan, janganlah pula kita sebagai mahasiswa memberatkan pekerjaan mereka.

Tercantum dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam at-Thobrany bahwa kebersihan sebagian daripada iman, lalu pantaskah sebagai seorang mahasiswa yang tengah menempuh ilmu di Universitas berbasis Islam masih tidak sadar akan kebersihan itu? Sudah sepatutnya pula kita sebagai seorang Muslim mengamalkan poin-poin tersebut. Tetapi membuang sampah sembarangan seolah telah membudaya untuk masyarakat Unisba saat ini. Kotor jadi membudaya, kotor jadi kebiasaan, kotor jadi teman. Begitulah kira-kira “kalimat manis” yang menggambarkan keadaan saat ini tentang kebersihan di lingkungan kita.

Seperti halnya pasca sidang skripsi yang dilaksanakan pada hari Rabu 08 Agustus 2018 di kampus biru Unisba, ternyata menyisakan banyaknya sampah yang berserakan di depan Aula. Hal tersebut tentunya menjadi polemik di sebagian kalangan mahasiswa, pasalnya kesadaran mereka selaku “ilmuwan” patut dipertanyakan, bahkan untuk masalah kebersihan seperti ini. Sejumlah mahasiswa yang masih berstatus aktif pun terlihat berbondong-bondong membersihkan sampah bekas kakak mereka yang telah merayakan kelulusan. Yang justru menjadi pertanyaan adalah, bagaimana sampah sebesar salinan skripsi tergeletak begitu saja di teras Aula?

Hal serupa tidak terjadi hanya satu-dua kali saja, maka dari itu sangatlah disayangkan jika hal tersebut menjadi suatu budaya yang kerap dilakukan oleh seorang sarjana yang belum genap satu hari saja.

Kesadaran akan kebersihan sebaiknya sudah ditanamkan sejak dini. Sampah yang sering hilang tempat merupakan bukti bahwa kita belum menumbuhkan rasa kesadaran bahkan untuk lingkungan terdekat kita sendiri.

 

Editor: Rizky Mardiyansyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *