Sarkas
Dibungkam. Di dalam rasa, raga dan bahasa. Rasionalitas ditepis. Idealisme dikikis. Jangan, jangan berhenti di sini. Batasan itu ada bukan untuk dilanggar. Batasan itu ada untuk dilampaui. Berkembang, melaju, berdialog, fana, rancu, haru dan lainnya. Ingin rasanya menjadi pionir bersama-sama. Bersama mereka yang sama. Karna kami ada bukan untuk menjadi pion.
Prostitusi ini berkumpul. Cobalah usir dengan sopan dan santai. Lihatlah hal-hal yang tabu dikuak dengan rinci dan teliti. Berkutat di sana membentuk tumpukan hitam pekat. Alirkan, pisahkan, dan nantinya akan terlihat bedanya. Kebaikan, pertahankan. Tidak baik, tinggalkan. Ancaman, hindari. Peluang, ambil celahnya.
Ada di sini, bukan untuk diam. Ada di sini, bukan atas tuntutan. Ada di sini, bukan untuk tunduk. Ada di sini, bukan hanya mendengar. Ada di sini, bukan untuk menunjukan diri. Ada di sini, bukan hanya mengikuti. Ada di sini, bukan hanya untuk memperhatikan.
Tapi ada di sini, untuk bergerak. Ada di sini, atas keinginan. Ada di sini, untuk membangkang. Ada di sini, untuk berbicara juga. Ada di sini, untuk menunduk dan megabdikan diri. Ada di sini, untuk berjalan sejajar. Dan ada di sini, untuk diterima.
Tibalah di ujung. Sore hari telah datang dengan suara burung-burung bersenandung. Rasa ini disimpan dengan isi yang tercerna baik di dalam akal. Akhir dari goresan pena kali ini. Ku simpan baik pena-ku dalam tempatnya. Kututup buku dan berharap. Jika aku punya keinginan, aku mau usaha, Tuhan dan alam-Nya akan mendukungku. Oleh karena itu, lakukanlah.