Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Negara Berkembang
Pict Source: Google.
Oleh: Dwi Anugerah S.
Indonesia memiliki banyak kekayaan baik dari segi maritim ataupun kehutanan, bahkan banyak yang menyebut Indonesia sebagai surga duniakarena kesuburan tanah dan kekayaan alam yang tak akan ada habisnya. Salah satu band legendaris di Indonesia pun menyatakan bahwa tongkat dan kayu jika ditancapkan di tanah akan menjadi sebuah tanaman. Tak hanya itu, Indonesia pun terkenal dengan negara kepulauan yang saling menyambung beserta keanekaragaman budaya yang dimiliki. Menurut data yang diambil per-Januari 2018; Penduduk Indonesia mencapai 266,79 juta jiwa, yang mana berada di posisi ke empat dengan populasi terbesar dunia di bawah Tiongkok, India dan juga Amerika Serikat. Tidak menutup kemungkinan jika jumlah populasi di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat drastis dikarenakan beberapa persoalan yang ada.
Dengan kekayaan dan populasi yang melimpah ruah ini, seharusnya Indonesia mampu mengalahkan negara-negara maju, bahkan negara adikuasa seperti Amerika Serikat sekalipun. Namun, pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan yang jelas-jelas jauh dari kata sejahtera. Kuantitas populasi di Indonesia bukanlah jumlah yang sedikit, namun Indonesia tetap dan akan terus menjadi negara yang berkembang. Beberapa problema yang masih menjadi dilematis negara adalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang terjadi hampir di segala bidang.
Belum lama ini, rakyat Indonesia dikejutkan dengan banyaknya kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di kalangan pejabat negara. Para pemimpin negeri serta wakil rakyat yang kerap menjadi contoh bagi masyarakat kecil ini telah merusak citra jabatannya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menanggapi hal ini, rasanya kebutuhan hidup yang semakin tinggi disertai sifat egoisme dalam diri yang kerap menghantui bisa menjadi jawaban yang tepat. Tetapi apapun alasan mereka melakukan tindak pidana korupsi bukanlah hal yang bisa dibenarkan.
Di balik semua itu, tak hanya pemimpin daerah dan penegak hukum saja yang melakukan praktik tersebut. Terdapat aparatur negara yang ikut andil dalam melakukan pelanggaran moral yang sama. Tindak KKN seakan-akan menjadi hal yang sangat lumrah dilakukan oleh seluruh masyarakat di segala bidang, dimulai dari hal terkecil hingga krusial seperti obrolan warung kopi dengan seorang kawan yang baru saja lulus dari tes seleksi aparatur negara sehingga memunculkan pertanyaan; “Abis uang berapa?”, yang jelas-jelas sudah bukan rahasia umum atau sekedar obrolan tongkrongan biasa. Selain itu, tindak pidana yang biasa terjadi ini hanya terjadi di sektor pendidikan di Indonesia. Mirisnya, industrialisasi pendidikan pun sering terjadi, jika pendidikan yang seharusnya mendidik bahkan memperbaharui SDM dijadikan ladang industri.
Problematika ‘korupsi’rasanya merupakan hal yang sangat lumrah terjadi di Indonesia. Korupsi merupakan sebuah fenomena sosial,politik dan ekonomi yang menjadi penyakit dan terus-menerus membengkak di tubuh Indonesia saat ini, korupsi pun menyerang pondasi lembaga-lembaga demokratis dengan mendistorsi proses pemilihan. Terbukti dari banyaknya kasus suap terkait pemilihan umum yang terjadi di Indonesia. Penyakit ini belum bisa diselesaikan oleh pemerintah. Korupsi harus diusut tuntas hingga akar rumput permasalahan sehingga tidak ada lagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena korupsi telah menghancurkan lembaga-lembaga demokrasi, memperlambat kemajuan suatu bangsa dan tentunya sangatlah merusak moral bangsa.
Dalam memperingati Hari Anti Korupsi Internasional yang jatuh pada tanggal 9 Desember ini, merupakan momentum yang sangat penting bagi kita anak-anak muda untuk merefleksikan diri serta menumbuhkan tekad yang bulat untuk membantu Komisi Pemberantasan Korups (KPK) dalam memberantas korupsi serta melaksanakan sila ke-5 sendiri yang berbunyi ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’. Karena jika anak-anak muda generasi milennial hanya diam saja ketika korupsi merajalalela, hal tersebut diibaratkan seperti kanker, jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakar kuat dan merusak peradaban suatu bangsa. Percayalah, tidak akan pernah ada bangsa yang maju jika korupsi dibiarkan terus menerus.
Editor: Rizky Mardiyansyah.