Mahabharata, Kisah Suci yang Termahsyur

Diadaptasi dari Kitab Epos Mahabharata oleh C. Rajagopalachari           

 

            Maharaja Sentanu, sang pemimpin negeri Hastinapura terpikat dengan kecantikan Dewi Gangga yang berdiri di hadapannya dengan wujud manusia. Kecantikannya tak tertandingi oleh dewi-dewi apa pun. “Siapakah dirimu, wahai sang dewi, jadilah istriku.”

            “Aku akan menjadi istrimu, asalkan kau tidak pernah bertanya darimana aku berasal. Engkau tidak boleh menahan apa pun yang akan kulakukan, baik ataupun buruk,” ujar Dewi Gangga.

            Raja yang dimabuk kepayang tersebut bersumpah akan mematuhi segala persyaratan itu. Keduanya pun menikah. Dewi Gangga melahirkan banyak anak. Namun, setiap anak yang baru saja ia lahirkan, ia bawa dan dibenamkan di Sungai Gangga. Raja sangat bersedih, namun ia tetap diam menyaksikan istrinya berulah seperti itu. Ketika Dewi Gangga melahirkan anak ke delapan, sang Raja tak tahan lagi. Raja menahannya untuk membunuh anak itu. Dewi Gangga pun menjelaskan bahwa ia terkena kutuk. Sebagai balas budi, dewi tersebut membawa anak ke delapan itu pergi dari istana dan kelak ketika anak itu telah dewasa, ia akan menyerahkan kembali kepada raja. Kemudian kelak anak yang pandai bermain panah ini dikenal dengan Bhisma. Dewi Gangga memberikannya kembali kepada Raja.

            Bhisma pun dibawa ke istana dengan girang hati oleh raja. Suatu hari, Raja Sentanu hendak menikahi perempuan penangkap ikan yang jelita bernama Setyawati. Ayah perempuan tersebut mengizinkan asal anak laki-laki yang dilahirkan Setyawati kelak harus menjadi raja. Lantas bagaimana dengan Bhisma? Demi kebahagiaan ayahnya, Bhisma pun rela dan bersumpah akan meninggalkan urusan duniawi dan tak akan pernah menikah supaya kelak anak laki-laki dari Setyawati bisa menjadi raja.

            Dari perkawinan dengan Setyawati, Raja Sentanu melahirkan dua anak laki-laki. Mereka adalah Chitrangada dan Wicitrawirya. Chitrangada tewas dalam peperangan. Adiknya, Wicitrawirya pun dinobatkan sebagai raja. Namun, karena belum cukup umur, pemerintahan dijalankan oleh Bhisma.

            Pernah dengar cerita tentang Srikandi? Begini asal-usulnya. Bhisma hendak mencarikan istri untuk Wicitrawirya. Ia pun mendengar Raja Kasi mengadakan sayembara untuk menikahkan anak-anaknya yang terkenal elok. Amba, Ambika, dan Ambalika. Bhisma pun melakukan sayembara itu atas nama Wicitrawirya. Semua ksatria manapun ia kalahkan. Putri Amba tak terima. Secara personal, ia telah terikat dengan Raja Salwa. Bhisma pun mengerti dengan keberatan Putri Amba. Bhisma mengantarkan Putri Amba menuju Raja Salwa dan menyerahkannya. Namun, Raja Salwa menentang. Menurutnya, sudah sepatutnya Putri Amba kembali pada Bhisma dan melakukan apa pun yang diperintahkannya.

            Sesampainya di Hastinapura, Amba menceritakan semuanya kepada Bhisma. Bhisma pun meminta Wicitrawirya untuk menikahi Putri Amba. Dengan tegas Wicitrawirya menolak menikahi perempuan yang hatinya telah tertambat pada orang lain. Amba pun bingung. Ia lantas membujuk Bhisma sendiri untuk menikahinya. Bhisma menolak karena tak mungkin melanggar sumpahnya untuk tidak akan menikah sampai mati. Meski begitu, ia merasa iba pada Putri Amba. Putri Amba kembali lagi pada Raja Salwa namun pupus sudah harapan. Ia tidak diterima dimana pun.

            Selama enam tahun, Putri Amba berkubang dalam kemurungan yang dalam dan tanpa harapan. Dendam dihatinya terhadap Bhisma semakin membengkak karena ia dianggap telah meluluhlantakkan harapan. Kelak Putri Amba akan bereinkarnasi menjadi Srikandi dan menjadi panglima tertinggi kubu Pandawa di perang akbar Bharatayuda. Ia akan menyerang Bhisma dengan tangannya sendiri dan membuhnya.

            Pernikahan Wicitrawirya dengan Ambika melahirkan raja selanjutnya yaitu Raja Destrarata dan melahirkan seratus anak-anak Kurawa yang menjadi tokoh antagonis sepanjang cerita Mahabharata. Anak-anak Kurawa yang tersohor yaitu Duryudana dan Dursasana. Sedangkan pernikahan Wicitrawirya dengan Ambalika melahirkan Pandu dengan anak-anak Pandawa yang menjadi tokoh protagonis.

            Seperti yang kita tahu, Pandawa ialah anak-anak dari Pandu. Pandu menikah dengan Dewi Kunti dan melahirkan Yudhistira, Bima, dan Arjuna. Sedangkan Hasil pernikahan Pandu dengan Dewi Madri melahirkan Nakula dan Sadewa. Kelimanya menikahi satu wanita yang sama yaitu Drupadi, anak dari Raja Drupada dari Kerajaan Panchala.

            Selama hidup di kerajaan Hastinapura, sejak kecil Pandawa dan Kurawa tak pernah hidup akur. Sampai pada suatu saat, Pandawa kalah bermain judi karena dijebak oleh Kurawa. Sebagai hukuman kalah judi, mereka pun harus bertapa di hutan selama dua belas tahun dan menyamar menjadi rakyat jelata yang meminta-minta di Kerajaan Wirata selama satu tahun. Setelah masa hukuman habis, mereka boleh kembali ke Hastinapura dan mendapat hak-haknya kembali. Kurawa dendam pada Pandawa karena keberuntungan selalu datang kepada mereka sedangkan Pandawa hanya menginginkan hak sebagian kerajaan. Kurawa tak sudi memberikan sejengkal tanah pun kepada Pandawa. Perang akbar yang tersohor Bharatayuda pun tak terhindarkan.

            “Kebahagiaan macam apakah yang akan kita dapatkan, oh Krisna, setelah membunuh anak-anak Destarata? Membunuh para durjana itu hanya akan menambah panjang dosa kita. Apa gunanya pembantaian berdarah ini? Apa yang kita harapkan dengan membunuh orang-orang yang kita kasihi?” ucap Arjuna menjelang perang akbar Bharatayuda.

            Namun perang tetap berlanjut dengan sengit di tanah Kurusetra. Darah merah tumpah di atas tanah dan keabadian berakhir. Dendam terbalaskan habis. Kau pasti tahu, dalam kitab sastra siapa yang akan menang.

            Mahabharata memang kisah kuno, tetapi sifat manusianya sama. Di zaman sekarang ini, amarah dan dendam mengantarkan manusia pada penderitaan dan kehancuran. Apalagi ditambah kekuasaan dan bumbu politik, seperti menghalalkan berbagai macam cara untuk merebut hak orang lain.

 

Teks oleh: Nabilla Anasty Fahzaria