Penayangan Film “Nisan Tanpa Keadilan”, Bentuk Refleksi Setahun Tragedi Kanjuruhan

Elemen supporter sepak bola Kota Bandung menggelar aksi nonton bareng (nobar) film dokumenter bertajuk “Nisan Tanpa Keadilan” karya Watchdoc Documentary sebagai bentuk refleksi setahun Tragedi Kanjuruhan, pada Senin (2/10), di Taman Cikapayang Dago, Jl. Ir. H. Juanda, Kota Bandung. Aksi ini diisi oleh perwakilan supporter, pelajar, dan kalangan masyarakat lainnya. Selain nobar, terdapat pula orasi dari perwakilan supporter dan elemen masyarakat lain yang ikut serta menyuarakan keresahan mereka terkait peristiwa Kanjuruhan dan represifitas aparat kepolisian.

Oleh: Muhammad Dzikrie Tyasmadha

Pemutaran film “Nisan Tanpa Keadilan” adalah bentuk ajakan Watchdoc Documentary, rumah produksi yang menggarap film ini. Setelah dirilis 1 Oktober 2023 lalu, bertepatan dengan setahun Tragedi Kanjuruhan, Whatchdoc Documentary mengajak organisasi dan komunitas di Indonesia untuk menggelar nonton bersama melalui pranala yang tertera di akun Instagram mereka. Alat seperti kain, layar proyektor, serta perangkat audio sederhana, bukan menjadi penghalang bagi para supporter untuk menggelar aksi mereka di Taman Cikapayang Dago.

Film “Nisan Tanpa Keadilan” memperlihatkan investigasi mendalam Tragedi Kanjuruhan, serta seluk beluk persidangan yang hingga kini dirasa masih jauh dari keadilan. Dikemas dengan gaya penceritaan dokumenter, film ini menampilkan pandangan keluarga dari 135 orang yang menjadi korban di peristiwa naas tersebut, supporter, sampai ahli hukum yang mengawal kasus Kanjuruhan.

Selepas penayangan film, para supporter berkumpul untuk memanjatkan doa bersama dan orasi terbuka. Ujaran bentuk kekecewaan mereka terhadap aparat kepolisian juga kerap dilontarkan oleh beberapa supporter, dilanjut dengan orasi dari seorang warga Dago Elos yang juga turut merasakan betapa mengerikannya gas air mata yang dia rasakan beberapa bulan sebelumnya terkait sengketa tanah miliknya.

Aksi solidaritas kepada teman-teman di Malang menjadi tujuan utama digelarnya aksi ini. Selain itu, aksi ini diadakan sebagai bentuk refleksi akan kesewenang-wenangan dan tindakan represif aparat kepolisian. “(Aksi nobar ini) untuk sama-sama kita melihat bagaimana negara melalui aparatnya memperlakukan (masyarakat) sipil seperti kita,” ujar Justo, salah satu supporter yang hadir dalam aksi ini.

Genap setahun, tragedi sepak bola di Kanjuruhan masih belum menemukan titik terang. Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu atas tewasnya 135 lebih korban jiwa akibat kebrutalan gas air mata yang dilayangkan aparat kepolisian. Tepat pada 1 Oktober 2023, supporter dari berbagai wilayah melakukukan aksi untuk memperingati peristiwa Kanjuruhan sebagai bentuk rasa solidaritas mereka.

Adapun berbagai tuntutan yang disampaikan massa aksi, diantara lain; 1) Menuntut proses hukum yang adil dan tuntas, serta transparan terhadap pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dalam Tragedi Kanjuruhan, 2) Mendesak Presiden RI Joko Widodo sebagai pemimpin tertinggi untuk memerintahkan pihak kepolisian dan pihak-pihak terkait agar menjalankan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2022 tentang pembentukan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Peristiwa Stadion Kanjuruhan, Malang.

Berbagai aksi tak hanya dilakukan oleh teman-teman di Bandung. Farida Firdani sebagai perwakilan warga Malang yang turut hadir dan terkena dampak dari tragedi Kanjuruhan, ikut serta menyuarakan ketidakadilan atas tragedi tersebut bersama rekannya, melalui ranah komedi mereka berjuang bersama warga Malang melalui special show.

Harapan dari keluarga korban dan massa yang ikut meramaikan aksi ini adalah agar keluarga korban mendapatkan perlakuan yang seadil-adilnya, supaya apa yang mereka gaungkan selama ini terkait gerakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan bisa terwujud tanpa harus menunggu waktu lebih lama lagi.

Editor: Fikrazamy Ghifari