Bobroknya POM Unisba, Mahasiswa Bermuram Durja
Ilustrasi Foto oleh: Syahid Daffa/KMJurnalistik.com
Oleh: Syahid Daffa
Pagelaran Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Bandung (BEMU) selalu dinantikan oleh warga Unisba sebagai ajang pelepas penat di kala huru-hara tugas kuliah. Olahraga sejatinya memberikan efek relaksasi bagi insan yang melakukannya, tetapi BEMU menjadikan peserta yang mengikutinya seperti merasakan kegelisahan. Bagaimana tidak? peserta yang sudah bersiap untuk mengikuti perlombaan seringkali digocek oleh BEMU. Pekan Olahraga ini seharusnya tuntas pada akhir bulan Desember, tetapi selalu saja ada alasan untuk menundanya. Sepertinya POM itu bukan Pekan Olahraga Mahasiswa, lebih setuju jika mereka menggantinya menjadi Pekan Olahraga Manipulasi.
Hadirnya POM BEMU kerap menjadi suatu prahara, dimulai dari cabang olahraga basket dan futsal yang tak terselenggara, hingga hadiah pemenang yang sampai saat ini tak terdengar kabarnya. “Sampai saat ini bulan Februari 2023 hadiahnya belum ada, padahal janjinya akhir bulan Desember 2022 sudah bisa cair.” Ucap Naufal pemenang dari perlombaan Mobile Legends.
Sedari awal terlaksananya acara POM ini, pihak panitia memang enggan menjawab jika ditanya kejelasan perihal hadiah yang akan diberikan, khususnya Mobile Legends. “Saya dari awal sudah menanyakan pada pihak panitia terkait hadiah pemenang lomba Mobile Legends, panitia seakan-akan menutupinya.” Tutur Reyhan salah satu peserta yang mengikuti POM Unisba.
Tak hanya olahraga yang tak terlaksana dan hadiah pemenang yang tak terkabul, ternyata hajatan POM Unisba ini menuai banyak problema. Jalur birokrasi yang dinilai buruk, internal panitia yang bobrok, dan ketua pelaksana yang terkesan melempar tanggung jawab. Hal ini tentu menjadi sorotan besar bagi para peserta, acara yang diselenggarakan oleh badan tertinggi kampus seharusnya bisa berjalan dengan sukses dan mudah dengan didampingi para volunteer untuk membantu keberlangsungan acara, tetapi pada praktiknya justru BEMU menyelenggarakan perlombaan bak sekumpulan amatir yang linglung dan tidak mengerti prosedur.
“Surat proposal untuk dana keseluruhan acara pun baru dikirim ke pihak universitas H-7 acara dilaksanakan dan itu sudah pasti mendapatkan penolakan dari pihak kampus. ” Pengakuan dari salah satu volunteer acara POM Unisba yang terlihat jengah terhadap event yang tak tahu arah tujuannya kemana. Proposal yang dilayangkan sebulan sebelum acara saja belum tentu diterima, apalagi dalam jangka waktu tujuh hari. Mereka ini apa ya? Bukan sekumpulan pelawak, tapi acap kali melahirkan lawakan-lawakan ulung.
Acara yang diselenggarakan oleh BEM Unisba ini ternyata mempunyai jalur birokrasi yang sangat cacat. Dana tak dapat, volunteer kalut, acara tak selamat. Beginilah adanya, BEMU terkesan memaksakan acara ini untuk terlaksana.Akhirnya pagelaran POM Unisba ini diberhentikan di tengah jalan secara sepihak tanpa adanya kabar kepada khalayak. Walaupun ingin dilanjutkan, apa pantas dilanjutkan selepas panggung politik pemilihan presiden mahasiswa? Kasihan, POM Unisba ditumbalkan demi menyukseskan acara tersebut.
Bahkan akun Instagram @pomunisba layaknya kuburan, terhitung sejak 24 Desember 2022 sebagai unggahan terakhirnya. BEMU ini sepertinya harus belajar kepada adik-adik SMA yang selalu sukses menggelar event serupa, bahkan acara yang lebih rumit dibanding acara pekan olahraga ini. Minimal belajar cara berkomunikasi yang baik.
Acara ini terkendala dana yang entah pergi kemana, atau jangan-jangan memang tak ada dananya? Bahkan salah satu volunteer ada yang memberikan dana talangan untuk membuat seragam rompi kepanitiaan, tentu itu bukan uang yang sedikit. “Saya sebenarnya sempat meminjami uang (dana talangan) untuk membuat rompi, itu pun sampai sekarang belum ada kejelasan. Saya butuh uang itu untuk keperluan, soalnya itu uang saya pribadi.” Tuturnya.
Dilihat dari kasus ini, ternyata acara POM Unisba memang tak mempunyai dana. Tak habis pikir, nekat sekali BEMU menggelar acara ini dengan segala kekurangannya. Terlintas dalam ingatan, kalimat yang dilontarkan oleh salah satu sahabat nabi “Seorang yang bijak akan berpikir sebelum bertindak, tetapi seorang yang kurang bijak akan berbicara dulu kemudian akan berpikir.” Ali bin Abi Thalib. Jadi, panitia POM Unisba ini sebetulnya kurang bijak dalam menangani hal ini atau memang tak mengerti prosedur dalam menjalankannya?
Kabarnya bendahara yang memegang total sisa anggaran lenyap bak ditelan bumi, telah lebih dari satu bulan tak ada kabar. “Untuk persoalan uang hadiah dan juga uang pendaftaran itu kita lagi mencoba menghitung total semua dan sisa anggaran, kendalanya ada di sisa anggaran, dikarenakan bendahara kita sudah sebulan lebih tidak ada kabar dan semua sisa anggaran ada di bendahara.” Ujar Zikri Resa selaku Ketua Pelaksana saat ditanyai via pesan Instagram.
Pasalnya POM Unisba ini bukan acara gratis, ada biaya pada saat awal pendaftaran. Persetan dengan segala bualan yang terus dilontarkan, wajar jika peserta menagih haknya sebagai peserta dan pemenang dalam berbagai perlombaan. Tak ada itikad baik dari para pemegang kuasa. Para volunteer seakan-akan dijadikan sebagai tolak bala, karena memang mereka ini yang langsung berhadapan dengan peserta. Dampaknya para peserta selalu dihadapkan dengan kata-kata romantis dan janji-janji manis, padahal sedang tidak berada pada pesta demokrasi.
Hilangnya POM Unisba ini bukan cara elok dalam menyelesaikan masalah, bisa saja ini menjadikannya dampak awal dari kemuakan yang selama ini terpendam dan mencuat di publik Unisba. Isu ini lambat laun akan menjadi bom waktu. Ingat, jangan remehkan akar rumput. Seelok-eloknya dalam menyelesaikan masalah, ya jangan membuat masalah. Jikalau memang sedari awal acara ini dihadapkan dengan berbagai masalah internal maupun eksternal, seharusnya bijak dalam mengambil keputusan, lebih baik nyatakan ketidaksanggupan dari pada bergelut dengan tanggung jawab yang tak teratasi.
Program kerja dari Kemenpora BEM Unisba ini dicap gagal dalam menjalankannya. Baiknya persoalan ini dituntaskan sebelum adanya yang terpilih pada Pemilihan Presiden Mahasiswa, agar tak larut dalam amatan mereka. Virgi Fathurrahman sebagai Kemenpora pada periode saat ini terlihat maju pada Pemilihan Presiden Mahasiswa Unisba sebagai calon Wakil Presiden dari nomor urut 2. Wow! Apa kabar POM Unisba? Usut punya usut, struktur kepanitiaan ini didominasi oleh para volunteer. Dari pihak BEM Unisba hanya 3 orang saja yang terjun pada susunan kepanitiaan, yaitu Zikri Resa sebagai ketua pelaksana, Virgi Fathurrahman sebagai pengawas dan Safira Latif sebagai bendahara.
Sudah sepantasnya panitia memberi kabar kepada warga Unisba bahwa event ini telah usai di tengah jalan. Tak perlu malu, toh memang sudah jadi rahasia umum bahwa organisasi intra kampus ini seperti tak punya rasa malu. Keberadaan kalian saja sudah menjadi suatu kenihilan, lalu memunculkan batang hidung hanya untuk membuat sebuah polemik? Apalah arti perlombaan tersebut jika dilaksanakan oleh badan yang mati suri dan rusak. Seharusnya BEMU ini menjadi garda terdepan untuk menggaet seluruh mahasiswa Unisba dalam menjalin komunikasi yang baik. Tak ada harapan pada Presma nanti, yang jelas BEMU telah gagal dalam menjalin hubungan dengan mahasiswa melalui POM Unisba ini.
Editor: Rifa Khairunnisa