Memperkenalkan Jurnalistik melalui Jurnalisme Mengajar: Everyone Can Be a Journalist

Artikel berikut ditulis oleh Dinar Septriasya, peserta kegiatan Jurnalisme Mengajar: Everyone Can Be a Journalist yang diadakan di SMA Negeri 21 Bandung.

Oleh: Dinar Septriasya/Journalistic & Broadcasting 21

Keluarga Mahasiswa Jurnalistik (KMJ) mengadakan kegiatan Jurnalistik Mengajar bertajuk “Everyone Can Be a Journalist” yang digelar di SMA Negeri 21 Bandung, Jl. Manjahlega No.30, Margasari, Kec. Buahbatu, Kota Bandung, pada Jum’at (16/2). Kegiatan ini melibatkan anggota ekstrakulikuler (ekskul) Journalistic & Broadcasting 21 sebagai peserta.

Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini ialah untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan positif dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan dalam bentuk materi, tanya jawab, dan praktik jurnalistik. Kegiatan ini juga dihadiri Muhammad Asri Rahma, Kepala Biro CNN Indonesia Jabar, sebagai pemateri di sesi terakhir.

Kegiatan ini diikuti sebanyak tiga puluh anggota Journalistic & Broadcasting 21. Journalistic & Broadcasting 21 sendiri merupakan salah satu ekskul yang banyak diminati di SMAN 21 Bandung. Ekskul ini mewadahi peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka melalui karya jurnalistik, baik karya tulis maupun karya audiovisual.

Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Naswakhansa Utami selaku Ketua Pelaksana Jurnalistik Mengajar, kemudian diikuti sambutan Nani Mulyani selaku Kepala Sekolah SMAN 21 Bandung. Setelahnya langsung masuk ke acara inti yakni pemaparan materi sesi pertama yang diisi oleh Syauqi Kinan Abrar sebagai Pemimpin Umum Media KMJ dan Fikrazamy Ghifari sebagai Pemimpin Redaksi Media KMJ dengan tema ‘Everyone Can Be a Journalist’.

Ketika ditanya apa alasannya memilih tajuk “Everyone Can Be a Journalist”, Naswakhansa Utami ingin memberikan pemahaman bagi orang-orang bahwa menjadi jurnalis tak sesulit yang dikira. “Karena ‘kan sebenernya banyak orang yang kayak takut gitu buat jadi reporter atau ngomong depan banyak orang, nah jadi aku mau ngasih tau aja kalau misalkan jadi jurnalis itu gampang, jadi semua orang bisa asal mau belajar,” jelasnya.

Di materi pertama, Syauqi dan Fikra sebagai pemateri menjelaskan mengenai perbedaan istilah “jurnalisme”, “jurnalistik”, dan “jurnalis”, serta penjelasan sembilan elemen jurnalisme yang dikemukakan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku The Elements of Journalism (2001). Kemudian materi ditutup dengan pembahasan topik terkait fenomena citizen journalism (jurnalisme warga), suatu kegiatan jurnalistik yang bisa dilakukan oleh masyarakat secara non-formal meskipun bukan berprofesi wartawan.

Seiring berkembangnya internet dan maraknya penggunaan media digital di Indonesia, mendorong masyarakat untuk berperan dalam citizen journalism. Kini masyarakat dengan mudah memberitakan apa saja yang mereka lihat atau alami dan membagikan karya jurnalistiknya, baik berupa foto, tulisan, maupun video berita, ke berbagai media sosial.

Setelah sesi pemaparan materi pertama, kegiatan dilanjutkan dengan praktik berupa produksi video pendek jurnalistik. Sebelum memulai praktik, peserta dibagi menjadi lima kelompok kecil yang berisi enam orang, dimana setiap kelompok memiliki pokok bahasan yang berbeda. Kelompok 1-3 membahas tema lingkungan, sedangkan kelompok 4-5 membahas tema sosial. Setiap kelompok diberi waktu pengerjaan kurang lebih satu jam, mulai dari pembahasan konsep, take video, hingga proses editing.

Kemudian dilanjutkan dengan sesi materi kedua oleh Muhammad Asri Rahma, Kepala Biro CNN Indonesia Jabar. Asri memaparkan tahapan-tahapan untuk menjadi jurnalis dan reporter yang baik, serta tips dan trik mengenai dunia jurnalistik. Salah satu materinya ialah tentang mematuhi kode etik jurnalistik, dimana setiap karya jurnalistik yang dibuat dan akan disebar ke khalayak harus sesuai dengan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan.

Di sesi terakhir, Asri menjadi juri untuk menilai hasil karya praktik jurnalistik yang sebelumnya sudah dilaksanakan oleh setiap kelompok, dimulai dari penilaian karya kelompok 1 sampai kelompok 5. Semua karya audiovisual tersebut diberi apresiasi dan masukan yang membangun. Usai penilaian, acara ditutup dengan pembagian hadiah bagi pemenang karya video terbaik.

Setelah berakhirnya acara, Pembina Ekskul Journalistic & Broadcasting 21, Gilang Rayhan menyampaikan pendapatnya mengenai pentingnya pembelajaran jurnalistik di bangku sekolah. “Ya, penting banget. Karena mungkin selain banyak praktiknya, kita juga harus tau dasar-dasar jurnalistik seperti apa, kita harus tau ilmunya dulu,” katanya.

Lhala Diaz, salah satu peserta kegiatan ini, turut membagikan kesan dan pesannya usai mengikuti Jurnalisme Mengajar. “Jujur banyak, ya (pembelajaran yang didapat). Kayak seneng aja gitu, terus abis itu bisa dapet temen gitu, loh, dari kakak-kakak (KMJ) Unisba ini. Pokoknya seru,” imbuhnya. Lhala juga menyampaikan harapannya untuk teman-teman KMJ, “Gak ada, udah perfect (kegiatannya). Pesannya, ya, semoga semakin sukses, berjaya terus,” sambungnya.

Editor: Fikrazamy Ghifari