Kasus Pencurian di Rfikom, Saatnya Evaluasi Keamanan Kampus
Koridor sekretariat Universitas Islam Bandung (Foto: Riko Alviano/KMJurnalistik.com)
Oleh: Riko Alviano
Telah terjadi pencurian di sekretariat Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Universitas Islam Bandung (Unisba), pada Kamis (14/12). Sebuah laptop milik korban berinisial T, mahasiswa Fikom angkatan 2021, raib dicuri ketika T menyimpan tas berisikan laptop tersebut di sekretariat Fikom (Rfikom). Korban dan beberapa temannya telah berupaya untuk melaporkan kasus ini ke pihak kampus dengan memeriksa rekaman CCTV di sekitar tempat kejadian, namun hingga kini, petunjuk kehilangan maupun pelaku pencurian masih belum menemui titik terang.
Upaya intensif dari petugas keamanan kampus untuk mengidentifikasi pelaku melalui rekaman CCTV mengalami kendala, karena kamera pengawas hanya terpasang di ujung koridor dan tidak mencakup ruangan sekretariat. Hal ini menyulitkan identifikasi wajah karena penempatan angle kamera yang sangat jauh. Belum lagi dengan perangkat pendukung kamera pengawas yang lambat saat diakses.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan korban, kejadian berlangsung sekitar pukul 15.20 WIB, ketika korban dan temannya hendak meninggalkan ruangan sekretariat untuk menuju aula. Laptop korban ditinggalkan di pojok ruangan, sementara tiga mahasiswa lain berada di dalam ruangan. Pada pukul 16.30, korban kembali ke sekretariat untuk mengambil tasnya yang berisi laptop, namun korban terkejut karena ia tidak menemukan tasnya di tempat semula.
“Aku mau keluar sama temen aku, aku teh naro tas aku di bawah, sebelahnya tas temenku. Aku cabut jam 15.20 ke aula, dan jam 16.30-an aku mau makan sama temen aku tapi aku (sebelumnya) mau ngambil tas dulu ke Rfikom. Pas masuk udah ngeuh duluan (laptop miliknya hilang),” jelas T, ketika ditanya kronologi kejadian oleh KMJurnalistik, Jum’at (15/12).
Tak lama usai menyadari laptopnya hilang, korban segera melapor ke petugas keamanan kampus. Sayangnya, korban menemui kendala ketika perangkat yang merekam video CCTV mengalami lag, ditambah koneksi Wifi yang lambat. Akibatnya, upaya pengusutan harus ditunda. “Pas udah kayak gitu (korban melapor ke petugas keamanan), mereka (petugas keamanan) langsung ngasih lihat CCTV, eh, pas mau dilihat malah Wifi-nya lama, terus sebelumnya si komputernya aja nyalanya lama, belum nyambungin ke Wifi-nya, pokoknya gitu lah ribet. Terus udah, pas jam 6-an aku mutusin pulang,” jelas korban.
Beberapa jam kemudian, barulah rekaman CCTV dapat diakses. Petugas kemudian memperlihatkannya kepada teman-teman korban yang saat itu masih berada di tempat kejadian. Sayangnya, rekaman tersebut hanya menunjukkan sekumpulan mahasiswa yang masuk dan keluar dari sekretariat, tanpa memberikan petunjuk barang bukti maupun terduga pelaku. Hal ini ditenggarai akibat penempatan CCTV yang hanya berada di koridor, beberapa meter dari sekretariat Fikom, angle rekaman pun hanya memperlihatkan koridor.
Evaluasi Keamanan Kampus
Banyak hal yang disayangkan dari kejadian ini, kurangnya fasilitas keamanan yang menyebabkan kurangnya rasa aman di lingkungan kampus hingga fasilitas untuk petugas satpam yang kurang memadai.
Kasus pencurian di lingkungan kampus Unisba menimbulkan pertanyaan serius mengenai aspek keamanan di lingkungan kampus. Insiden ini tidak hanya menyorot sistem kemanan yang sudah ada, tetapi juga mendorong masyarakat kampus, terutama mahasiswa, untuk bersikap kritis terhadap terhadap sistem keamanan agar pihak kampus terdorong untuk melakukan peningkatan.
Pertama, tidak adanya kamera pengawas di dalam sekretariat fakultas menjadi sorotan utama. Rekaman CCTV yang hanya mencakup lorong koridor menghambat upaya pengusutan bilamana kasus serupa kembali terjadi. Evaluasi perlu dilakukan terhadap penempatan kamera pengawas di area kampus terutama tempat-tempat berisiko tinggi, dapat tercakup dengan baik. Perangkat keamanan yang lebih modern dan responsif juga perlu dipertimbangkan untuk mendukung sistem keamanan kampus.
Selanjutnya, tantangan serius muncul dari keterbatasan perangkat dan fasilitas yang disediakan untuk petugas keamanan. Kelemahan ini bisa dilihat dari sulitnya mengakses rekaman CCTV karena perangkat yang kurang memadai. Universitas harus mengevaluasi infrastruktur keamanan mereka, termasuk perangkat keras dan lunak yang digunakan oleh petugas keamanan kampus. Peningkatan di lini ini akan meningkatkan responsivitas dan efisiensi ketika terjadi situasi darurat.
Respons pihak kampus dalam menanggapi kejadian ini juga menjadi fokus evaluasi. Universitas perlu memiliki protokol tanggap darurat yang jelas dan dijalankan dengan cepat jika terjadi kasus kehilangan barang maupun situasi darurat lainnya, dan dalam kasus pencurian ini, korban merasa kesulitan dalam mengakses rekaman CCTV karena keterbatasan fasilitas (perangkat yang kurang mendukung). Ditambah korban sempat kebingungan karena minimnya informasi akan edukasi tanggap darurat dari pihak kampus.
Terlepas dari tanggapnya pihak keamanan merespon laporan korban sesaat setelah kejadian, fasilitas kampus yang kurang mendukung dapat menghambat kinerja pihak keamanan. Universitas perlu menciptakan saluran komunikasi, atau hotline yang lebih efektif dan memberdayakan mahasiswa untuk melaporkan kejadian keamanan dengan cepat.
Sebagai langkah konkret, universitas perlu melakukan investasi serius dalam meningkatkan sistem keamanan kampus, terutama peningkatan infrastruktur teknologi, dengan melakukan evaluasi menyeluruh dan mengimplementasikan perubahan yang diperlukan, dengan begitu universitas dapat memastikan keamanan kampus yang lebih baik, melibatkan mahasiswa serta civitas akademik lainnya, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Editor: Fikrazamy Ghifari