Aksi Kamisan Bandung Gelar Aksi Peringatan September Hitam

Aliansi Aksi Kamisan Bandung menggelar aksi peringatan September Hitam bertajuk “Parade Melawan Kekerasan Negara” pada Kamis (7/9), di Taman Cikapayang Dago, Jl. Ir. H. Juanda, Kota Bandung. Aksi ini beragendakan mimbar bebas yang diisi oleh perwakilan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Jawa Barat, pelajar, dan kalangan masyarakat lainnya. Selain mimbar bebas, terdapat pula pertunjukan musik yang menampilkan Ukefox, Suar Swara, Antakara, dan Antitesa.

Oleh: Salman Rayyan

Sebelum digelarnya aksi, seniman pantomim Wanggi Hoed melakukan aksi long march ke tempat aksi. Wanggi melakukan long march dengan berjalan kaki dari Taman Pramuka hingga Taman Cikapayang Dago, tempat digelarnya aksi. Ketika ditanya apa alasannya ia melakukan aksi tersebut, Wanggi ingin masyarakat teringat, mengingat, dan juga selalu terbuka bahwa sebenarnya kita harus selalu membela hak-hak asasi kita sebagai manusia.

Sesampainya Wanggi di lokasi aksi, agenda berlanjut dengan orasi dari berbagai pihak. Rangkaian orasi tersebut berisikan tuntutan yang tertuju kepada pemerintah dan aparat negara yang terbukti gagal menjamin dan melindungi hak para korban dan keluarga korban kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Alih-alih melindungi hak korban, aparat negara justru seringkali melakukan pelanggaran HAM dengan bertindak represif terhadap masyarakat, dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan hukum tertinggi malah memberikan kekebalan hukum (impunitas) bagi para pelaku yang diduga berada dibalik berbagai peristiwa pelanggaran HAM.

Desakan dan tuntutan yang disampaikan di mimbar bebas merupakan upaya untuk mendorong negara agar menyelesaikan permasalahan HAM, dengan meliputi aspek kebenaran, keadilan, reparasi, dan jaminan ketidakberulangan untuk menghapus impunitas. “Kita konsisten melakukan (aksi) ini karena di Bandung diisi oleh anak-anak muda yang banyak merefleksikan dirinya sebagai korban, maka secara sadar kita setiap hari Kamis mencoba merespon pelanggaran-pelanggaran HAM tersebut dan menjadi ruang untuk berkumpul,” ujar Fay, selaku perwakilan dari Aksi Kamisan Bandung.

Tuntutan yang terlampir terbagi menjadi tiga, diantara lain; 1) Mendesak Jaksa Agung agar melakukan penyelidikan terhadap seluruh kasus pelanggaran HAM berat yang telah diselidiki Komisi Nasional (Komnas) HAM agar segera dapat ditindaklanjuti sebagaimana yang tertera pada mandat UU No. 26 Tahun 2000, 2) Mendesak Komnas HAM dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk berkoordinasi memberikan upaya pemulihan menyeluruh kepada seluruh korban pelanggaran HAM sebagai bentuk reparasi yang dilakukan secara beriringan dengan proses yudisial terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM berat, 3) Mendesak pemerintah dan DPR RI untuk segera melakukan revisi terhadap UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM agar dapat secara lebih efektif menjadi landasan hukum bagi penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat secara yudisial ataupun untuk pemenuhan hak reparasi bagi korban.

Seusai orasi, aksi dilanjut dengan penampilan musik. Seniman asal Garut, Ukefox, mempersembahkan tiga lagu ciptaannya pada aksi ini. “Saya datang dari Garut, di mana di kota Saya tidak ada aksi seperti ini. Saya datang ke Bandung dengan semangat agar ketika Saya kembali (ke Garut), Saya bisa menyebarkan semangat akan perlawanan di sana,” ujar Ukefox.

September menjadi bulan yang kelabu bagi kesejahteraan HAM di Indonesia, dan aksi September Hitam merupakan bentuk pengingat akan sejarah kelam tersebut. Tercatat ada 8 peristiwa pelanggaran HAM di bulan September, diantaranya; genosida tanpa proses pengadilan (1965/1966), pembantaian Tanjung Priok (12/09/1984), tragedi Semanggi II (24/09/1999), pembunuhan pejuang HAM Munir Said Thalib (07/09/2004), pembunuhan petani penolak tambang Salim Kancil (26/09/2015), brutalitas aparat selama demonstrasi #ReformasiDikorupsi (25-30/09/2019), penembakan Randi dan Yusuf oleh polisi (26/09/2019), dan penembakan pendeta Yeremia (19/09/2020).

Editor: Fikrazamy Ghifari