Kuldesak atawa Jalan Buntu: Bentuk Keresahan Ekspresif Dalam Dunia Teater
Drama Teater “Kuldesak atawa Jalan Buntu” pada sesi kedua pukul 14.15-15.15 WIB, Minggu (05/02). Foto oleh: Syauqi Kinan/KMJurnalistik.com
Oleh: Salman Rayyan
Pementasan Drama Teater yang digelar oleh Demam Teater di Gedung Rumentang Siang Bandung pada Minggu (05/02/2023) berjudul “Kuldesak atawa Jalan Buntu” karya Ridla Dado yang menampilkan beberapa aktor dan juga performers lainnya dengan suguhan konsep yang khas dan cukup menggugah suasana para apresiator di Gedung Rumentang Siang hari itu seperti terombang-ambing kedalam alur ceritanya.
Pentas tersebut diadakan selama dua sesi di hari yang sama yaitu sesi pertama pada pukul 10.15-11.15 WIB dan sesi dua pada pukul 14.15-15.15 WIB. Dengan kedalaman kisah yang matang juga tentunya dukungan di belakang layar yang sangat supportif membuat acara ini menghempaskan ekspresi yang beragam dari semua kalangan yang hadir.
Isu pada naskah yang disuguhkan berisi arti dan makna sangat dalam seperti yang diungkapkan langsung oleh Sutradaranya yaitu Kang Ridla Dado usai pementasan tersebut “Sebenernya isu nya banyak banget sampai aktor dan sutradara kewalahan untuk menekankan apa yang ingin disampaikan, seperti keresahan terhadap aborsi, hamil diluar nikah, dan juga kebiasaan yang tidak wajar, pokoknya banyak intinya hal yang berbau negatif dari hal yang paling negatif”.
Dalam isi cerita “Kuldesak atau Jalan Buntu” yang menjelaskan bahwasannya semua orang tentunya geram terhadap perkembangan teknologi besar-besaran yang acap sekali menindas sana-sini, Demam Teater berhasil menyuguhkannya dalam alur dan dialog yang cukup mencakar seperti seringnya dilontarkan dialog “Mana KTP-mu!” oleh peran Nakula dan Sadewa lalu dengan tagline utamanya “Aku Tuhan, Karena Aku Punya Senjata!”.
Pemilihan tema dan judul “Kuldesak” ini ternyata terinspirasi dari judul lagu milik Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan yang berjudul Kuldesak juga, judul tersebut sangat cocok dibawakan karena mengandung makna Jalan Buntu yang akhirnya oleh Demam Teater dipadukan menjadi frasa berbalut Bahasa Sunda yaitu “Kuldesak atawa Jalan Buntu”.
Dengan ber-artikan Jalan Buntu yang dimaksud adalah semua orang telah melakukan berbagai macam cara,berlomba-lomba saling sikut untuk mendapatkan yang mereka inginkan namun semuanya tidak berguna sama sekali dan bagaimanapun akhirnya tetap bertuju pada kematian. Semuanya dibakar sampai jadi arang dalam lakon gelap seperti yang dikatakan Demam Teater pada postingan Media Sosial nya.
Dengan persiapan yang bisa dibilang cukup mendesak, sang aktor Mikhail Zidane memaparkan cukup puas usai berhasil menyuguhkan aksinya pada Minggu sore itu, “Ya walaupun latihan hanya satu bulan, tentunya sangat puas dengan apa yang ditampilkan dan semoga sesudah ini bisa menjadi batu loncatan untuk komunitas Demam Teater lebih indah kedepannya dan membuat eksistensi seni Teater menjadi lebih berkembang”.
Para apresiator yang hadir pun terlihat sangat menikmati dan puas terhadap pementasan ini, dengan antusiasme yang cukup tinggi dengan habisnya tiket pada sesi pertama. Berbagai macam kalangan dari dalam dan luar kota yang hadir seperti seorang mahasiswa Universitas Siliwangi, Syahrul yang pergi dari luar Kota “Saya tadi pagi dari Tasikmalaya dan Alhamdulillah bisa hadir di sesi kedua dan sangat puas terhadap apa yang disuguhkan oleh Demam Teater hari ini, Wah cukup berkesan buat saya!” Ujarnya.
Pementasan ini juga tentunya jadi roh kuat untuk seseorang mencintai sebuah seni walaupun orang tersebut sebelumnya sama sekali belum mengenal seni “Cukup berkesan buat saya yang baru pertama nonton teater, walaupun saya bisa dibilang awam namun sangat mudah menangkap isi yang disampaikan” ujar Rahmi dengan lantang jujur berbicara bahwa dia pertama kali atau bisa dibilang First Impression dalam menyaksikan pementasan seni teater.
Dengan adanya pementasan Demam Teater bertajuk “Kuldesak atawa Jalan Buntu” karya Ridla Dado ini diharapkan menjadi sesuatu yang kuat dalam melanjutkan eksistensi seni teater ataupun seni lain yang ada terkhusus di Kota Bandung, yang berarti keindahan dalam sebuah penyampaian tak semestinya dilakukan dengan cara yang sama namun justru dengan darah seni yang berbeda-beda pada setiap insan manusia.
Waktu pun tidak menjadi masalah bagi para performers Demam Teater dalam menunjukkan sikap dan juga aksi semangat dalam menyampaikan hal-hal baik kepada semua orang melalui apapun termasuk seni teater ini, mereka semua berharap kedepannya bahwa seni teater juga mampu menghadirkan dan memberi pesan dan kesan yang bermanfaat bagi khalayak dengan caranya sendiri seperti halnya seni-seni lain.
Editor: Rifa Khairunnisa