Bumi: Menari dalam Deburan Ombak bersama Agnimaya
Agnimaya yang resmi merilis debut album penuh mereka bertajuk ‘Bumi’ pada 14 Oktober 2022 lalu
Oleh: Maulana Ridwansyah
Hiruk pikuk jalanan kota seringkali menjadi polemik, ketika capek, kesal, dan frustasi berkecamuk. Tanpa sadar kita sudah terlelap dan terpuruk ke dalam kubangan emosi, lalu apa langkah yang tepat agar tetap waras dalam perjalanan? Mendengarkan rilisan baru dari band-band lokal adalah solusi jitu memanifestasikan otak menjadi teduh dan cukup untuk menenangkan pikiran dari racaunya bising kota.
Hal ini yang mungkin dicoba oleh unit band pop-folk asal ibu kota, Agnimaya yang resmi merilis debut album penuh mereka bertajuk ‘Bumi‘ pada 14 Oktober 2022 lalu. Berisikan 10 tracks, album ini sukses menghipnotis pendengarnya untuk ikut bersenang-senang menjelajahi bumi dan terbang mengawang menyelami syair yang permai.
Album berjudul‘Bumi‘ ini terasa begitu selaras dengan realitas, dimana kita mampu untuk leluasa menjelajahi bumi lewat petikan gitar yang romantis nan syahdu dari lagu mereka. Jujur saja, album ini seperti memaksa kita untuk menjelajahi kehidupan, menembus ruang, waktu, dan menerobos semua memori atas kesalahan di masa lalu. Seperti tangis dan harapmu di malam hari yang kau dekap erat-erat, Agnimaya sukses untuk menceritakan ulang kisah itu kepadamu. Cara penuturan mereka bercerita sangatlah indah dan mereka mampu untuk mengemasnya menjadi seperti cerita fantasi atau dongeng yang menemani tidurmu. Agnimaya merilis album ini dengan formasi baru mereka, yang berisikan Ijes pada vokal, Aden Ramma pada gitar akustik, Dio pada gitar elektrik, Cahyo pada gitar bas, Rachel pada piano, dan Satria penabuh drum. Lewat formasi ini, Agnimaya sukses memperkuat dan menambah warna-warna pada musik pop-folk khas mereka.
Cuaca mendung, macet jalanan kota, atau lengang di kamar rumah merupakan isyarat ciamik untuk menjejaki alunan musik pop-folk dari Agnimaya, bersama band-band lain seperti, Fourtwnty, Silampukau, Amigdala, Banda Neira, dan Mustache and Beard. Bagiku sendiri adalah paket komplet untuk menenangkan diri dari kesibukan duniawi dan santai sejenak.
Diantara banyaknya rilisan band atau musisi lokal di sepanjang tahun ini, sepertinya Agnimaya dengan album ‘Bumi‘ mereka menjadi salah satu rilisan yang patut diperhitungkan di blantika musik nasional, mereka menjanjikan warna baru bagi musik folk Indonesia sendiri.
‘Bumi‘ milik Agnimaya ini adalah debut album pertama mereka, setelah sebelumnya merilis beberapa single, seperti, Semesta (2018), Merakit dan Pergi (2018), dan Sembilan Belas. (2020). Jika menarik lagi kepada rilisan single Agnimaya, mereka konsisten menyajikan lagu folk, yang saat itu masih berbentuk duo pop-folk, hanya Ijes di vokal dan Aden Ramma pada gitar.
Sangat mudah untuk kita memahami dan menafsirkan makna pada lagu-lagu Agnimaya, dengan lirik yang mudah dipahami dan musik yang easy-listening. Ditambah, jika kalian memang memiliki ketertarikan pada band atau musisi lokal beraliran folk seperti yang disebutkan diatas, akan sangat mudah dan senang untuk ikut menyukai Agnimaya.
Seperti yang tertulis dalam profil Agnimaya sendiri, mereka berangkat menjadi duo pop-folk di Jakarta pada tahun 2017, atas ketertarikan mereka terhadap Banda Neira, Chrisye, Frau, Sigur Ros, Coldplay, The Beatles, Bon Iver, Novo Amor, Hollow Coves, Billy Marten, Guruh Gypsy, dan Guruh Soekarno Putra yang membuat mereka menjelma menjadi duo pop-folk yang mengawang dalam balutan nada yang catchy.
Agnimaya sendiri berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti ‘hangat‘, sembari mengamini nama sebagai sebuah doa, bagi saya Agnimaya sudah sangat sukses menyambungkan harapan dan hasil pada musik mereka, karena lagu mereka yang hangat dan mampu untuk menemani kita dalam kondisi apapun.
Kembali lagi kepada album ‘Bumi’, dibalik layar produksi album ini melibatkan beberapa nama seperti, Aziz Comi “Payung Teduh” (Produser), Jones Roma (Mixing & Mastering) , Sigit Prasetio (Demo track), Nukie Nugroho (Studio), Panggih Aryan Saputra & Kolektifan Tempa Kreasi (Visual), dan beberapa rekan lain yang membantu di bagian instrumental. Untuk sampul album sendiri digarap oleh dua orang illustrator, yaitu Delangsa dan Jati Hastaman.Album ini sudah bisa didengarkan di berbagai platform musik digital, seperti, Spotify, Joox, Apple Music, Deezer, Resso, dan Google Play Music.
Editor: Hasbi Asdiqi