Unfamiliar Dawn, Alternatif Musik Eksperimental Bertabur Cahaya

“Suasana gigs “Unfamiliar Dawn” di Groots, Jalan Cigadung Raya, Bandung, Rabu (26/1)” Foto: Hasbi Asdiqi/KMJurnalistik.com

Oleh: Hasbi Asdiqi

Hampir dua tahun sudah acara musik sunyi tak bergeming akibat terdampak Covid-19, alunan musik yang seharusnya menggema saat pementasan sirna begitu saja. Menonton grup musik dalam visual layar nampaknya menjadi kebiasaan baru bagi pecinta musik di seluruh dunia. Seiring adaptasi kebiasaan baru ditengah pandemi, Unfamiliar Dawn digelar dengan kenormalan baru yakni pagelaran ditengah pandemi. Acara  ini cukup menggugah jiwa untuk disambangi.

Acara gigs yang digelar secara meriah dengan konsep kolektif dan segala yang disajikan merupakan dari patungan, hasil dari nikmatnya berjejaring dan memiliki relasi yang luas. Segala hasrat yang berseliweran di benak bisa diwujudkan, laiknya pepatah “hidup adalah udunan”.

Dally Anbar, penyelenggara dan perwakilan dari Orange Cliff  menjelaskan “ sebenarnya acara ini dadakan first meeting nya aja h-6, performances musik elektronik merupakan kebijakan daripada teknis penyedia tempat, yang menginisiasi jangan yang full band, bikin yang simple aja jadinya musik elektronik. Orange Cliff selaku label musik yang merilis EP Mahamboro mengajak tampil di acara Unfamiliar Dawn karena kebetulan Mahamboro lagi cari gigs di Bandung. ” Pungkas Dally, Rabu (26/1).

Acara ini memang kolektif tetapi ini kolektif bukan sembarang kolektif yang seperti biasa dihelat oleh mahasiswa, karena lighting (walaupun hal inti dari gigs) dan juga partner dari acara ini membuat acara cukup gegap gempita.

Deretan penampil dalam acara tersebut yaitu, Monica Hapsari, LogicLost, Mahamboro, Kuntari, Rama Putrantra, serta Hunus secara sukarela untuk turut ambil bagian dari acara ini. Alat yang digunakan oleh musisi pada perhelatan acara ini berbasis digital dan analog. Tetapi lain halnya  bagi Monica memakai vokal, Kuntari menggunakan terompet, Mahamboro menggunakan klarinet, untuk menambah unsur eksperimental dalam pembawaan musik mereka.

Musik yang disajikan oleh Unfamiliar Dawn, termasuk musik eksperimental yang sepertinya musisi begitu acuh tak acuh memperhatikan opini orang begitu juga komposisi musiknya kental akan ethnic, Maka tak heran jika musisi terasa hidup di dunianya sendiri, tetapi seperti enggan untuk mengundang orang untuk setidaknya singgah kedalam dunia dari musik yang telah mereka ciptakan.

Unfamiliar Dawn sesuai dengan nama acaranya ‘unfamiliar’ yang tidak begitu familiar bagi setiap orang. Tetapi acara ini cukup dipadati pengunjung karena media yang digaet untuk memadati bagian partner sukses untuk publish acara tersebut. Dally juga menambahkan bahwa “ Banyak yang dari kedatangan pengunjung itu sebab dari publish media, ada juga bantuan dari beberapa pihak (Performer, pihak tempat, dan Orange Cliff) bekerjasama untuk mengundang dan publish bersamaan untuk mensukseskan acara.” Ujar Dally.

Komposisi musik yang dihidangkan cukup mengagetkan untuk pengunjung awam karena musik dan lagu-lagu nya terlihat begitu banyak menguras pikiran untuk diselami maknanya, dan juga dari setiap bagian musik begitu dipikirkan dengan matang. Musik elektronik ini berbau eksperimental yang kaya akan inovasi daripada musisi, akrobat yang mereka persembahkan menggabungkan ethnic yang mereka percayai dan menjadi kombinasi yang ‘nyentrik’ dengan musik elektronik., dan intinya sangat mustahil untuk di cover dan ditelan mentah-mentah oleh pikiran yag awam.  

Tak semua musisi yang menjadi penampil memberikan kepuasan yang perlu untuk disaksikan bagi setiap pengunjung, ialah cahaya lampu (lighting) yang benar benar menghidupi segala hal yang ada, sangat menakjubkan untuk dapat beriringan dengan lighting yang menawan untuk sekedar angguk-angguk kepala, menghentakkan kaki dan budaya gigs yang takkan terlewatkan adalah berteriak namun seperti berbisik.

Musik elektronik eksperimental termasuk media untuk menjajal ekspresi bagi setiap musisi dan sebuah alternatif bagi musik yang stagnan, lebihnya nada yang mengalun dalam musik adalah sebuah pengungkapan emosi yang cukup satire. Cukup menggambarkan warna-warna dalam sebuah praktik implementasi musik.

Musik eksperimental memberi warna baru dalam perhelatan gigs karena menarik untuk disaksikan, musisi biasanya memiliki ruang imajinasi yang liar daripada musik yang telah dipersembahkan. Walaupun musik eksperimental yang berarti mencoba suatu hal baru, musisi tetap memberikan gaya dan akrobat yang tidak biasa. Musik yang mengalun dalam percobaan musik itu memberikan output yang berbeda pada setiap pendengar. Menyelami makna dari apa yang telah terdengar, output apapun yang telah dihasilkan bagi pengunjung itupun menjadi kesuksesan yang mutlak bagi para musisi, maupun  kebingungan, pusing dan asing dari pengunjung akan musik yang didengarkan, yang berarti ialah musik yang telah dihasilkan oleh musisi berhasil menggorogoti pikiran pendengar alhasil terbitlah pusing dan asing.

Melawan kemustahilan dengan persiapan yang cukup singkat, memberi warna yang berbeda dan tidak biasa dari performances, juga nuansa yang telah tersaji terutama lighting membuat acara begitu gegap gempita membentuk pola yang liar beririnngan dengan musik yang syarat akan imajinasi tinggi.

Tak sedikit pengunjung yang datang merasa asing dengan musik-musik eksperimental yang ditampilkan pada acara tersebut. Tetapi setidaknya itu bisa menjadi alternatif pelipur lara para pengunjung dan merasakan momen yang berbeda. Memberi kesan yang ‘radikal’ karena persiapan singkat dengan perkembangan media yang cepat bisa menwujudkan perhelatan gigs alternatif oleh Orange Cliff dan Groots Bandung.

Perut yang mual dan ketidakpahaman pengunjung dalam meraba semua musik yang bersahutan. Patut dipertahankan agar musik alternatif semacam eksperimental ini bisa melekat pada masyarakat umum karena musik eksperimental sejatinya lahir karena pergerakan yang jemu akan musik yang stagnan, pada tahun sekitar 1940 musik eksperimental lahir, tetap saja musik eksperimental ini memberi warna baru yang mungkin akan menjadi alternatif dan cukup digandrungi pada masa itu. walaupun menciptakan kontradiktif terhadap musik pada era masa itu.

Musik eksperimental tampaknya sepele tetapi musik eksperimental ini sarat akan sejarah yang menjadi alternatif, bagi setiap musisi yang ingin mencurahkan imajinasi yang tinggi dengan hanya memainkan musik dan bantuan alat musik konvensional yang cukup ‘nyetrik’ menjadi kombinasi yang cukup menggugah jika disiasati untuk setiap makna yang tersirat.

Warna baru ini sepertinya tidak boleh berhenti disini saja, karena bagi pengunjung yang telah asing akan musik eksperimental alangkah baiknya diberi hal yang tidak biasa lagi dan lagi agar bisa melebihi batas imajinasi yang tanpa disadari telah ditentukan, “ Nah untuk perhelatan selanjutnya melihat kesempatan saja, jika memang kesempatan memberi hal yang sama, oke tinggal garap. Tapi ga begitu berharap juga.” Ujar Dally.

Editor: Dimas Rachmatsyah