Berlarut Dalam Gelapnya “OCCURRED” Bersama Sheol

“Personil band Sheol asal Bandung berpose di cover single terbarunya yakni Occurred
Foto: Irgi Rechansyah Gani/KMJurnalistik.com via Sheol

Oleh: Irgi Rechansyah Gani

Hari terlalu cepat berganti, rentetan hujan terus-menerus mencurah, mengisi penuh bulan Februari. Serupa dengan akhir pekan ini, bagi saya Bandung terlalu muram untuk ditemui. Saya keluar dari pintu rumah dan menyadari, akhir pekan tak secerah apa yang dikatakan The Cardigans pada “Rise and Shine”.

Menjalani hari demi hari di Kota Bandung yang terkenal romantis makin terasa malas akhir-akhir ini, pengaruh cuaca juga gravitasi di kasur terasa sangat kuat dengan suasana langit sendu dan penuh kelabu. Bohong jika orang mengatakan kalau Bandung estetik ketika hujan, apalagi selepas hujan. Bagi saya itu hanyalah romantisasi orang yang berpasangan saja.

Saya lebih memilih berteduh di rumah mencari kehangatan dengan segelas kopi panas, diiringi beberapa tembang lagu pilihan. Sembari berselancar di media sosial dengan orang-orang yang entah kenapa begitu narsis dan terdepan dalam segala tren yang ada.

Namun, nampaknya keputusan saya untuk berteduh dan berselancar di media sosial waktu itu cukup memberikan gairah baik buat saya, sepertinya energi akan hentakan musik keras di kota Bandung tak akan pernah terbendung. Pasalnya pandemi masih terus berlangsung, namun semangat musikalitas tak ada padamnya, meskipun harus beradaptasi dengan ragam peraturan kesehatan.

Hal itu lantas membuat berbagai gigs kembali muncul, band-band lama kembali berkarya, juga band-band anyar yang tak kalah keren juga turut meramaikan khasanah musik. Menandakan bahwa eksistensi musik khususnya musik dengan genre keres di kota kembang ini tidak tumbang.

Kancah musik deathcore lokal nampaknya, kembali memunculkan penghuni baru yang namanya cukup menarik perhatian. Ya, menarik perhatian juga menjanjikan untuk membawa spirit untuk membakar semangat di arena moshpit hingga gigs-gigs mikro. Tentunya, hal itu akan terwujud jika dunia sudah pulih dari situasi menyebalkan yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini.

Penghuni baru yang dimaksud dalam skena musik di Bandung ialah Sheol, mereka mengusung aliran deathcore pada setiap lagu yang dibawakan. Sheol, grup musik yang identic dengan hentakan keras bertemakan kegelapan dengan nuansa horror ini, merupakan sebuah gambaran yang muncul dari lukisan nada yang dirangkai sedemikian rupa sehingga mencerminkan nilai jual atau ciri khas dari band itu sendiri. Dipunggawai oleh Dixie (vocal), Abdul (Gitar), Wira (Bass), dan Frizi (Drum). Sheol meluncurkan single teranyar-nya yang bertajuk “Occurred” yang tak boleh kalian lewatkan.

Band yang memiliki personil dari kalangan orang-orang yang tak asing didengar dan sudah lama berkecimpung di skena musik underground di Bandung. Seperti Dixie sang vocalis yang sudah malang melintang Bersama band “Dead With Falera”, juga Wira Bersama grup musik “Auticed”.

Materi yang disuguhkan dalam single terbaru Sheol mampu menyegarkan gairah hati untuk mulai mendegarkan lagu yang diciptakan dengan komposisi yang pas untuk diingat. Mereka baru saja menunjukkan “batang hidungnya” melalui kanal Youtube Omegawave asia, pada, 18 Februari 2022 kemarin. Sheol merilis single terbarunya bersama dengan studi rekam yang taka sing di Bandung yakni Omegawave Records. Lagu yang dimixing oleh Benson Aw ini lalu disempurkan (mastering) oleh Kai dari VERTA Collective, yang berasal dari Singapore.

Occurred, saat ini mungkin menjadi salah satu rilisan paling apik yang pernah terlintas di benak kalian, mengingat saya sendiri seorang yang tidak terlalu mengikuti band-band deathcore begitu nyaman dengan raungan dari single Sheol tersebut. Namun, yang membuat saya penasaran adalah justru suguhan dari Dixie, secara saya cukup mengikuti dan mendengarkan Dead With Falera yang secara genre mungkin berbeda dengan Sheol yang hadir dengan sikap deathcore yang tegas. Pengaruh Deathmetal, serta Modern Metal yang memiliki unsur teknikal serta groove yang menjadi ciri khas deathcore ini memadati komposisi materi mereka, sehingga terdengar semakin liar dalam kegelapan.

Nada penuh amarah, dan ketukan naik turun ala deathcore langsung menyambut pendengar pada pembukaan lagu milik kuartet cadas asal bandung ini. Teriakan ganas Dixie dan lead gitar Abdul yang menambah suasana mencekam semakin menggila. Ya, meskipun bisa dibilang terdengar hampir tak ada bedanya jika mendengarkan hanya sepintas, apalagi jarang mendengarkan musik-musik deathcore, yang dirasa hanya kepala yang ngangguk-ngangguk ikut irama secara tak sadar.

Umum memang, bisa dibilang merupakan sebuah ciri khas unit deathcore dengan tema-tema kegelapan. Occurred sebenarnya merupakan terusan dari lagu pertama dalam Garapan EP yang akan sheol buat. Terdengar sangat liar, lewat lagu ini Sheol menceritakan tentang dimana seseorang yang kehilangan kepercayaannya dalam segala aspek kehidupan. Tak berhenti di sana, cerita berlanjut pada sebuah peutualangan mencoba untuk mencari jati dirinya, akan tetapi di tengah perjalanan dia terjebak dan menemukan kerjaan kegelapan yang membuat dirinya semakin tidak bisa mengendalikan diri dan segala kepercayaanya yang menyebabkan kehilangan segala keinginannya membuatnya semakin tidak percaya akan adanya ketuhanan, dan menjadikannya dia seorang yang lahir dengan jiwa terkutuk.

Nuansa gelap setiap nada yang ada di lagu Occurred milik Sheol ini diulang berkali-kali cukup berhasil membuat saya merinding. Suasana yang mampu menghadirkan ketegangan, seakan cocok sekali didengarkan apabila saya sedang melarikan diri dari seorang psikopat haus darah yang mengikuti dari belakang dan siap untuk menikam. Anjay mengerikan sob!

Melihat keganasan Dixie di unit deathcore ini juga terasa lebih eksploratif disbanding Dixie saat masih memegang microphone di band lamanya, Dead With Falera. Secara musical banyak melakukan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum pernah saya dengar dan lihat di karya-karyanya sebelum ini, tak hnya keberingasan yang membabi buta, namun juga kesan gelap, bingung, marah, dan ketakukan ikut menerkam pendengar seperti saya yang sudah jarang dengar musik seperti ini. Menurut saya benar-benar sebuah keputusan yang tepat untuk berada di Sheol.

Sesuai dengan tempo lagunya, cerita yang diangkat cukup relevan dengan tema juga lirik yang diusung pada lagu ini. Tak hanya melukis dengan nada, Sheol juga mencoba menggambarkan lagu ini dengan cahaya, sebuah video clip dengan konsep dan nuansa horror turut memberikan kesan dan pesan dari tema yang dibawakannya semakin memperjelas makna yang ingin disampaikan band unit deathcore asal Bandung ini.

Penggarapan video klipnya mun tak main-main, Sheol menggaet Sheila Priscilla sebagai sutradara Bersama dengan rumah produksi Omegawave Outturn yang mana merupakan bagian dari Omegawave Records dalam bidang visual. Produksi videoclip ini juga dibantu oleh Lucky Greeber sebagai Directors of Photography, Valeryan Almers sebagai Camera Assistant, Wira Achmady sebagai Editor & Colorist, Bagus Arief pada Lighting Installation, juga Raisha Katresna sebagai Makeup Artist. Talent dalam video klip ini menampilkan Nina F.J., Adlan Fauzan, Aria Chairunnisa, Arya Fahlevi, Bintang Pratama, Hafizh Alqorni, Luthfy Mujadid, Sinatria Putra, Risnaldi Fadhillah, dan Risyad Aufa.

Sheol dengan rilisan lagu anyarnya bagi saya hampir tak memiliki kekurangan, sebuah single deathcore yang mampu menyatukan kekejaman dan potret kehanpaan, dikemas dengan brutal dan tampa ampun apalagi dengan adanya video klip yang edan. Salute!

Editor: Dimas Rachmatsyah