Peringati Hari HAM, Suar Nusantara Gelar Diskusi Bertajuk Hak Seni Juang
“Para pemateri diskusi di acara screening dan diskusi “Hak Seni Juang” yang diselenggarakan oleh Suar Nusantara di Kintsugi Coffe, Jalan Abadi Jaya No.38, Bandung, Sabtu (11/12).” Foto: Hasbi Asdiqi/KMJurnalistik.com
Oleh: Hasbi Asdiqi
Memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, Suar Nusantara bersama Kintsugi menyelenggarakan acara diskusi dan screening bertajuk “Hak Seni Juang” yang digelar di Kintsugi Coffe, Jalan Abadi Jaya No.38, Bandung, Sabtu (11/12). Suar Nusantara merupakan media alternatif yang menggunakan seni sebagai media untuk menggambarkan isu politik, sosial, budaya dan Hak Asasi Manusia. Meski menjadi media alternatif, Suar Nusantara juga dalam hal ini terus berupaya untuk menyuarakan hak-hak hidup manusia melalui diskusi-diskusi tentang isu tersebut.
“Hak Seni Juang” yang menjadi tajuk dari diskusi serta screening yang diadakan oleh Suar Nusantara, merupakan sebuah makna gerakan perjuangan bagi para warga sipil, Suar ingin mengajak masyarakat agar bisa memberikan makna, advokasi, juga sebuah ekspresi, terhadap hari peringatan hari HAM di Indonesia, seni menjadi media refleksi untuk memaknai perjuangan dan merebut lagi hak-hak akan HAM yang sering terabaikan.
Seni menjadi jawaban dalam menyuarakan perjuangan HAM, bentuknya yang fleksibel dapat diterapkan bahkan dalam lorong-lorong perjuangan gerakan HAM. Berbagai rangkaian acara tersaji mulai dari penampilan musik dari Heyma dan Muscas dengan membawakan lagu “Bunga dan Tembok” dari Fajar Merah, dan Lagu “Bento” dari Iwan Fals. Selain itu, adapula penampilan puisi dari Adindadhitra serta Om Joni.
Dalam acara ini, seniman yakni Azzahra Zhafira unjuk kebolehan live painting yang menggambarkan bagaimana masih terjadinya kasus pelanggaran HAM di Indonesia. “Menggambarkan hitam dan putih lebih melambangkan warna warna yang tidak hidup ini mewakilkan kejadian perombakan di Cirebon yang sangat menyedihkan. ketika kita membicarakan Hak Asasi Manusia kita tidak bisa membicarakan korban korban saja seperti, Marsinah, karena saat ini masih terjadi kasus-kasus HAM.” Ujar Azzahra saat ditemui KMJurnalistik.com di Kinstugi Coffe.
Tak hanya penampilan musik serta live painting saja yang ditunggu oleh para pengunjung, screening film Marsinah Arloji Sejati, Film tersebut menjadi refleksi tersendiri bagi pengunjung yang hadir. Dalam film tersebut penonton diajak untuk bisa merasakan bagaimana Marsinah diperlakukan dengan keji oleh para pelaku yang telah membunuh dirinya.
Masyarakat yang melihat screening film tersebut juga dapat merasakan bagaimana HAM ini tidak bisa diterapkan dengan baik karena terbukti dengan terbunuhnya Marsinah HAM belumlah dipandang baik oleh semua pihak.
Parayogi, perwakilan Suar Nusantara mengatakan bahwa dengan menyajikan screening film Marsinah, masyarakat dapat merawat ingatan terhadap perjuangan buruh di hari HAM ini.
“Dalam rangka merawat ingatan terkait hari buruh dengan sosok Marsinah, agar terus peduli terkait masalah-masalah terkait buruh yang masih terjadi sampai saat ini. Mengingat perjuangan Marsinah yang dibungkam pendapatnya juga hak-hak akan hidupnya, dirampas keperawanannya, dan ditumpas nyawanya secara tragis” Ujar Parayogi.
Diskusi Film yang diselenggarakan oleh Suar Nusantara ini mengundang empat narasumber kompeten yakni Lasma Natalia dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Lucy dari Fakultas Hukum, Amarhel sebagai Aktris di dalam film Marsinah, Parayogi selaku akademistis dari Suar Nusantara. Dalam konteks hukum HAM ini diatur oleh hak-hak dasar sebagai manusia, HAM ini juga merupakan sebuah hak sebagai warga sipil. Lasma menuturkan bahwa HAM sudah selayaknya menjadi tanggung jawab dari Negara.
“Konstitusi itu adalah hukum paling dasar kita, bahwa HAM ini sudah merupakan sebuah tanggung jawab Negara, sekelompok orang yg bertanggung jawab sebagai pemerintah. Menjawab mengapa kasus-kasus HAM masih bisa terjadi karena yang mengambil keputusan itu orang-orang yang ingin mengambil kekuasaan di pemerintahan dan berpengaruh di dalam pemerintah” Ujar Lasma.
Lasma menambahkan bagaimana keberlangsungan Hak Asasi Manusia yang terjadi disekitar kita “Hak akan EKOSOB (Ekonomi, Sosial, dan Budaya) meliputi hak atas pendidikan, hak atas perumahan, hak atas standar hidup yang layak, hak kesehatan, hak atas lingkungan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya.
Ambil contoh yang baru baru ini, Ketika vaksin juga kesehatan harusnya bisa diatur oleh negara tetapi nyatanya tidak. Hak akan kehidupan layak terhadap warga sipil teracuhkan. Demokratisasi hanya dilihat dari angka tidak menjadi hal nyata, tidak ada transparansi informasi kepada masyarakat dari pemerintah” Pungkas Lasma.
Seniman pantomim, Wanggi Hoed yang turut hadir dan menampilkan kepiawaiannya dalam berpantomim dihadapan khalayak umum menjadi special performance yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Wanggi Hoed menampilkan sebuah pertunjukan yang mengandalkan gerak tubuh dalam menyampaikan ekspresi pemain serta cerita.yang memiliki arti di setiap insan itu sendiri.
Karena seni pantomim itu sendiri mengajak setiap pengunjung untuk mengeksplorasi imajinasinya dalam memahami sebuah pertunjukan pantomim. Karena pantomim sebuah seni teater yang mengandalkan gesture tubuh, mimik wajah dan setiap emosi yang ditumpahkan dalam suatu penampilan dari aktor atau aktris tertentu.
Dalam penampilannya, Wanggi Hoed memperagakan gerakan yang begitu satire, ekspresif, juga sentimental. Setiap gerakan yang ia tampilkan melambangkan segala isu terkait HAM dengan barang-barang yang ia bawa, Wanggihoed mewakilkan segala isi perasaan akan peringatan gerakan perjuangan HAM.
Acara yang berlangsung berjudul “Hak Seni Juang” ini mampu memberikan ruang yang layak untuk di perjuangkan dalam setiap gerakan karena setiap manusia perlu memperjuangkan setiap hak yang telah terabaikan karena itu sudah menjadi hak akan setiap manusia. Keterlibatan akan setiap generasi dibutuhkan untuk menciptakan gerakan dan melawan sistem yang sangat timpang bagi setiap kalangan masyarakat, advokasi yang dibutuhkan bagi setiap juang pergerakan yang akan dihelat bagi setiap permasalahan yang merugikan setiap kalangan masyarakat.
Editor: Dimas Rachmatsyah