Rencana Dirikan Program Studi, Tiga Bidang Kajian di Fikom Unisba Dilebur

“Suasana Gedung Dekanat Unisba yang terletak di Jalan Tamansari No. 24-26 Bandung pada hari Sabtu, (6/11).”  Foto: Rifa Khairunnisa/KMJurnalistik.com

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung berencana untuk meleburkan bidang kajian yang ada. Hal ini terjadi atas kebijakan berdasarkan Statuta (Undang-Undang Dasar Universitas) yang berdasar dari Dikti (Lembaga Pendidikan Tinggi). Menurut peraturan tersebut status bidang kajian yang ada di Fikom akan berganti menjadi Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, karena dalam rekomendasi yang disampaikan oleh Dikti pada saat visitasi di tahun 2018 penyebutan nama bidang kajian saat ini dianggap sudah tidak relevan.

Fikom Unisba sendiri memiliki tiga Bidang Kajian yaitu Jurnalistik dan Media Digital, Manajemen Komunikasi, serta Public Relation. Ketiga bidang kajian tersebut rencananya akan dilebur pada bulan Januari 2022.

Septiawan Santana, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi menuturkan bahwa menurut pemerintah saat ini bidang kajian sudah tidak diperbolehkan.

“Jadi menurut peraturan pemerintah yang mengurus pendidikan itu sudah tidak ada lagi yang namanya bidang kajian, yang ada dan berlaku adalah program studi dan itu tertera di peraturan Dikti yang baru.” Ujar Pak Septi saat diwawancarai oleh KMJurnalistik.

Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Pendirian, Perubahaan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta. Hal tersebut tertuang dalam BAB II Pendirian Perguruan Tinggi, Pasal 3 ayat (3) yang berisikan:

“Universitas menyelenggarakan jenis pendidikan akademik, dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, dan/atau profesi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdiri atas paling sedikit 5 (lima) Program Studi pada program sarjana yang mewakili 3 (tiga) Program Studi dari rumpun ilmu alam, rumpun ilmu formal, dan/atau rumpun ilmu terapan yang meliputi pertanian, arsitektur dan perencanaan, teknik, kehutanan dan lingkungan, kesehatan, dan transportasi, serta 2 (dua) Program Studi dari rumpun ilmu agama, rumpun ilmu humaniora, rumpun ilmu sosial, dan/atau rumpun ilmu terapan yang meliputi bisnis, pendidikan, keluarga dan konsumen, olahraga, jurnalistik, media massa dan komunikasi, hukum, perpustakaan dan permuseuman, militer, administrasi publik, dan pekerja sosial.”

Maka dari itu, Septiawan menjelaskan, bahwa dengan ditiadakannya ketiga bidang kajian maka akan muncul program studi untuk menggantikannya. Program Studi yang akan direncanakan selain Prodi Fikom yakni Prodi Jurnalistik dan Media Digital, Prodi Manajemen Komunikasi dan Prodi Public Relation.

Seluruh bidang kajian yang berada di Fikom saat ini, sedang mempersiapkan persyaratan-persyaratan untuk dijadikannya Program Studi baru. Seperti yang dikatakan oleh Yenni Yuniati sebagai ketua bidang kajian Jurnalistik bahwa bidang kajian Jurnalistik sendiri sudah siap bahkan sudah berjalan untuk mempersiapkannya.            

“Teruntuk Jurnalistik yang ingin menjadi prodi baru sudah mempunyai timnya untuk menguruskan dan mengajukan prodi baru. Bahkan sudah diawali dengan tahun ini pada bulan Februari, teruntuk jurnalistik namanya menjadi Jurnalistik dan Media Digital.” Tuturnya saat diwawancarai KMJurnalistik.com, pada Sabtu (16/10), melalui aplikasi pesan Whatsapp.

Pembentukan prodi baru itu akan segera dilaksanakan setelah terpilihnya Dekan Fikom baru yang akan mulai dipilih pada tahun depan.

Rencana Pembekuan Himpunan Mahasiswa Bidang Kajian

Ferry Darmawan, Wakil Dekan 3, mengutarakan bahwa himpunan yang ada di Fikom Unisba masih bisa menjalankan masa kerjanya selama satu periode kedepan.   

“Untuk himpunan sendiri itu masih tetap berjalan sampai satu periode kedepan tahun anggaran, karena kan uangnya sudah diturunkan jadi semua program harus dijalankan sesuai dengan anggaran yang diturunkan nah nanti itu harus dilaporkan. Untuk proker yang dijalankan sekarang juga mohon lebih mengarah kepada kegiatan Belmawa agar bermanfaat dari sisi penilaian akreditasi.” Pungkas Ferry saat di wawancarai KMJurnalistik.com, Rabu (27/10).

Dengan dilakukannya peleburan bidang kajian Fikom Unisba akan berakibat pula pada penghapusan Himpunan Mahasiswa yang ada di Fikom Unisba. Hal tersebut karena pada dasarnya himpunan-himpunan yang ada di Fikom Unisba berpayung hukum dan menjalankan jalur koordinasi pada bidang kajian. Bila bidang kajian dilebur tentu himpunan pun akan dibekukan.

Ferry menambahkan, walaupun bidang kajian hilang, himpunan tetap bisa berjalan satu periode kedepan karena nantinya akan dibentuk satuan tugas integrasi (satgas peralihan) saat masa transformasi menuju prodi Ilkom. Maka dari itu, satgas peralihan ini akan menjadi pengganti bidang kajian sebagai jalur koordinasi selama himpunan menjalankan program kerja satu periode kedepan selain itu himpunan ditataran Fikom bisa juga berkoordinasi dengan pihak kemahasiswaan.

Satgas peralihan yang akan dibentuk, nantinya bertugas untuk mengurus segala kebutuhan akademik Fikom seperti pelaksanaan seminar ataupun skripsi bagi beberapa angkatan yang sedang menjalani masa perkuliahan dengan penjurusan di tiga bidang kajian yang telah ada. 

Menurut Ferry, nantinya setelah himpunan dilingkup Fikom seperti KMJ (Keluarga Mahasiswa Jurnalistik), KMMK (Keluarga Mahasiswa Manajemen Komunikasi), dan HIMA PR (Himpunan Mahasiswa Public Relations) menyelesaikan masa jabatan. Akan muncul sebuah himpunan baru yang menaungi mahasiswa prodi Fikom dengan rencana nama yakni Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Hima Ilkom) Unisba.

Menanggapi hal tersebut, Haikal Aziz Qhorni sebagai ketua KMMK (Keluarga Mahasiswa Manajemen Komunikasi) periode 2021-2022 berpendapat bahwa diadakannya Hima Ilkom bukanlah sebuah solusi. “Dibangunnya Hima Ilkom ini bukan sebuah solusi sih, karena dari fakultasnya sendiri untuk membuat yang namanya Hima Ilkom itu dadakan bukan tanpa dasar hukum yang sebelum-sebelumnya udah disiapin, tapi hanya sebagai cadangan agar organisasi yang ada di lingkup fakultas ini tetap berjalan. Untuk Hima Ilkom ini, bingung nantinya anggotanya sendiri apakah dari bidang kajian atau peleburan dari BEM atau DAM.” Ujar Haikal saat diwawancarai pada Sabtu (6/11).

Menurut Haikal, bahwa bila dilihat dari segi akademis ia setuju dengan adanya peleburan bidang kajian karena bisa meningkatkan akreditasi Fikom Unisba  yang dari A menjadi unggul. Tapi ia sangat menyayangkan untuk jangka waktunya sendiri dirasa tidak tepat, “Kenapa harus direalisasikan ditengah semester, tidak menunggu semester genap selesai terlebih dahulu baru pergantian prodi itu dilaksanakan.” Tambahnya.

Sama halnya dengan Haikal, ketua BEM Fikom Unisba yakni Febri Nur Faturohman mengatakan bila terkait peleburan bidang kajian yang dinilai sangat mendadak memberi kesan bahwa fakultas belum siap akan hal tersebut. “Dengan serba mendadak seperti ini seolah-olah fakultas belum siap akan adanya program studi di fakultas ilmu komunikasi. Karena saya rasa kalo fakultas siap segalanya tidak akan dinilai sangat mendadak. Kalo belum siap kenapa harus dipaksakan?” Ujar Febri saat di wawancarai pada Minggu (7/11) melalui pesan Whatsapp.

Meski begitu, Febri berpendapat bahwa dengan adanya peleburan bidang kajian atau transformasi menjadi prodi adalah suatu hal yang bisa memajukan Fikom dan mahasiswa Fikom sendiri nantinya karena selama ini, yang ia rasakan bahwa mahasiswa Fikom Unisba lebih banyak mata kuliah umum, daripada mata kuliah bidang kajiannya.

“Hari ini pun saya rasa kita belum tau fokusnya kemana, karena saya pribadi masuk bidang kajian Jurnalistik cuma beda 2 mata kuliahnya saja. Berbeda nantinya ketika kita dari awal masuk prodi Jurnalistik kita sudah pasti tau fokusnya kemana, karena dari awal masuk kuliah kita di asah tentang jurnalistik nya. Kalo sekarang kan kita lebih banyak nya general dan tidak spesifik.”

Terkait rencana akan dibentuk Hima Ilkom nantinya, Febri sebagai ketua BEM Fikom Unisba merasa tidak setuju dan ia pribadi akan menolak adanya Hima Ilkom bila memang prodinya hanya baru Ilkom saja.

“Mungkin saya pribadi menolak adanya Hima Ilkom, kalo pun nanti ada Hima Ilkom terus ada BEM Fikom juga ini seolah-olah adanya “Dualisme”. Artinya kita BEM Fikom mengurusi kawan kawan Ilkom, berikut pun Hima Ilkom mengurusi kawan kawan Ilkom juga. Dan nantinya pun dalam kegiatan ataupun aktivitas pasti akan berbenturan. Saya rasa dengan adanya bem fikom sudah cukup dan tidak harus ada Hima Ilkom kalo berdiri prodinya baru satu yaitu Prodi Ilkom.” Tutur Febri.

Teks Oleh: Rifa Khairunnisa & Hasbi Asdiqi

Editor: Helmy Adam