Mengakrabi Tarian Bulan “Black Musk” ala LUNEDANCE

Foto: “Personil band LUNADANCE Mikail Zeiyan (vokalis), Zahrina Ayu (gitaris), dan Rakha Hendriana (keyboardist)/Istimewa“

Oleh: Irgi Rechansyah Gani

Apa-apa yang terbesit di hati takkan mungkin hinggap begitu saja. Ada peran lain yang ikut terlibat dalam prosesnya, salah satunya mata yang berperan menghantarkan hal-hal yang sampai ke hati. Maka, tak salah ada istilah “dari mata turun ke hati”, ya karena memang begitulah yang terjadi. Kita mungkin saja melihat seseorang menarik, hanya berawal dari apa yang kita tatap secara fisik, hal yang tak ada salahnya dan bisa dibilang hal wajar.

Pengalaman-pengalaman tersebut memang sebuah fenomena umum yang kerap mengawali sebuah hubungan. Dan berbicara mengenai sebuah kisah hubungan juga perjalanan yang mengringinya, tentu banyak ragam cara yang bisa dilakukan untuk mengisahkannya. Juga jangan lupakan bahwa ragam cara tersebut pastinya membawa sentuhan-sentuhan personal dari sang empunya cerita.

Merupakan sebuah kabar baru datang dari tiga remaja asal Bandung yang mengklaim diri mereka sebagai unit band RnB Kontemporer ini mengangkat kisah-kisah tersebut ke dalam single terbaru mereka bertajuk “Black Musk” pada 17 September 2021 lalu. Terdengar baru, meski sebenarnya tidak baru-baru amat, mengingat band tersebut sudah mengeluarkan anak pertamanya pada September 2019 silam.

Kembali bercerita, dengan beberapa sentuhan elemen akustik pada istrumen-instrumen yang mereka gunakan seperti gitar dan piano, secara garis besar “Black Musk” menceritakan tentang hubungan khusus yang didasari oleh ketertarikan fisik tanpa sedikit pun mengedepankan romantisme. Sebuah cerita dengan musik yang cukup mewah berhasil dipublikasikan oleh unit RnB/Pop kota kembang, yaitu LUNEDANCE yang digawangi oleh Mikail Zeiyan sebagai vokalis, Zahrina Ayu di gitar, dan Rakha Hendriana pada keyboard.

Banyak cara untuk bisa akrab dengan nomor dua dari LUNEDANCE. Udara dingin Bandung dengan suasana mendung di musim penghujan, padatnya kendaraan di jalanan saat waktu pulang kantor, barangkali alunan musik dengan tempo slowbeat adalah sebuah mandatory bagiku yang harus didengarkan kala menemani berkendara menuju rumah. Bersanding dengan lagu-lagu milik Jungle, Tom Misch, FKJ, Masego, Honne, Lany, Coldiac, Thomas Headon, Chilldish Gambino, Svmmerdose dan semacamnya, Black Musk-nya LUNEDANCE masuk ke dalam daftar putarku.

Dari deretan nama-nama band atau musisi yang baru saja merilis lagu terbarunya menuju penghujung bulan di tahun ini, nampaknya LUNEDANCE dengan “Black Musk”nya juga menjadi salahsatu yang patut diperhitungkan dari deretan tersebut.

Black Musk”menjadi sebuah lanjutan dari diskografi trio Pop asal kota kembang ini setelah sebelumnya mereka menghadirkan materi berjudul “Come Over” di bulan yang sama pada tahun 2019. Rasanya tak banyak yang berbeda sejak single pertama “Come Over”. Secara music, tempo, dan aransemen. Namun secara audio menurut pendengaran awam saya, lagu “Black Mask” lebih baik, ada peningkatan daripada lagu sebelumnya. Juga, sekaligus sebagai penanda akan kembalinya unit pop ini setelah cukup lama tidak ada kabar pun juga karya yang keluar.

Sangat mudah memang untuk berkenalan dengan lagu terbaru dari LUNEDANCE ini. Dengan Verse yang cukup padat, juga lirik dengan bahasa inggris sederhana yang saya rasa cukup mudah dipahami siapapun. Dalam durasi yang cukup singkat, LUNEDANCE membawa sebuah tembang perpaduan antara RnB, Jazz, dan Pop dengan nuansa megah yang mengarungi karakter vocal dari Mikael Zeiyan dengan khas serak basahnya. Sayup dentingan piano yang terdengar magisnya di beberapa bagian juga menjadi satu yang patut digarisbawahi kali ini. Sedikit banyaknya menjadi bumbu yang mewarnai lagu tersebut. Andai tanpa piano, mungkin “Black Musk” kurang berwarna.

Yang terlintas di kepala saat pertama kali mendengarkan lagu ini tanpa tahu mengenai band dan judulnya sepintas sempat mengira bahwa “Black Musk” merupakan lagu milik Coldiac. Secara tempo, warna dan patternpattern nya sangat familiar dengan lagu-lagu Coldiac. Namun, setelah didengarkan berulang-ulang nampaknya terdapat perbedaan, meski menurutku sangat tipis. Secara musik, “Black Musk” sangat easy listening meski liriknya mungkin kurang begitu sing-a-long­-able. Tetapi jika disandingkan dengan daftar top chart di platform-platform musik digital saat ini, musik seperti itu sangat mudah diingat oleh semua kalangan.

Band yang dibentuk pada tahun 2017 silam, berangkat dari keberagaman genre musik yang diminati masing-masing personilnya, diantaranya RnB, Hiphop dan Jazz, sehingga mereka memilih RnB atau Pop sebagai genre utamanya. Maka tak heran, mereka menyebut bahwa musik-musik yang mereka lahirkan sedikit banyak terinspirasi dari nama-nama besar seperti Jorja Smith, Jamiroquai, H.E.R., dan Mac Ayres. Hal itu menurutku menjadi warna baru bagi musik-musik indie Bandung, disaat yang lain berlomba-lomba membuat musik dengan aliran kerasnya, LUNEDANCE tampil dengan musik RnB/Pop yang jarang hadir atau mungkin jarang terlihat dari musisi-musisi indie di kota kembang itu.

Dengan nama LUNEDANCE yang memiliki arti sebagai bulan dan tarian berhasil membuat kepala pendengar menari-nari, sejak single pertamanya yang berjudul ‘Come Over muncul pada September 2021.     Sebuah perkawinan genre music RnB, Hiphop, Jazz, dan Pop dari masing-masing minat personel menghasilkan sebuah lagu yang cukup keren.

Dalam rentetan dapur produksi, lagu “Black Musk” melibatkan beberapa nama dalam menggarap artwork (karya seni) dalam lagu tersebut, diantaranya Fakhri Murfid (Produser), Mikail Zeiyan (Penulis Lirik), Rakha Hendriana (Keyboard), Zahrina Ayu (Guitar), Syahresya Makryatarta (Mix & Master), Azka Ali (Master) juga Naboya Pasha. Sejak 17 September 2021 lalu, “Black Musk” sudah bisa didengarkan di berbagai platform  digital seperti Spotify, Youtube music, Deezer, iTunes, juga Apple Music.

Editor: Dimas Rachmatsyah