Peringatan Tragedi HAM, Aksi Kamisan Bandung Gelar Acara September Hitam
“Massa aksi berkumpul dan menyalakan lilin ditengah Taman Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kamis (2/9). Lilin yang dinyalakan oleh massa aksi dalam rangka penghormatan kepada para korban pelanggaran HAM”. Foto: Rifa Khairunnisa
Puluhan massa Aksi Kamisan Bandung serta Solidaritas Bandung berkumpul di Taman Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Bandung, Kamis (2/9). Aksi yang bertepatan dengan aksi kamisan ke-360 ini juga, diperingati sebagai rangkaian acara September Hitam.
Aksi kamisan yang digelar hari ini bertujuan untuk menolak lupa rentetan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu dilambangkan sebagai bentuk duka cita kepada korban yang hingga saat ini belum ditemukan dan mengalami penghilangan paksa.
Fayadh salah satu penggiat Aksi Kamisan Bandung, mengungkapkan bahwa acara September Hitam ini diusahakan untuk terus dilaksanakan setiap tahunnya untuk membahas terkait penuntasan-penuntasan pelanggaran HAM di setiap tragedi agar menemukan titik temu.
“Dengan keadaan yang semakin parah, dimana pada tahun 2020 silam, ditemukan adanya kejadian pelanggaraan HAM di Papua yang dilakukan oleh tentara Indonesia sendiri kepada mereka (warga papua). Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia akan terus terjadi.” Ujar Fayadh saat diwawancarai ditempat aksi.
Fayadh menambahkan, bahwa hak asasi manusia haruslah terus digaungkan sehingga semangat yang telah diperjuangkan tidak menjadi sebuah hal yang sia-sia.
“Di negara kita ini memang benar adanya pelanggaran HAM belum pernah terselesaikan. Meskipun saat ini kita dihadapi dengan zaman yang sulit dibaca, kita harus tetap semangat dan tetap memperjuangkan warisan-warisan pelanggaran HAM dimasa lalu.” Pungkas Fayadh.
Wanggi Hoed, salah satu seniman pantomin yang juga aktivis, beranggapan bahwa September Hitam yang diselenggarakan oleh Aksi Kamisan Bandung setiap tahunnya. Adalah sebagai bentuk gerakan sosial dari para anak muda Bandung yang memiliki semangat perjuangan yang harus didukung demi merawat ingatan atas tragedi yang telah terjadi dengan diadakannya ruang kamisan seperti ini.
Sementara itu, Savanna seorang peserta aksi sangat menyayangkan atas kasus-kasus yang terjadi pada bulan September, terlebih kepada kasus Munir yang bisa dibilang belum terselesaikan hingga saat ini.
“Stop untuk terlalu berpihak pada oligarki atau pemerintah karena saat ini kita hanya bisa saling mengandalkan sesama rakyat”. Ujar Savanna.
Acara yang berakhir pada malam hari ini, menyuguhkan beberapa rangkaian acara yakni musik,refleksi, musikalisasi puisi,teatrikan, dan menyalakan lilin untuk para korban tragedi HAM. Rangkaian acara ini rencananya akan dilakukan selama satu bulan penuh ini, akan menyuguhkan berbagai macam acara hingga akhir bulan.
Teks oleh: Rifa Khairunnisa
Editor: Dimas Rachmatsyah