Mengulas Kembali ‘Centralismo’ yang Menghanyutkan, Meski Tanpa Kopi dan Senja

Foto: “Album Sore berjudul “Centralismo” / indonesiaiscreative.wordpress.com

Oleh: Hasbi Asdiqi
(Penulis adalah mahasiswa Jurnalistik 2019)

Perkembangan musik indie masa kini menjadi arus utama untuk musik yang banyak digandrungi masyarakat terutama para remaja. Karena dengan kreativitas dan kemampuan yang tidak perlu diragukan lagi dari musisi indie. Beberapa musisi indie memiliki nama besar karena komunitas mereka yang loyal seperti Nadin Amizah, Sal Priadi dan Petra Sihombing bahkan musisi perlu memiliki wilayah sendiri hingga mendirikan label sendiri. Contohnya seperti Hindia mendirikan label dengan nama Sun Eater dan Pamungkas dengan Maspam Record.

Musik yang dipersembahkan oleh Sore termasuk pioneer bagi musik indie berdomisili Jakarta, karena pada tahun 2000an Bandung menjadi tempat yang banyak melahirkan band indie seperti Pure Saturday dan Mocca di tahun 90an. Dengan begitu musik yang ditinggalkan Sore telah memberi warna pada musisi indie masa kini, sebut saja seperti Polka Wars, Payung Teduh, Bilal Indrajaya hingga Sal Priadi.

Lazim rasanya menyebut anak indie karena mereka cukup menggandrungi musik indie, tetapi apakah akan nyaris sempurna jika musik indie disandingkan dengan kopi dan senja? Dari pembawaan musik memang itu bisa disandingkan, tetapi lebih tepatnya adalah bahwa genre folk biasanya tema itu tidak jauh dari kopi dan senja. Mungkin pada sore hari atau bisa disebut waktu senja itu waktu dimana paling nikmat untuk menikmati waktu luang. Tetapi tidak selalu harus dengan kopi lalu musik indie, mungkin perkembagan awal nya terjadi pada tahun 2010-an ketika Payung Teduh, Fourtwenty, Adhitya Sofyan, Dialog Dini Hari bahkan Dialog Senja meramaikan dunia musik indie.

Dari peradaban itu kini indie tidak hanya sebuah genre musik, melainkan bisa dijadikan sebuah label gaya hidup untuk mereka yang merasa “indie banget”. Beberapa penikmat musik indie merasa hampa jika di sore hari menyeruput kopi tanpa adanya musik dari Fourtwenty. Memang benar adanya musik indie itu easy listening, relaks, dan menenangkan. Hingga ada yang namanya rukun wajib indie yang terdiri dari penggemar musik indie wajib menyukai senja dan kopi, rasanya itu pernyataan yang terlalu cepat dan terlampau guyon untuk disepakati. Tidak perlu seniat itu untuk menikmati musik indie apalagi jika ingin siraman musik menghanyutkan dalam sebuah ruangan tanpa harus adanya kopi dan senja.

Indie sendiri memiliki arti secara harfiah adalah Musik Independen, musik yang diproduksi dan didistribusikan secara mandiri oleh artis musik atau melalui label rekaman independen, suatu proses yang dapat mencakup pendekatan otonom untuk merekam dan menerbitkannya secara mandiri. Dengan begitu Indie memiliki keberagaman genre untuk solois maupun grup band, Sore menurutku band yang masih orisinil sebelum tercemarnya nama indie itu sendiri dan lahir pada tahun 2004 rilis album debut 2005 yaitu Centralismo. Deretan lagu dari Sore tidak mudah dijumpai di pelbagai tempat, walupun perkembangan zaman memudahkan akses untuk mendapatkan lagu-lagu dari Sore.

Sore berdiri pada tahun 2005 dengan Ade Firza (gitar, vokal), Awan Garnida (bass, vokal), Reza Dwiputranto (gitar, vokal), Bemby Gusti (drum, perkusi, vokal), Mondo Gascaro (piano, gitar, vokal). Sore berdiri atas tiga sahabat sejak SD yang kental akan chemistry, maka tak heran jika Sore terasa hidup di dunianya sendiri dan musik yang mereka persembahkan seakan-akan sebuah ajakan untuk jelajah serta terhanyut di dunia itu.

Lahir di era digital yang tidak mengharuskan penggemar musik mendengarkan satu album penuh, dengan begitu mungkin hanya beberapa lagu dari Sore bisa nyangkut di telinga para penggemar musik. Bagiku yang lahir di era digital hanya beberapa album yang memang aku sukai dengan kebebasan digital yang memudahkan akses. Album Centralismo termasuk album terbaik bagiku, dari Album Centralismo menghadirkan musik yang seimbang, rumit, indah juga menghanyutkan dari lagu awal hingga akhir, nuansa yang dibangun pun sangat menjanjikan untuk bertengger dan terhanyut di waktu luang.

Centralismo adalah album debut bagi Sore, Lahir di Pandulum Studio yang kini lebih dikenal dengan nama Aksara Records. Pandulum Studio memberi kebebasan untuk menuangkan repertoire (visi dari Sore), agar bisa diterima masyarakat luas ketika Sore terjun di kancah permusikan Jakarta di sela-sela band domisili Jakarta sedang naik daun. Dengan nuansa yang dihadirkan Sore dari album debut tersebut berbuah hasil manis, yaitu meraih predikat Five Asian Album Worth Buying oleh Time Magazine dan menduduki peringkat 40 dari 150 Album Indonesia Terbaik terbitan Rolling Stone Indonesia edisi #32 bulan Desember 2007.

Deretan lagu dari album Centralismo terdiri dari 12 lagu, yaitu Bebas dengan euforia yang mewakilkan kebebasan dengan segala muslihat dan juga kehinaan diri sendiri, lalu ada No Fruit For Today dengan lagu terlaris album Centralismo di layanan streaming Spotify,  lagu unggulan bagiku ada di deratan lagu keenam yaitu Keangkuhanku, sangat unik terlebih dari lirik menggambarkan bahwa sebuah doa bisa dipadukan dengan komposisi musik yang sederhana, menarik dengan pembawaan band indie, agaknya nyeleneh lagu She’s So Beautiful berkolaborasi dengan band Punk Rock The Miskins karena dari genre saja sudah tidak sesuai untuk sebuah kolaborasi lagu yang akan dihadirkan di album Centralismo, dan lagu yang cocok untuk perenungan ada di deretan ke 12 yaitu Aku, menyelami diri untuk mencari arti kehidupan yang tidak luput dengan kesalahan dan penuh kegelapan, alunan piano sangat mewakilkan dan musik yang begitu seimbang. Tetapi apa daya, biarlah itu hanya menjadi misteri yang tak terjawab karena sejatinya itu bisa sebuah pembangkit dari album yang seimbang. Baiknya sih dengarkan satu album ini, karena sangat di rekomendasikan untuk para penggemar musik indie dengan nuansa yang bisa dirasakan ketika berjelajah dari dunia yang telah Sore ciptakan dan terhanyut di sebuah ruangan tanpa perlu kopi dan senja hahaha. Jikapun saat bangun pagi pun butuh musik yang menggairahkan bisa dengarkan No Fruit For Today.

Selang 3 tahun dari album Centralismo (2005) dan Ports of Lima (2008) adalah album yang paling ciamik dari Sore. Kedua album tersebut ketika Mondo Gascaro masih menjadi personil Sore, keharmonisan diantara personil Sore tidak tampak mulus seperti lagu-lagu yang mereka persembahkan, sejatinya setiap personil Sore sama-sama keras kepala. Ada suatu kejadian memperlihatkan bagaimana keras kepala nya setiap kepala yang ada di Sore, pada saat rekaman Mondo Gascaro sempat gemes pada saat dulu sedang gemes-gemes nya, Mondo meminta revisi beberapa lirik di lagu Karolina namun Ade Firza enggan mengikuti saran dari Mondo, alhasil Mondo menunggu semua orang pulang dan di overdum lirik yang ingin diganti Mondo. Sesi Mondo Gascaro bercerita di interview Soleh Solihun youtube, kiranya bikin geleng kepala ketika tahu proses dari lagu Karolina yang terlaris di layanan streaming.

Zaman Centralismo dan Ports of Lima, lagu-lagunya terlihat banyak menguras tenaga, karena dari setiap bagian lagu begitu dipikirkan dengan matang. Peran Mondo sangat besar disana, karena dia bisa membawa pulang ide mentah dari Ade, dikerjakan sampai tiga hari hingga pada saat di studio dipresentasikan pada personil Sore. Kelakuan persahabatan mereka tetap seperti bocah, Mondo sering kebagian jadi anak bawang, selalu di pelonco oleh Ade dan Awan.

Hingga akhirnya Mondo Gascaro memutuskan untuk keluar dari Sore, Mondo Gascaro memutuskan pamitan pada saat Radioshow. Tepat sebelum Sore tampil pada siang hari di studio latihan Mondo mengatakan “ Malam ini manggung terakhir gua ya” reaksi dari personil Sore kaget tetapi hanya Ade yang lebih mengerti keputusan Mondo Gascaro, cerita Mondo di Soleh Solihun Interview. Dengan begitu Radioshow menjadi perform terakhir bagi Mondo Gascaro sebagai personil Sore. Setelah itu huru-hara terjadi di Sore dan sempat memutuskan untuk vacum dengan Ade Firza Paloh sempat memutuskan keluar juga tetapi kembali sebelum album Sorealist rilis.

Sore kembali pada April 2013, dengan Album Sorealist hanya ada tiga lagu baru dari album tersebut, tiga dari album Ports of Lima, tiga dari Centralismo dan empat soundtrack film.  Diantaranya ada Musim Ujan termasuk lagu lama yang digarap ulang, Ade tau bagaimana Mondo ingin menuntaskan lagu itu tetapi tidak kesampaian, Sssst… dijelaskan Sore tidak ingin orang lain mengikuti permasalahan yang ada di Sore, dan Bantal Keras menggambarkan perasaan bersalah Ade karena memperlakukan Mondo seperti anak bawang. Lagu terbaru dari Sore tersebut benar-benar beda dan teramat sederhana untuk yang mengenal Centralismo, tidak ada teknik yang rumit namun indah dan tak ada lagi Mondo. Album Sorealist tersebut sebuah usaha dari personil Sore untuk menyapa kawan lama. Menurutku, Singles & EPs E Ok (2021) dan (syde Remix) tidak seperti Sore yang dulu, dari martwork saja sudah melenceng malah terbilang tidak sesuai Sore yang aku kenal, ternyata benar sesuai dengan ade katakan bahwa “Dulu Sore sebelum ke studio benar-benar mempersiapkan segala sesuatu nya, sekarang kita mengalir saja.” Ujar Ade.

Setelah 15 tahun album Centralismo berdiri, Luasnya apresiasi akan karya-karya mereka tetap akan menghanyutkan bagi pendengar musik di layanan streaming, banyak nya show yang mereka singgahi dan online shop yang masih menjual merchandise band Sore juga CD yang masih terjual dipasaran. Sangat menyenangkan bisa mengenal album Centralismo, tetap saja telinga ini terus kehausan akan siraman musikal yang seimbang nyaris sempurna, untuk kesekian kali nya aku tidak akan jemu untuk terhanyut lagi dan lagi dengan album Centralismo.


Editor: Dimas Rachmatsyah