Pentingnya Menjaga Ucapan Sebagai Publik Figur

Ilustrasi: AriefYanto.Wordpress.com



Oleh: Gebriel Rahma.

 “Ada kondisi sperma tertentu yang sangat kuat, walaupun tidak terjadi penetrasi, tapi ada orang terangsang, dengan kondisi itu [bisa] mengeluarkan sperma, kan kita gak ngerti di kolam mereka. Nah itu bisa terjadi kehamilan walaupun tidak ada penetrasi, karena posisi sperma nya sedemikian kuat. Kemudian kondisi ibu juga sedang dalam proses masa subur, bisa jadi terjadi kehamilan walaupun tidak terjadi apa-apa.” Ucap salah satu komisioner KPAI dalam video yang diunggah oleh Tribun.

Berani. Entah mengapa kata itu yang muncul saat pikiran saya merespons perkataan yang dilontarkan oleh salah satu Komisioner lembaga sebesar Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyatakan suatu statement “nanggung” dan kurang tepat di depan kamera, terlebih lagi pada media massa, berdasarkan dari opini pribadi mengenai suatu hal–yang sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Hal-hal semacam ini rasanya terus berulang. Saking terbiasanya, saya pribadi seketika bisa seperti menjadi pengendali waktu yang dapat menebak kejadian selanjutnya: Respons publik yang heboh besar, bahkan sampai masuk ke jajaran trending topic di media sosial Twitter; disusul klarifikasi dari pihak-pihak terkait.

Dilansir dari Kompas.tv, berikut klarifikasinya:

Yth rekan-rekan media,
Terkait statemen saya mengenai kehamilan di kolam renang, perlu saya sampaikan sbb :

  1. Saya meminta maaf kepada publik karena memberikan statemen yang tidak tepat.
  2. Statemen tersebut adalah statemen pribadi saya dan bukan dari KPAI. Dengan ini saya mencabut statemen tersebut.
  3. Saya memohon kepada semua pihak untuk tidak menyebarluaskan lebih jauh atau malah memviralkannya.

    Demikian, atas perhatian dan pengertiannya kami ucapkan terimakasih.

Terlepas dari siapa yang melakukannya, bahkan tokoh sebesar seperti mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama pun pernah melakukannya. Ia mengungkapkan pernyataan bahwa Amerika Serikat akan mempercepat pelatihan militan The Islamic State of Irac and Al-Sham (ISIS). Pernyataan ini berujung pada pendapat publik yang beranggapan bahwa Amerika Serikat adalah dalang terbentuknya ISIS. Padahal, yang ingin dinyatakannya adalah bukan pelatihan ISIS tetapi pelatihan relawan suku Sunni (warga Irak).

Seorang publik figur seharusnya mempunyai kapasitas berlebih. Setiap pemikiran yang diucapkannya seharusnya bukan sekadar cuap-cuap belaka. Ada poin penting yang rasional tentunya, apalagi jika menyangkut sesuatu yang dapat dibuktikan seperti sains. Dua contoh di atas hanya bagian kecil dari sekian banyaknya penyataan kontroversial yang disampaikan dan tersebar luas hingga menimbukan berbagai respons di masyarakat.

Pada era “segala serba digital” ini, kita dimudahkan untuk melakukan segala kegiatan, salah satunya dalam bertukar informasi. Namun, sebagai orang yang memiliki peranan penting  dalam perkembangan kehidupan masyarakat, tentulah mempuyai kewajiban untuk lebih berhati-hati dalam bertindak terlebih lagi berucap. Mengapa demikian, karena apa yang diucapakan di ruang publik dapat mempengaruhi ribuan bahkan jutaan pikiran masyarakat yang terpapar informasi tersebut. Kalau dilihat dari kasus di atas dapat menyebabkan kecemasan sosial yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Pribahasa menyatakan memang lidah tidak bertulang dan mululutmu adalah harimaumu. Sekali kita salah berucap dapat menimbulkan efek yang sangat merugikan untuk kita sendiri maupun orang yang menerima pesan tersebut.



Editor: Ade Rosman.