40 Tahun Kepergian Vicious

Hari ini, tepat 40 tahun yang lalu, John Simon Ritchie Beverley alias Sid Vicious, salah satu pionir ‘punk rock’ yang sempat mengisi posisi bass di band punk legendaris, Sex Pistol menghembuskan nafas terakhirnya. Kematian Sid diduga kuat lantaran terlalu banyak asupan heroin pada tubuhnya, sehingga menyebabkan overdosis.

Sebagian orang beranggapan bahwa ‘popularitas’ Sid Vicious diperoleh lewat sikap agresifnya di atas panggung, ataupun di kehidupan sehari hari. Bahkan bisa dibilang setiap kali Sex Pistol beraksi, kerusuhan pastilah datang dari pria kurus berambut jagreg yang sering memakai jaket kulit bertuliskan Vive Le Rock ini.

Kematian Sid Vicious dan Nancy Spungen

Beberapa bulan sebelum kematiannya, Sid sempat dibekam di dalam jeruji besi selama hampir 2 bulan akibat tuduhan pembunuhan terhadap kekasihnya, Nancy Spungen pada 12 Oktober 1978. Masa tahanan yang seharusnya berlangsung selama 7-25 tahun karena jeratan pembunuhan kelas dua tersebut, urung didapatkan Sid berkat bantuan Virgin Record setelah membayar uang jaminan sebesar 25 ribu poundsterling.

Meski hasil pengadilan dan banyak sekali media mengatakan Sid bersalah, saya pribadi masih belum percaya dengan tuduhan yang ia terima. Pasalnya saat polisi sampai di tempat di mana jasad Nancy terkulai kaku dan tergenang air merah akibat tercampur darah yang mengalir lewat luka tusuk di tubuhnya, Sid tengah berada di loby Chelsea Hotel dengan keadaan tak sadarkan diri akibat obat bius favoritnya. Konon terdapat laporan Sid ditemukan dalam keadaan memegang pisau dan terdapat bercak darah di tangannya, namun hal ini tetap saja masih belum menjadi bukti kuat.

Pun jika benar Sid Vicious bertanggung jawab atas kematian wanita asal Philadelpia itu, bisa saja disebabkan karena insiden yang terjadi ketika mereka bertengkar. Seperti yang ditulis Jessica Wakeman untuk RollingStone.com (12 oktober 2017) dalam tulisan yang berjudul “Flashback : Nancy Spungen Found Dead at Chelsea Hotels”,  dikatakan bahwa Nancy pada usia 11 tahun terpaksa diberhentikan dari sekolah dan ditempatkan di asrama untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Saat menginjak usia 16, ia juga sempat mengabiskan waktu di rumah sakit jiwa dengan diagnosis menderita skizofrenia, yatu penyakit mental yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih. Maka dari situ bisa digambarkan bahwa perkelahian antara kedua orang ini bisa saja bukan perkelahian antara pasangann kekasih pada umumnya.

Usaha untuk mengungkap kejadian yang abu-abu itu juga sebenarnya sempat dilakukan oleh ibu Sid, Anne Beverley. Ia membuat kontrak dengan New York Post untuk peliputan kasus tersebut. Di lain sisi, manajer band Sex Pistol Malcolm Mc Laren menyewa detektif swasta. Namun, belum saja rampung terungkap, kabar Sid Vicious mengalami overdosis lebih dahulu menyebar. Keadaan setelah ia dibebaskan bukannya membaik, melainkan sebaliknya. Setelah kepergian tragis kekasihnya keadaan Sid memburuk karena ketergantungan yang ia derita. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kali Sid berbuat onar di tempat publik, parahnya setiap perbuatan yang ia lakukan selalu mengacu ke kasus pengancaman bunuh diri seperti saat ia mengancam akan menyobek urat nadinya dengan pecahan bohlam di salah satu bar, hingga rencana meloncat dari hotel dan terlibat perkelahian dengan seorang pria di salah satu bar yang berada di New Yok yang berakhir dengan penahanan Sid selama 55 hari.

Setelah keluar dari penjara dan tengah menunggu proses pengadilan, teman-teman Sid kala itu mengajaknya ke pesta yang diadakan di kediaman pribadi milik Michelle Robinson.  Bulan-bulan yang berat untuk pria kelahiran London pun berakhir, layaknya singa lapar yang ditempatkan di kandang kelinci, Sid menghabiskan hasrat ‘menyuntik’ yang selama ini tertahan akibat mendekap di rumah tahanan.

Pada salah satu pesan terakhirnya, Sid penah mengatakan bahwa ia akan meninggal sebelum usianya genap 25 tahun. Hal tersebut terbukti ketika Sid menghembuskan nafas terakhirnya di umur 21.



Teks oleh: Haris Wahyudi.